SETELAH KAU PERGI ~Story About Farrel~

SETELAH KAU PERGI ~Story About Farrel~

MANUSIA PALING BERUNTUNG

Guyuran hujan malam tadi membasahi sebagian jalanan yang memanjang membelah pesawahan, rerumputan yang basah dan genangan air di lubang-lubang jalan menjadi saksi betapa derasnya hujan semalam. Seseorang berlari pelan melewati jalanan itu, sesekali berhenti hanya untuk menghela napas, terlihat berat dan lelah.

Namun kenapa?

Seseorang yang diketahui seorang pria itu tidak berlari kencang, tetapi kenapa terlihat lelah?

Celana panjang sport yang dikenakannya terlihat basah akibat melewati rerumputan, hal itu tidak menyurutkan langkahnya yang terengah. Sekejap memejamkan matanya seperti menghilangkan beban dan kembali berlari. Suasana yang masih pagi sehingga belum banyak orang yang lewat membuat seseorang itu leluasa berlari bahkan berhenti setiap waktu.

Saat melewati sebuah batu besar orang itu memilih berhenti, duduk bersandar di bawah batu itu seperti kura-kura yang sedang bersembunyi dengan tempurungnya. Kembali memejamkan matanya berat, masalah apa?

Orang itu kenapa?

Matanya berkeliling seperti ada yang dicari namun tatapan itu perlahan kosong seiring mentari yang merangkak naik, sayup terdengar suara panggilan yang mengembalikan pria itu menapak ke bumi.

"Farrel ... hei!"

Pria yang ternyata bernama Farrel itu menoleh keasal suara. Matanya menyipit karena terbias sinar mentari yang mulai menusuk. "Ngapain di sini? Ibu nyariin."

Farrel berdecak merasa terganggu, "kenapa nyariin?" Farrel berdiri menghampiri seseorang yang mencarinya itu. "Kita pulang hari ini kamu gak ingat?"

Ya, ternyata pria bernama Farrel itu sedang menghabiskan masa liburannya di sebuah pedesaan yang jauh dari tempat tinggalnya.

"Bilang sama Uwa, pulang duluan saja. Aku masih ingin di sini." Pria yang masih setia memandangi Farrel itu kemudian melemparkan senyuman seraya menepuk punggung yang diketahui sebagai sepupunya itu.

"Wah jangan-jangan ada gadis desa yang sudah membuat kamu terpikat ya?"

Seketika itu Farrel melirik sinis ke arah sepupunya, "jangan ngaco! Aku hanya ingin menghabiskan beberapa hari lagi di sini. Sebelum aku kembali ke Yogya, kembali bekerja."

Ada sorot lelah dan tidak bersemangat terpancar dari tatapan mata Farrel dan sepupunya tahu itu. "Sudah saatnya kamu cari pengganti Sofia, Rel. Kamu gak bisa terus sendirian, kamu butuh pendamping, butuh teman bicara."

Farrel menggeleng samar dan menyunggingkan senyum, "aku baik-baik saja. Akan selalu baik selama ada kalian, ada Tuhan. Mad, terimakasih kamu selalu tahu apa yang aku pikirkan. Tapi ingat satu hal, aku bukan Farrel yang dulu, aku bukan Farrel yang mendendam dan cengeng sekarang aku udah mulai tua. Jadi jangan khawatirkan aku! Urus anak dan istrimu dengan baik jangan sampai ada penyesalan karena kehilangan seperti aku."

"Kamu jangan bilang tua dong, kamu sama aku tuaan aku. Sama aja kamu ngeledek."

"Syukurlah kalau paham." Farrel berjalan mendahului sepupunya yang bernama Ahmad.

"Hei tadi katanya suruh bilangin sama Ibu, kok malah ikut pulang?" Ahmad mengejar berusaha mengimbangi langkah Farrel.

"Kamu ganggu mood aku Mad."

Begitulah Farrel yang tidak ingin isi hatinya diketahui orang lain. Lebih memilih memendam semua rasa seorang diri. Karena dia yakin pria yang tangguh itu dilihat dari seberapa tegar pria itu menghadapi masalahnya sendirian.

Sebenarnya hati yang luluh lantah bak bumi yang diserang badai tornado sungguh tak bisa dia perlihatkan pada semua orang. Farrel berpikir biarlah dirinya dan juga Tuhan yang tahu.

