Sesampainya di rumah, Ara langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Di rendahkan sedemikian rupa, rupanya menghabiskan banyak tenaga, meskipun miskin Ara tak terbiasa di rendahkan seperti itu. Ia memang hanya gadis kampung, tapi darah keluarga Romanof jelas mengalir di tubuhnya. Ia merasa seandainya ayahnya dan keluarganya sedikit baik padanya dan tidak pernah menelantarkannya, tidak ada yang akan berani menindasnya seperti tadi, sekali menyebutkan nama keluarganya semua orang pasti akan menunduk karena takut.
“Ah, benar-benar nasib sial, ia hanya di lahirkan dari rahim ibunya yang jelas-jelas di telantarkan ayahnya dengan alasan yang hingga kini ia belum tahu kejelasannya."
Keesokan harinya.
Waktu menunjukan pukul 9 pagi, Ara bersiap lebih awal pergi ke kantor untuk interview. Hari ini ia begitu terlihat cantik, blouse putih dan rok span membuat lekuk tubuhnya seperti lukisan Tuhan yang sempurna, tubuhnya sangat sempurna. Ia berjalan keluar dari apartemennya, menenteng sebuah map dan tasnya. Butuh waktu 20 menit untuk sampai di kantor Wingsley, sesampainya disana ia berdiri di meja resepsionis, mendaftar menjadi peserta wawancara. Ia tak sendiri, ada sekitar 22 orang melakukan hal yang sama dengannya. Rata-rata dari mereka adalah wanita, tentu saja cantik. Mereka terus berbicara tentang direktur perusahaan ini, bahkan diantara mereka terang-terangan mengatakan ingin menjadi sekertaris disana karena ketampanan direkturnya. Ara hanya tersenyum sinis, tapi alasan mereka masuk akal, dibandingkan dirinya yang melamar pekerjaan ini karena sebuah cincin tua. Ia merasa sangat konyol.
Beberapa lama berselang, sebuah mobil Sport berwarna maroon berhenti tepat di depan pintu lobby. Beberapa orang berdiri menyambutnya, seorang pria terlihat sangat trendy, ia begitu tampan, berbadan tegap memakai setelan jas berwarna biru tua dan kaca mata hitamnya menambah aura ketampanannya. Seperti melihat dewa, gadis-gadis di kantor itu berteriak histeris di dalam hatinya.
Ini giliran Ara mendaftar. Kegaduhan di balik tubuhnya ia abaikan, matanya terus tertuju pada selembar kertas pendaftaran di hadapannya. Kevan mendekati kerumunan pelamar. Kerumunan itu seketika bubar memberikan jalan untuk Kevan, tapi langkahnya terhenti ketika Kevan melihat tubuh Ara yang masih asik mengisi lembar formulir di meja resepsionis. Kevan terus mendekati Ara hingga tepat di sampingnya dan mengetuk bahu Ara beberapa kali.
“Iya, sabar, sebentar lagi selesai"
Kevan tersenyum dan menepuk bahu Ara kedua kalinya.
“Aku bilang sabar!!!” setengah berteriak ia membalikan badannya. Betapa terkejutnya Ara ketika melihat pria di hadapannya adalah pria yang sama yang ia temui kemarin malam.
“Ka..kau??? hah, dunia begitu sempit ya, ternyata kau juga ingin melamar kerja di perusahaan ini? baiklah, kita bersaing secara sehat!"
Setelah berbicara Ara membalikan tubuhnya dan melanjutkan mengisi formulir. Semua mata melotot melihat kelakuan Ara, Ara tak tahu yang sedang berdiri di belakangnya saat ini adalah Kevan, sang direktur. Melihat kelakuan Ara, Kevan hanya tersenyum kecil dan kembali menepuk bahu Ara. Sekali lagi Ara membalikan tubuhnya kesal.
“Kau ini benar-benar menyebalkan, hanya sebentar saja tak mau sabar, bagaimana bisa jadi sekertaris yang baik??? sepertinya pekerjaan ini tidak cocok untukmu"
“Lalu, pekerjaan apa yang cocok untuk ku?” tanya Kevan.
Kemudian mata Ara memandangi Kevan dari atas hingga bawah sambil berpikir.
“Dengan penampilanmu, menjadi model juga boleh"
Seketika seluruh orang yang berada disana menahan tawanya termasuk Kevan. Kemudian suara ponsel berbunyi, beberapa saat Gerry berbicara dengan ponsel itu, kemudian kata-kata yang keluar dari mulut Gerry membuat jantung Ara mau copot.
“Direktur Kevan, rapat segera di mulai, semua sudah menunggu"
Kevan mengangguk dengan memandang Ara dengan senyuman, seperti seekor harimau menangkap mangsanya, dari sorot matanya ada rasa puas. Ara tiba-tiba menunduk, tak berani menatap Kevan. Tangan Kevan kemudian mengangkat dagu Ara dan tersenyum.
“Model? idemu lumayan, tapi jadi direktur lebih menarik"
Kemudian Kevan melepas dagu Ara dan melangkah pergi. Seiring langkahnya yang menjauh, jantung Ara seperti ikut tertarik menjauh. Semua mata teruju pada Ara, pikiran mereka sama dengan apa yang di pikirkan Ara. Ia pasti akan gagal sebelum interview. Ara menghela napasnya dalam-dalam. Bagaimana ia bisa tak tahu itu Kevan, targetnya? seketika ia merasa seperti udang yang kepalanya di penuhi kotoran.
“Benar-benar kebodohan yang nyata."
