Wu Sha hanya diam, pasrah menerima amarah ayahnya. Ia tahu, ayahnya tak akan pernah membelanya meskipun dia berkata yang sebenarnya.
Dia bertekad, itu adalah terakhir kalinya dia berharap kepada ayahnya.
Kekecewaan terhadap sosok ayah, sudah melebihi ambang batas toleransinya.
Selama ia hidup, hanya beberapa kali ayahnya menemuinya. Tapi dia terlalu berharap jika ayahnya menemuinya kerena kasih sayang ataupun rindu, ayahnya hanya akan menemuinya saat anak tersayangnya mengadu kepadanya.
"Ayah, tidak adakah rasa sayang untukku, sedikit saja?" Tanya Wu Sha.
Wu Sha ingin memantapkan hatinya, jika ia harus mengeraskan hatinya untuk sang ayah.
Wu Dong mendengus, kemudian berbalik membelakangi Wu Sha.
"Kau adalah anak dari selirku, aku tak memiliki kewajiban memberimu kasih sayang. Lagi pula, kau hanyalah seorang sampah!" Ucap Wu Dong dingin.
"Meskipun ibuku seorang selir, dia adalah wanita yang kau nikahi. Juga aku adalah anak kandungmu, darahmu mengalir dalam tubuhku." Wu Sha meningikan nadanya.
Dia sangat sensitif jika membahas suatu hal tentang sang ibu. Apalagi, dengan jelas pria dihadapannya merendahkan wanita yang sangat berharga baginya.
Wu Dong berbalik, lalu menatap Wu Sha dengan rumit.
"Ya... Memang, dia adalah wanita yang ku nikahi, tapi dia bukan istriku," Seru Wu Dong dengan wajah mencibir.
"Seorang selir hanya selir, tak lebih!" Tambahnya.
Wu Sha menunduk, wajahnya menggelap sempurna. Amarah terlukis jelas dalam ekspresinya.
Ha Ha Ha...
Dengan menangkup wajahnya, Wu Sha tertawa keras.
Kemudian berhenti secara tiba-tiba, perasaan mencekam seolah menyelimuti tubuhnya.
"Heh... Aku mengerti!" Wu Sha melirik tajam Wu Dong, tak terlihat sedikitpun wajah takut ataupun ragu dalam dirinya.
"Silakan pergi!" Dengan menunjuk ke sembarang arah, dia berkata pelan.
Meskipun terdengar pelan, aura dingin sangat kental dalam ucapannya.
Merasa diusir di wilayahnya sendiri, Wu Dong tak terima.
"Beraninya kau menyuruhku pergi. Ini adalah wilayahku, kau tak pantas memerintakku, aku adalah seorang.."
"PERGI!!"
Sebelum Wu Dong mengakhiri perkataannya, Wu Sha lebih dulu memotongnya dengan bentakan skakmat.
Wu Dong tanpa sadar terdiam, dia mencerna apa yang dia rasakan barusan.
Kemudian melirik Wu Sha yang tampak mengerikan dengan wajahnya yang sudah menggelap marah.
Wu Dong pergi dengan raut wajah tak sedap dipandang.
"Kenapa aku seperti tertekan auranya, apakah dia bisa berkultivasi?" Wu Dong bermonolog.
"Tidak, Tidak. Dia seorang pecundang tak berguna. Tapi auranya... " Wu Dong menggeleng kuat, mencoba menghempaskan pikiran menjalarnya.
Wu Sha memasuki gubuknya, dan meraih sebuah kotak kecil di sudut ruangan.
"Ibu, aku tidak hidup lebih baik, seperti yang aku janjikan kepadamu."
Wu Sha duduk di dalam gubuk, manatap sebuah kotak di tangannya yang berisi sebuah cincin. Cincin peninggalan dari ibunya.
Cincin yang selalu ia simpan dan tak pernah ia keluarkan setelah tiga tahun lamanya.
Jari jemari Wu Sha meraih cincin berwarna perak kekuningan itu, kemudian memasangnya di jari tengah tangan kanannya.
"Apa yang harus aku lakukan ibu?" Tanya Wu Sha seraya memutar-mutar cincin yang terpasang di jarinya.
Dia juga tidak tahu sebenarnya apa yang istimewa dengan cincin itu. Tapi yang dia yakini, cincin itu lebih berharga dari nyawanya, karena merupakan peninggalan dari sang ibu.
Flasback on...
Di sebuah ruangan, terlihat seorang Wanita paruh baya terbaring lemah di sebuah ranjang.
Di sisi ranjang, nampak seorang bocah laki-laki berusia lima tahun.
Mereka tak lain adalah Wu Sha, yang sedang menemani Gong niu, sang ibu yang lagi sakit.
"Ibu, cepatlah kau sembuh. Sha'er tak mempunyai seorang pun yang menginginkan Sha'er kecuali Ibu. Ibu harus kembali bersama Sha'er, kita akan hidup berdua, meninggalkan kediaman ini yang selalu menindas kita." Dengan ekspresi penuh harap dia meraih tangan Gong niu.