***

Beberapa menit berjalan tibalah mereka di sebuah rumah sederhana dimana di sana seseorang yang Farrel panggil dengan sebutan Uwa tengah menunggu di teras bersama bocah laki-laki berumur lima tahun dan ibunya yang bernama Siti, istri dari Ahmad.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam ... darimana Rel?" Uwa mendekat ke arah Farrel sekedar mengusap peluh yang membasahi pelipis keponakannya itu.

"Hanya lari pagi, Uwa bukannya pulang sekarang? Kenapa belum siap-siap?" Farrel mengambil gelas berisi air putih yang ada di atas meja kemudian menenggaknya hingga tandas.

"Uwa nungguin kamu, mandi sana!"

"Farrel masih betah di sini Bu, kita disuruh pulang duluan." Ahmad yang ternyata bergelar Ustadz menyela pembicaraan ibunya dan juga Farrel.

Sang Uwa menatap Farrel seakan meminta penjelasan, tatapan teduh itu dibalas sentuhan lembut dari Farrel. Farrel menggenggam jemari yang mulai mengeriput itu, jemari yang telah membesarkannya, jemari yang setia membelainya disaat dia kehilangan arah. Farrel ingin menunjukkan betapa rasa terimakasihnya begitu besar kepada Uwa yang telah berperan menggantikan ibunya dalam mengurusnya. Farrel Farrel mengusap punggung tangan Uwanya, "Farrel masih ingin di sini Wa."

Uwa pun mengangguk seakan mengerti apa yang dirasakan keponakannya itu, baginya sungguh sebuah keajaiban bahwa Farrel tidak terpuruk setelah kehilangan istrinya dua tahun yang lalu.

Ya, Farrel kehilangan istrinya yang bernama Sofia dengan cara yang tragis. Bisa jadi itulah alasan mengapa Farrel senang merenung seorang diri. Mungkin rasa trauma yang dia pendam sendiri itu sebenarnya sangat berat untuk dia pikul seorang diri.

Namun kembali lagi, begitulah Farrel dengan segala rasa yang dipendamnya dan berusaha untuk bersadar diri bahwa dialah manusia paling beruntung di dunia karena begitu dahsyat cobaan untuknya dan dia mampu bertahan.

Bukankah sudah banyak yang mengatakan bahwa Tuhan tidak mungkin memberikan ujian terhadap umat-Nya diluar batas kemampuan umat-Nya. Pantaslah harusnya Farrel berbangga diri bahwa dirinyalah yang terpilih menjalani kehidupan seperti ini. Bukankah Farrel manusia beruntung?

Uwa tersenyum memperhatikan keponakannya, ketakutan yang pernah ditakutinya tidak terjadi Farrel tumbuh mwnjadi manusia yang tegar setelah apa yang dia alami. Bagi Uwa kini, melihat Farrel tersenyum dan bahagia adalah harapan yang menggembirakan tiada tara.

***

Setelah kepergian Uwa dan keluarganya, Farrel masih merenung di teras. Keheningan mengambil alih suasana. Rumah yang jaraknya dengan rumah lain itu agak renggang mengakibatkan tidak ada suara lain selain suara alam dan juga serangga yang saling bersahutan. Jika sebelumnya akan ada Reasad putra dari Ahmad yang berlarian kesana kemari, kali ini Farrel benar-benar merasa sepi.

Ah bukankah lebih baik dia tadi ikut pulang saja?

Farrel mengusap wajahnya kasar kemudian memilih masuk ke dalam rumah. Farrel meninggalkan sejenak urusan dunianya dan menghadap Tuhannya dengan melakukan sholat dhuha.

Farrel benar-benar menjelma menjadi manusia yang berbeda dari sebelumnya. Sekiranya kita bisa mengikuti perjalanannya mulai dari sini. Bersama-sama mencontoh apa yang baik dan menghilangkan kekeliruan yang terjadi dalam kisah ini.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Dewi Fatimah

Dewi Fatimah

aku hadir thor 🤗🤗

2023-01-06

0

dede bayi🍼🍼🍼

dede bayi🍼🍼🍼

aku mampir kak

2021-04-05

0

Dheway

Dheway

masih setia

2021-01-20

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!