Wush wush..
Sebuah cahaya bersinar terang, bersumber dari cincin di tangan Wu Sha.
Wu Sha tak bisa berkata lagi, mulutnya kelu, karena perasaan terkejut sekaligus perasaan takut.
Blus!
Dalam sekejap mata, Wu Sha lenyap tanpa jejak. Tidak ada jejak apapun mengenai lenyapnya pemuda berumur delapan tahun tersebut.
***
Shut..
Egh...
"Dimana ini..." Wu Sha mengerjapkan matanya yang semula terpejam rapat.
Wu Sha memandang ke sekitar, kemudian matanya melebar, seakan ingin keluar.
"Apakah sungguh nyata?! Ini luar biasa!" Wu Sha tak bisa menahan untuk tak melompat kegirangan.
Dunia yang ia sendiri bahkan tak berani untuk memikirkannya, sekarang berada tepat di hadapannya.
Sebuah dunia indah, hamparan padang rumput yang diselingi taman dan juga sebuah danau.
Begitu memukau menurut mata kecil Wu Sha. Ia sampai terlena, dan melupakan kejanggalan mengapa ia tiba tiba berada di tempat tersebut.
Wu Sha berlari, mendekati taman dengan kedua tangan terbentang.
Bersenandung ria, menikmati sebuah surga baginya.
Tapi Wu Sha tiba tiba berhenti, lalu kembali memasang wajah bingung.
Kenapa aku bisa di sini? tempat macam apa ini?
Wu Sha termenung, berusaha berpikir realistis. Dia mengangkat tangannya, dan memandang cincin di jari tengahnya dengan tatapan penuh arti.
"Apakah karena cincin ini?" Gumam Wu Sha.
Belum sampai Wu Sha berpikir lebih, dia terlonjak mendengar sebuah panggilan.
"Bocah!"
Sebuah suara misterius tiba tiba terdengar, entah dari mana suara itu berasal.
Dengan panik Wu Sha mencari siapa pemilik suara itu, tapi tak ada siapapun di sekelilingnya.
Diam diam Wu Sha mulai gemetar, tanpa sadar mulai merapatkan kakinya.
"Siapa?" Dengan takut Wu Sha membuka mulutnya.
"..."
Tak ada balasan membuat nyali Wu Sha semakin menciut.
Dengan pasti bocah delapan tahun itu mundur perlahan. Dengan kedua tangan saling menaut, melancarkan untaian kata kata permohonan.
"Sesepuh, jangan ganggu anak bodoh ini, aku tak sengaja masuk dan mengganggu istirahat sesepuh. Ampuni anak bodoh ini."
"Kau keterlaluan sekali bocah, aku bukanlah arwah yang bisa kau panggil sesepuh!" Suara misterius itu terdengar marah.
"Mm.. Ya, ya. Anda bukan arwah, anda adalah makhluk luhur yang sudah meninggal, anda bukanlah arwah. Aku percaya senior."
Masih dengan wajah takut, Wu Sha mengiyakan suara misterius itu.
"Kau!"
Suara misterius itu kesal sampai tak bisa berkata.
"Maaf senior." Wu Sha seketika berlutut, bahkan bersujud karena sudah terlalu takut.
"$&@$#... " Suara misterius dengan kuat menahan rasa kesalnya.
Haih...
"Bangunlah! Aku masih hidup, tak seperti apa yang kau bayangkan."
Wu Sha bangun, tapi masih nampak wajah cemas dalam ekspresinya.
Setelah Wu Sha mulai tenang, secara misterius kembali terdengar, tapi kali ini lebih lembut penuturannya.
"Bocah, siapa namamu?"
"Wu... Wu Sha." Bocah delapan tahun itu menjawab dengan ragu.
"Bocah Wu, maukah kau menjadi muridku? aku akan menjadikanmu seorang pendekar hebat." Suara misterius menawari Wu Sha agar menjadi muridnya.
"Mau! Tapi bukankah seharusnya kau menunjukkan dirimu, sebelum aku menganggapmu sebagai guru?!"
Wu Sha tak lagi takut, setelah mendengar tawaran suara misterius. Ia berpikir, suara misterius itu setidaknya bukan berniat jahat kepadanya.
"Sebaiknya kau bersujud tiga kali terlebih dahulu dengan memanggilku sebagai gurumu. Setelah kau resmi menjadi muridku, aku akan keluar dihadapanmu." Suara misterius menolak dan mengeluarkan persyaratan lain.
"Tidak, aku tak akan melakukannya sebelum aku melihatmu," Seru Wu Sha dengan cepat.
"Tak perlu bersujud, hanya panggil aku 'guru' dan aku akan keluar saat itu juga." Suara misterius terus bersikukuh.
"Tidak. Keluar atau lupakan," Ujar Wu Sha yang juga tak ingin kalah, dia menggeleng sambil memejamkan matanya.
Suara misterius tak langsung menjawab, dia nampak seperti sedang berpikir.
"Baiklah, aku akan keluar. Tapi kau harus berjanji terlebih dahulu untuk kau menjadi muridku," Syarat suara misterius itu kepada Wu Sha.
