Gelap langit sore, awan-awan berarak mengikuti tiupan angin hanya terlihat cahaya memanjang terang di ujung sana. Mendung.
Titik-titik air hujan yang ukurannya lebih kecil dari kerikil rel kereta api mulai berjatuhan. Farrel masih enggan untuk pulang, selepas dari pemakaman tadi Farrel memilih berjalan-jalan menyusuri pasar tradisional. Farrel membeli beberapa jenis buah dan juga sayuran.
Ah andai masih ada istri, mungkin kegiatan seperti itu akan sangat membahagiakan untuknya. Kini, hidup sendiri membuatnya terbiasa. Namun, Farrel sangat menghindari berlama-lama di rumah. Selalu ada rasa sesak entah kapan akan sembuh.
Farrel berlari-lari kecil menghindari air hujan yang tumpah itu. Farrel berlari menuju sebuah pelataran mesjid, oh sialnya kenapa harus ada wanita itu lagi?
Siapa sih?
Lalu dengan tekad sekuat baja Farrel melangkah mendekati wanita yang kini sedang membuka payung berwarna merah motif bunga-bunga miliknya.
"Assalamualaikum."
Wanita itu menoleh dan keheranan melihat sosok Farrel.
"Waalaikumsalam, bukankah Anda yang tadi di dalam bus?"
Farrel mengangguk, "kenapa Anda mengikuti saya?"
Krik krik.
Wanita itu mengernyit bingung.
Farrel yang baru sadar akan ucapannya segera meralat, "eh ... maksud saya kenapa kita selalu bertemu hari ini?"
Wanita itu nampak semakin bingung, dengan gerakan pelan dia menoleh ke kiri dan ke kanan kemudian telunjuknya menunjuk ke arah dirinya.
"Iya Anda. Eh ... enggak ... enggak gak jadi."
Ingin sekali Farrel memukul dirinya sendiri yang salah tingkah pada orang yang tidak dikenalnya.
Eh jangan deh kan sakit Bang!
Si wanita kini mulai merasa takut pada Farrel, terbukti dia dengan tergesa-gesa membuka payungnya. Kemudian tanpa permisi wanita itu pergi begitu saja. Mungkin saat ini dia sedang dilanda ketakutan.
Wanita itu berpikir mungkinkah Farrel adalah salahsatu komplotan pencuri yang menggunakan gendam. Ih membayangkannya saja wanita itu sudah ngeri.
Sementara Farrel hanya melongo melihat kepergian wanita itu. Apakah dirinya bau?
Ah tidak, tadi pagi 'kan mandi dulu.
Akhirnya Farrel merutuki kebodohannya dan memilih masuk ke dalam mesjid karena sebentar lagi waktunya sholat ashar.
***
Seorang wanita berpayung merah berjalan cepat membelah hujan. Satu kejadian yang membuatnya ketakutan baru saja terjadi.
Siapa orang itu?
Penjahat zaman sekarang pada jago akting.
Wanita itu terus menggerutu di dalam hatinya.
Was-was dan ketakutan bercampur aduk hingga tanpa terasa wanita itu sudah sampai di tujuannya. Sebuah panti yang berisikan anak-anak kurang beruntung yang ditinggal orangtuanya.
Membuka pintu pagar, wanita itu tersenyum lebar. Terlebih sambutan dari anak-anak yang riang berlarian menghampirinya makin menambah senyuman itu terpahat di wajah cantiknya.
"Kak Inda datang ... Kak Inda datang."
Berawal dari teriakkan seorang anak, mengundang banyak temannya untuk mengikuti menyambut wanita yang bernama Inda Nurqolbi itu.
"Assalamualaikum, adik-adik."
Suatu kebahagiaan melihat keceriaan anak-anak ini, walaupun Inda adalah seorang gadis dari keluarga berada namun dirinya selalu ingin berbagi kebahagiaan bersama anak-anak yang dianggap sebagai adiknya tersebut.
Oleh karena itu setiap kali Inda berkunjung ke kota ini pasti akan menyempatkan diri berkunjung ke panti. Bahkan saat dirinya belum beristirahat seperti sekarang ini.
Berawal dari pertemanan dengan sahabatnya yang merupakan pengurus panti, akhirnya Inda menjadi salah satu orang yang sering berdonasi untuk panti.
Bahkan anak-anak di panti sudah sangat mengenalnya dan menyayanginya berkat ketulusan yang selalu diperlihatkan oleh Inda.
