Terhitung dua hari Farrel sendirian di desa itu, sudah ada kejenuhan yang menelusup ke dalam hatinya. Maka hari ini, Farrel memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya dan bersiap kembali ke Yogya. Begitulah rencananya.
Farrel memilih pulang menggunakan angkutan umum bus. Tas yang terlampir di punggungnya adalah satu-satunya barang yang dia bawa saat ini.
Setelah membeli tiket, Farrel memilih masuk ke dalam bus menunggu keberangkatan. Farrel mulai menggunakan headsetnya untuk menghilangkan kejenuhan. Awal mula semua baik-baik saja, sampai pada saat matanya menangkap sesuatu yang membuatnya tertegun.
Farrel melihat seorang bocah laki-laki sedang berlarian menawarkan jasa membawa barang. Namun bukan hal itu yang membuatnya tertegun. Farrel sedang memperhatikan interaksi antara bocah itu dengan seorang wanita berkerudung di seberang sana.
Terlihat bocah itu menawarkan jasanya kepada wanita tersebut. Farrel seperti melihat sosok yang tidak asing dimatanya.
Seorang wanita yang lembut dan juga anggun menerima jasa bocah laki-laki itu. Mereka berjalan beriringan menuju bus yang ditumpangi Farrel. Anehnya, sang wanita tidak membawa barang apapun dan membayar bocah lelaki itu tepat di depan pintu bus.
Setelah bocah itu berlalu sang wanita masuk ke dalam bus dan mencari tempat duduk untuknya. Bus yang sudah mulai penuh oleh penumpang itu menjadi agak sesak oleh hawa manusia.
Wanita itu masih mengedarkan pandangannya mencari tempat yang sekiranya masih bisa dia tempati. Matanya tertuju pada sebuah jok yang ada di sebelah Farrel.
Entah mengapa Farrel yang sedari tadi memperhatikannya kini mulai tidak nyaman dalam duduknya.
Tiba-tiba saja pasukan semut mistis yang hanya terasa oleh Farrel menyerangnya. Udara yang panas kian bergelora seiring keringat yang bercucuran dari dahinya. Keringat itu muncul bukan karena Farrel memakan sambel pecel lele tadi malam 'kan?
Jika pun iya keringat itu muncul karena sambal semalam, bukankah keringat itu sangat terlambat untuk hadir diwaktu yang kurang tepat.
Farrel tidak duduk dengan tenang karena gangguan-gangguan itu. Apalagi ketika Farrel melihat wanita itu terus berjalan ke arahnya.
Semakin mendekat dan terus dekat, wanita itu tersenyum canggung.
"Di sini kosong Pak?"
Hah Bapak?
Buyarlah sudah semua semut dan keringat tanpa sambal itu. Farrel menatap tajam ke arah wanita itu.
Farrel yang awalnya bersimpati pada wanita tersebut langsung dibuat kesal olehnya. Ingatlah satu hal Farrel masih belum berubah sepenuhnya, egonya yang tinggi membuat dia terus bersembunyi di balik dinding ketegaran dan juga pandai menyembunyikan sisi terlemahnya.
"Maaf sudah terisi Bu."
Di sini Farrel seperti sedang mencoba membalas perkataan wanita itu. Jelas-jelas wanita itu masih terlihat muda dan segar, Farrel dengan sengaja ingin membuatnya kesal.
Kenapa Farrel melakukan hal itu?
Mungkinkah Farrel saat ini sedang salah tingkah?
Di usianya yang sudah matang yakni dua puluh sembilan tahun bukankah masa-masa salah tingkah seharusnya sudah memasuki masa kadaluarsa?
Entah mengapa sisi kekanakkannya hadir saat menghadapi wanita yang bahkan baru pertama kali dia temui.
Eh tunggu, jika diingat Farrel seperti pernah melihat wanita itu tetapi dimana dia tidak ingat dan tidak ingin tahu. Apalagi saat ini, hanya karena wanita itu salah menyapanya Farrel kehilangan semut mistisnya alias dia kembali tenang dalam duduknya tanpa rongrongan dari kecanggungan.
Wanita itu masih tersenyum ramah bahkan tidak kesal sama sekali.
"Oh begitu."
Hanya balasan singkat seperti itu mampu membuat Farrel kembali menoleh ke arahnya. Wanita itu mulai kembali mencari tempat untuk dia duduki, tetapi ternyata semua kursi sudah penuh.