"Baiklah, aku janji kepadamu akan menjadi muridmu," Seru Wu Sha dengan yakin.
Suara misterius itu malah tertawa, kemudian berkata.
"Kau jangan kaget bocah, jangan sampai kau pingsan karena terpukau dengan penampilanku."
Dalam hati, Wu Sha membatin. "Aku merasakan firasat buruk. Entah apa yang akan terjadi setelah ini."
Setelah beberapa saat menunggu, Wu Sha mulai tak sabar.
"Kenapa dia tak menampakkan diri juga, apakah dia mengurungkan niatnya?" Gumam Wu Sha.
Tapi, sebuah suara cempreng sangat jelas terdengar.
"Balik lah badanmu bocah, aku berada tepat di belakangmu."
Dalam bayangan Wu Sha, dia membayangkan seorang pria tua berambut putih dengan jenggot panjang.
Dengan antusias Wu Sha membalikkan badannya. Namun matanya tak menemukan apa yang dia cari.
Dengan wajah kecewa dia menghela nafas.
"Kenapa kau terlihat sedih, bocah?"
Wu Sha yang mendengar sebuah suara dari bawah pun menurunkan pandangannya yang dari tadi memandang agak tinggi, karena mengharapkan seorang guru yang gagah dan juga tinggi.
Ha?! Mata Wu Sha membulat sempurna, melihat primata kecil di hadapannya.
Wu Sha kembali memandang sekeliling, kemudian menatap lekat lekat primata dihadapannya.
"Hei, monyet kecil. Apakah kau tersesat?" tanya Wu Sha polos sembari berusaha menangkap monyet dihadapannya.
Tapi sebuah lesatan ekor membuat Wu Sha terlempar jauh ke belakang.
"Kau memang bocah tak tau diuntung!" Monyet itu berseru marah.
Wu Sha menyipitkan matanya, berusaha menangkap cermat kesimpulan yang terjadi.
"Apakah kau..." Wu Sha tak sanggup lagi berkata, dirinya terkejut bukan main.
"Ya, aku adalah gurumu. Cepat, panggil aku guru, panggil panggil! Haha..." Monyet itu menaruh kedua tangan di pinggangnya, sedangkan kepalanya terdongak ke atas.
Dia berseru dengan begitu percaya diri, layaknya seorang yang telah berada dipuncak kekuasan.
Wu Sha memandang monyet setinggi pangkal pahanya dengan tatapan rumit.
Apakah seorang monyet bisa membuatku menjadi seorang pendekar hebat? Pikir Wu Sha.
"Apakah kau dapat membuatku menjadi pendekar tangguh?" Tanya Wu Sha.
"Tentu saja, aku ini adalah Su Kong, sang makhluk suci," Seru sang monyet.
"Su Kong? Nama ini terdengar tidak asing," Gumam Wu Sha.
Wu Sha memijit dagunya, berusaha mengingat nama Su Kong dalam ingatannya.
Oh...
Wu Sha mengangkat tangannya, kemudian menatap Su Kong dengan mata berbinar.
"Apakah kau adalah sang legenda? Si raja kera?" Tanya Wu Sha dengan semangat.
Heheh..
Su Kong terkekeh, kemudian mengangguk.
"Sungguh?!" Seru Wu Sha lagi.
"Haha, tentu saja bukan. Aku adalah saudara dari sang raja kera Wu Kong, Su Kong!" Seru monyet itu dengan bangga.
Cuih!
"Kukira, kau adalah sang raja kera yang melegenda." raut muka Wu Sha terlihat kecewa.
"Hei, bocah! Apa maksud wajah kecewamu itu. Aku tak jauh lebih buruk darinya, asal kau tahu itu." Dengan memasang wajah sok, Su Kong berdiri tegak.
"Siapa yang percaya," Gumam Wu Sha pelan seraya memalingkan wajahnya.
Su Kong yang mendengar gumaman Wu Sha seketika keluar asap dari telinganya, tapi ia berusaha menahan rasa kesalnya dengan sekuat tenaga.
Su Kong menghampiri Wu Sha, kemudian melemparkan sebuah kitab yang entah dari mana dia dapatkan.
"Ambil itu! Karena kau adalah muridku, aku akan memberikan semua yang kau butuhkan untuk menjadi semakin kuat...," Ujar Su Kong seraya menunjuk kitab yang baru saja ia lemparkan.
"Andai kau bukan satu satunya kunci untuk aku keluar dari dunia yang mengurungku, aku tak sudi membujuk bocah kolot sepertinya." Su Kong membatin kesal.
Wu Sha meraih kitab yang tergelatak di atas padang rumput, kemudian mencoba membaca apa yang terdapat di sampul kitab itu.
"Apa ini, Kenapa tulisannya begitu berantakan?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Terus...
2023-01-18
0
Pendekar
Su Kong jadi gurunya
2021-01-26
0
Kaisar Petir
Maaf nih thor, judul novel pendekar tp si tokoh utama berkultivasi...
ini novel pendekar apa kultivator?
2021-01-26
0