Air mata Gong niu merembes, mendengar perkataan sang putra yang paling dia sayangi.
Dia hanya bisa diam, dia tak sanggup untuk menghancurkan harapan putranya.
"Maafkan ibumu yang tak berguna ini Sha'er. Andai ibu bisa... ah, mungkin waktu yang tersisa tidaklah banyak." Gong niu hanya bisa memendam semuanya dalam hati.
"Ibu, kenapa kau menangis? Kita akan hidup bahagia setelah ini, kau seharusnya senang bukan?!" tanya Wu Sha polos.
Gong niu mengusap sudut matanya, kemudian berusaha duduk bersender.
"Eh... Apa yang akan kau lakukan ibu, seharusnya kau tetap berbaring saja." Wu Sha membantu ibunya untuk duduk.
"Tidak apa.... Sha'er, sekarang umurmu berapa?" tanya Gong niu mengalihkan perhatian putranya.
Wu Sha mengeluarkan kedua tangannya dan mencoba menghitung.
"Sekarang Sha'er berumur lima tahun!" Serunya dengan semangat.
Gong niu tersenyum, lalu membelai kepala Wu Sha pelan.
"Mungkin ini adalah saatnya," Gumam Gong Niu lirih dengan wajah datar, namun Wu Sha masih bisa mendengarnya.
Meskipun mendengarnya, Wu Sha tak mengerti makaud perkataan ibunya, dia hanya bisa memiringkan kepalanya dan memasang wajah bingung.
Gong Niu kembali memasang wajah tanpa beban, tersenyum cerah memandang putranya.
"Sha'er, mungkin ibu tak akan bisa selalu bersamamu, ibu hanya berharap kau menjaga kenang kenangan dari ibumu ini." Gong niu melepaskan kalungnya, kemudian mengambil cincin yang menggantung, dan menyerahkan cincin tersebut kepada Wu Sha.
Wu Sha mulai menyadari maksud perkataan Gong Niu.
Dengan wajah sedih dia bertanya kepada ibunya, tapi tak ada jawaban darinya.
"Apa maksudmu bu?"
Bukannya menjawab, Gong Niu malah berbicara melantur.
"Kau sudah besar, kau akan menjadi orang tangguh di masa depan. Pastikan kau selalu membawa cincin itu kemanapun kau pergi."
Dengan posisi yang sudah kembali berbaring, dia menangis tak bersuara. Air mata yang dari tadi ditahan mulai ambyar.
Beberapa saat kemudian, mata Gong Niu telah tertutup rapat, tak lagi terdengar hembusan nafas darinya.
"Ibu.. "
Tak ada balasan dari Gong niu yang membuat Wu Sha khawatir.
"Ibu!"
Melihat ibunya terbaring di hadapannya dengan mata terpejam, semakin memperburuk perasaannya.
Wu Sha meraih pundak ibunya, kemudian mengguncang dengan sekuat tenaganya.
"Kau bercanda kan, bu? Kau pasti bercanda! Kau tak bisa meninggalkanku seorang diri di kediaman yang kejam seperti ini." Wu Sha berteriak histeris.
Ibu!!
Kenapa?
Kenapa kau meninggalkanku?
Kenapa kau tak mengajakku sekalian bersamamu?!
Wu Sha memeluk tubuh ibunya dengan erat, menumpahkan rasa sedihnya.
Kehilangan seorang ibu merupakan pukulan berat bagi seorang anak, apalagi jika melihat kondisi Wu Sha yang hanya memiliki Gong Niu seorang di sampingnya.
Dengan mata berkaca, serta tangan terkepal. Dia meyakinkan ibunya bahwa dia akan menjaga cincin pemberian sang ibu, dia juga berjanji akan hidup lebih baik.
"Ibu, jika ada kesempatan kedua. Aku ingin kau yang menjadi ibuku. Aku janji, akan membuatmu bahagia dalam kehidupan itu," Gumam Wu Sha dalam hati.
Flasback of...
Wu Sha masih memutar cincinnya, semakin lama semakin kuat putaran yang dia lakukan.
Srwt...
Tanpa sengaja cincin itu menggores jari Wu Sha, sehingga darah mengalir keluar tanpa ada yang menghalang.
Wu Sha yang menyadari darah di jari tengahnya, hanya menatap acuh, karena dia tak merasakan sakit sedikit pun.
Tapi beberapa saat kemudian hal ajaib pun terjadi.
Darahnya tidak lagi menetes, tapi terhisap masuk kedalam cincin.
"Apa yang terjadi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Asyiek...
2023-01-18
0
Edi Muchtar
sebenrnya ngga perlu flass back,flass off😤😤😤
2021-01-27
1
Pendekar
mengenang masa lalu
2021-01-26
0