Kemudian wanita itu kembali berpikir untuk turun dan menunggu bus lain mengingat perjalanan yang akan ditempuh terbilang cukup jauh, bahkan bisa menghabiskan waktu selama dua jam.
Oh membayangkannya saja wanita itu sudah merinding, bisa saja kakinya kaku karena berdiri nanti. Saat langkahnya belum sampai dua langkah sang kernet bus menutup pintu masuk, mesin mulai menyala.
Sang wanita mulai kelimpungan mencoba berbicara tetapi sebuah suara menghentikannya.
"Bu, Teh, Non ... tempati saja jok ini. Orang yang tadi di sini tidak jadi naik bus, dia lebih milih naik delman."
Siapa itu yang bicara sungguh alasan tidak masuk akal.
Wanita itu mengernyit tetapi tak lama kemudian mengiyakan dan duduk di samping pria yang tadi disapanya dengan sebutan Bapak.
Ya, Farrel merasa tidak tega akhirnya dan membiarkan wanita itu duduk di sampingnya. Farrel sungguh tidak pandai beralasan terbukti dari alasan yang dia karang tadi. Untunglah wanita itu tidak memperdulikannya, jika iya? Ah mungkin ini akan sampai dititik saling menjambak mungkin.
***
Perjalanan yang membuat badan pegal akhirnya berakhir. Para penumpang turun di terminal tempat tujuan. Begitupun dengan Farrel, dia menenteng tas ranselnya kemudian turun dari bus. Farrel menumpangi salah satu ojek yang kebetulan sedang mangkal di dekat terminal.
Bukan rumahnya ataupun rumah Uwa tujuannya, Farrel mengarahkan tukang ojek itu menuju sebuah area pemakaman. Farrel ingin menjenguk sang istri tercinta yakni Sofia Mufliha.
Setelah turun dari ojek, Farrel memasang wajah ceria setiap kali akan berziarah. Farrel tampilkan senyuman terbaiknya karena Farrel yakin Sofia melihatnya dan akan tahu bahwa Farrel baik-baik saja tanpa dirinya.
Farrel menatap sekeliling yang dipenuhi makam-makam kemudian Farrel menggumamkan salam kepada seluruh makam-makam tersebut.
Farrel mencoba menerapkan apa yang pernah dipelajarinya dari sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas bahwa Rosululloh pernah melewati area pemakaman di Madinah dan Beliau menghadapkan wajahnya pada seluruh penghuni kubur dan berucap, "assalamualaikum wahai penghuni kubur, semoga Alloh memberi ampunan kepada kami dan kepada kalian. Kalian adalah pendahulu kami dan kami akan menyusul."
Farrel berjongkok di sisi kanan makam Sofia, sejenak memandangi nisan yang bertuliskan nama istrinya kemudian mengusapnya pelan.
Walau batin perih Farrel harus tersenyum, Farrel melapalkan do'a-do'a yang dia hafal untuk Sofia.
Farrel melakukan itu dan selalu berlama-lama bila dirinya sedang berada di makam Sofia. Hal itu semata untuk mengurangi rasa rindunya.
Namun tidak kali ini, setelah selesai berdo'a Farrel mengangkat wajahnya dan mendapati wanita di dalam bus tadi sedang berdo'a di sebuah makam yang berada tepat di hadapan Farrel.
Farrel baru ingat satu hal, pantas saja Farrel merasa tidak asing dengan wanita itu ternyata pernah beberapa bulan sebelumnya Farrel melihat wanita itu di pemakaman ini.
Melihat sosoknya dari arah belakang membuat Farrel teringat pada Sofia.
"Kamu mengingatkanku padanya."
Begitulah gumaman kecil Farrel yang hanya bisa terdengar olehnya.
.
.
.
.
Belum panas ya ini kebanyakan narasi, typo merajalela, ah gimana lagi dong entah kenapa situasinya aku ciptakan seperti ini. Dinikmati aja ya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dewi Patimah
alhamdulillah bisa tekan like skrng mah, semangat thor 💪💝
2023-01-12
0
dede bayi🍼🍼🍼
bagus ka ceritanya semoga farel cepet bisa move on
2021-04-05
0
Neyla Zalfa
kelihatannya menarik...up thor
2021-01-09
1