Hari ini, sepulang dari kampung halaman sang nenek Inda menyempatkan diri untuk berkunjung ke panti. Sebelum akhirnya Inda harus kembali ke Yogya untuk meneruskan pendidikannya di salah satu Universitas ternama di sana.
Orang tua Inda sendiri berada di luar pulau Jawa, sehingga hidup mandiri sudah menjadi hal biasa untuknya.
Inda bahagia setiap kali berkunjung ke panti, seperti saat ini anak-anak menggiringnya masuk lebih dalam ke lingkungan panti.
"Kak Inda nginep kan?"
Pertanyaan polos meluncur dari bibir mungil gadis kecil yang sedang menggelayut manja di lengan Inda.
"Nginep gak ya ... hmm."
Menggoda anak-anak ini adalah suatu kesenangan tersendiri untuknya.
"Inda kapan datang?"
Suara seseorang membuat semua orang menoleh, dialah sahabat Inda sang pengurus panti.
"Hai Ri, apa kabar?" Inda menghampiri sahabatnya yang bernama Riri itu kemudian memeluknya.
"Baik ... kapan datang ih? Aku kan jadi gak ada persiapan."
Kedua sahabat itu melepas pelukannya dan saling melempar senyum. Sementara anak-anak yang tadi mengarak Inda, kini mulai sibuk dengan permainannya kembali.
Kini Riri dan Inda duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung pada anak-anak yang sedang bermain di depannya.
"Kamu belum jawab pertanyaanku Da."
"Eh yang mana?" Inda yang sedang asik memperhatikan anak-anak sedikit terperanjat mendengar suara Riri.
Riri memutar bola matanya jengah dengan kelakuan sahabatnya yang ternyata tidak berubah. "Kapan kamu ke sini sayang?"
Inda terkikik geli mendengar nada bicara Riri yang terlihat gemas padanya.
"Kemarin aku jenguk nenek di kampung, terus tadi pagi aku naik bus kemari dan ...."
Tiba-tiba saja Inda teringat akan kejadian yang menimpanya sejak menaiki bus.
"Dan apa?" Riri yang melihat perubahan mimik wajah dari sahabatnya merasa aneh dan kembali bertanya.
"Ah bukan hal yang penting, hanya saja tadi aku bertemu dengan orang aneh. Awalnya judes gitu eh ketemu lagi orang itu malah sok kenal. Kan aku takut kalau orang itu penjahat yang suka hipnotis orang."
"Ish kamu jangan berparasangka buruk loh!"
"Ah iya Ri iya ... tapi waspada perlu kan, apalagi aku wanita dia pria."
Riri sontak menoleh dan memicingkan matanya ke arah Inda. "Oh jadi pria, jangan-jangan dia naksir itu."
Eh.
Inda melotot ke arah Riri tidak terima. "Enggak ya, ah udah anter aku ke kamar ingin ganti baju. Malam ini aku nginep ya, besok aku langsung ke Yogya."
"Ok deh Nyonya Bos." Riri merangkul lengan sahabatnya dan mereka berjalan menuju sebuah kamar yang selalu dipakai Inda jika sedang menginap di panti. Malam nanti akan menjadi malam bersenang-senang bersama anak-anak sebelum akhirnya Inda pergi dan entah kapan kembali ke panti itu.
***
Malam menyapa tusukan suhu dingin terasa menyayat di kulit, Farrel baru tiba di rumahnya. Bergegas Farrel membersihkan tubuhnya setelah itu menghadap Sang Tuhan.
Farrel mengupas buah naga dan membelah-belahnya dengan pisau. Farrel memakannya satu persatu sambil membuka-buka artikel otomotif di dalam ponselnya.
Farrel menghela nafas menatap sekeliling rumahnya yang tidak terawat, rumah yang dahulu tempatnya menyiksa Sofia. Ya, menyiksa perasaan wanita yang kini amat sangat ingin dia temui.
Farrel memilih menutup mata dan mengakhiri hari ini berharap bermimpi akan pertemuan dengan Sofia. Namun itu tidak pernah dialaminya, Sofia tidak pernah menyapanya walau dalam mimpi.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dewi Fatimah
kalo sudah tiada baru terasa ,, eh jadi nyanyi 🤭🤭🤭
2023-01-06
0
Wulan Sari
sofia udah ngga ada farel. yang ada shafa. mau ketemu shafa?
2021-01-14
2
Raina Wahab
ditunggu selalu kelanjutannya thor
2021-01-13
1