Tahap demi tahapan interview Ara lalui dengan baik, setiap tahapan paling tidak mengeliminasi sedikitnya 3 orang, ini adalah tahapan terakhir, tersisa 2 orang. Semua orang terkejut Ara masih bertahan di tahap akhir, awalnya mereka pikir Ara akan di eliminasi bahkan di tahap awal karena perilaku tidak sopannya pada Kevan pagi tadi. Namun Ara anggap ini adalah sebuah keberuntungan, mungkin manager HRD melihatnya memiliki potensi yang membuatnya bertahan di tahap akhir.
Di tahapan terakhir ini, ia harus berhadapan langsung dengan Kevan, sisa pelamar di minta memasuki ruangan. Seorang wanita muda berwajah cantik dan sexy duduk di sampingnya. Di hadapan mereka telah duduk sang direktur Kevan dan Manager HRD. Tatapan mata Kevan tak lepas dari Ara, terkadang tatapannya turun ke secarik kertas resume di genggamannya, kadang menatap layar laptop di hadapannya. Wajahnya begitu santai. Dari undian, Ara mendapatkan nomor urut 2, dalam proses interview itu waktu seakan berjalan sangat lambat. Banyak sekali pertanyaan yang di layangkan untuk gadis di samping Ara, hal ini membuat Ara sedikit gugup, semakin mendengar kualifikasi dan jawaban-jawaban gadis itu Ara semakin yakin akan gagal. Apalagi selain pertanyaan, gadis itu juga mendapatkan banyak pujian.
Sekarang giliran Ara yang di hujani banyak pertanyaan dari manager, mata Ara kadang mengArah pada Kevan, tak seperti sebelumnya, Kevan tak melayangkan 1 pertanyaanpun pada Ara, ia hanya sesekali mengangguk ketika mendengarkan jawaban Ara. Setelah manager selesai bertanya, Kevan baru membuka mulutnya.
“Siapkan jawaban terbaikmu, aku hanya akan memberimu 1 pertanyaan"
“Baik” jawab Ara singkat.
Beberapa saat Kevin memandangi Ara dengan pandangan tajam, hal ini membuat jantung Ara berdegup kencang.
“Siang ini, kau akan makan siang dimana?"
Pertanyaan terakhir Kevan membuat Ara dan semua orang disana hampir membuka mulutnya karena kaget. Wajah Kevan yang semula begitu dingin sekarang berubah, sebuah senyuman tersungging di bibirnya.
“Ba..bagaimana maksudnya, Pak?"
“Kau akan makan siang dimana siang ini?"
Ara bingung akan menjawab apa
“Entahlah Pak, saya baru tinggal di sini, belum tahu akan makan siang dimana"
“Hmm, baiklah, sekarang sudah waktunya makan siang, kau di terima bekerja mulai hari ini, sekarang ikut aku"
Kemudian Kevan berdiri dan melangkah pergi menuju pintu keluar meninggalkan wajah bingung HRD di sampingnya. Bukan hanya HRD yang memasang wajah heran, bahkan Ara dan Gadis di sampingnya sampai terbengong-bengong. Kevan menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Ara yang masih duduk terpaku.
“Masih belum bergerak? mau merasakan di pecat di hari pertama?"
Mendengar perkataan Kevan, seketika Ara terbangun dari lamunannya dan berlari mengejar langkah Kevan yang semakin jauh.
Berjalan setengah berlari, Gerry memberikan 2 buah buku catatan kecil Yang 1 berisi jadwal Kevan dan di buku yang lainya tertulis dengan tinta merah pada sampulnya “FORBIDEN".
Ara tergelitik membuka catatan larangan itu, saat Ara membuka catatan itu tertulis banyak sekali apa-apa yang di benci direkturnya itu. Belum apa-apa Ara sudah merasa lelah. Gerry melihat Ara dengan wajah lucu, akhirnya ia menepuk bahu Ara sambil tersenyum.
“Semangat!!"
Ara menoleh ke Arah Gerry dengan senyuman ketus dan mendekati tubuh Gerry berbisik.
“Aku seorang sekertaris, apa perlu melihat buku larangan ini? bukankah itu harusnya pekerjaanmu?"
“Kau juga perlu tahu, selain aku kau juga kan harus mengikutinya kemanapun, jangan lupa di hapalkan"
Mendengar kata di hapalkan, kepala Ara seketika pening. Manusia mana yang bisa menghapal catatan itu, Ara menghujat diri sendiri karena terlalu bernasib buruk.
Ara terus membaca buku kecil itu sambil berjalan cepat, ia tak sadar sudah sampai di lobby, Kevan menghentikan langkahnya seketika kening Ara terantuk keras pada punggung lebar Kevan, Kevan menoleh. Ara menunduk karena takut.
“Jalan pakai mata”Seru Kevan sinis
“I..iya baik, pak"
Tak lama berselang, mobil Kevan berhenti di pelatAran Lobby.
“Gerry, kau pergi ke Sushifan dengan mobil berbeda, aku dan Ara akan pergi bersama. Tunggu aku disana"
“Baik, bos"
“Dan kau, masuk!!”Titah Kevan sambil berjalan masuk ke dalam mobilnya .
“Ba..baik,Pak"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
❄️ sin rui ❄️
lulusan SMA bisa jadi sekertaris yah????
2020-12-28
0
Ay_die
episode ni sungguh mghbur thor. mnarik
2020-04-21
0
Margarita Elisabet Tamedia
lanjut.... keren
2020-02-15
0