Farrel mulai melakukan rutinitasnya di kota Yogya, Farrel datang ke bengkel miliknya pagi-pagi sekali. Suasana masih sangat sepi di bengkel itu, bahkan para pekerjanya pun belum datang. Farrel mempekerjakan lima orang di sana.
Alasan mengapa dirinya membuka bengkel per di daerah Yogya adalah karena peluang di sana lebih besar dia lihat. Hasilnya, memang seperti itu. Rezeki Farrel mengalir di kota itu, kesuburan dalam berkarir nyatanya tidak membuat Farrel mendapat kebahagiaan.
Bukan uang yang dia cari! Farrel mencari ketenangan jauh dari kota kelahirannya. Kota yang penuh kenangan pahit, bahkan sejak dirinya masih kecil.
Sekarang di kota ini, Farrel berusaha bangkit dari keterpurukan karena kehilangan istrinya. Entahlah akan berhasil atau tidak. Sebab dua tahun berlalu Farrel masih belum bisa menghilangkan bayang-bayang nestapa itu.
***
"Pagi Bos ...."
Sapaan seseorang membuyarkan lamunan Farrel.
"Sudah saya bilang jangan manggil Bos!"
Farrel berjalan menuju sebuah truck besar yang siap diperbaiki.
"Lah terus saya manggilnya apa? Masa Bapak? Gak mau ah, kayak si Suryo aja."
Orang tersebut mengikuti Farrel di belakangnya seraya membawa alat-alat yang sekiranya dibutuhkan.
Farrel melirik sejenak kemudian kembali fokus pada truck di depannya. "Apa aja selain Bos! Berasa kayak mafia tahu gak? Emang ada mafia seganteng saya?"
Hadeuh Farrel percaya diri sekali.
"Ada kok mafia ganteng, kata istri saya cerita di novel-novel mafianya ganteng."
"Itu mah imajinasi istri kamu aja, sebab tiap hari lihat wajah kamu. Jadi ngayal deh tuh yang ganteng-ganteng."
Orang itu mendadak terdiam meresapi ucapan Farrel yang sesungguhnya candaan itu.
"Ambilin dongkrak No!"
Satu menit, dua menit, sampai lima menit Farrel menunggu namun orang bernama Kartino itu tidak juga merespon.
"No ... No ... Kartino!"
Farrel menaikan volume suaranya sehingga Kartino yang tidak latah mendadak blingsatan tidak karuan.
"Apa Bos? Apanya?"
Kartino berjalan tidak tentu arah, membuat Farrel sejenak memperhatikannya sambil menggelengkan kepala.
"Dongkrak Kartino!"
Kartino segera berlari dan mengambil dongkrak yang dimaksud. Farrel menunggu sambil memperhatikan kelakuan Kartino yang mendadak berubah. Bahkan setelah Kartino kembali dan membawa dongkrak, Farrel masih memperhatikannya.
"Kamu kenapa No? Apa saya salah bicara?"
Kartino yang berada di sebelahnya terdiam sejenak. "Kata istri saya, saya mirip Jepri Nikol. Jadi mana mungkin ada yang lebih ganteng daripada saya, Bos."
Farrel mengernyit dalam.
"Emang kamu masih saudaraan sama si Jepri tukang pentol itu ya? Kok gak pernah cerita."
Percakapan unfaedah antara dua orang yang tidak nyambung itu berakhir dengan kesalahpahaman silsilah keluarga.
Lantas sebelum kesalahpahaman itu berakhir, para pekerja yang lain sudah datang. Sehingga yang Farrel tahu Kartino adalah saudara dari Jepri Nikol si pedagang pentol.
***
Di sebuah kamar kost yang letaknya di Kabupaten Gunungkidul. Inda memulai aktivitasnya seorang diri sebagai seorang mahasiswi yang mempersiapkan diri untuk masuk kuliah esok hari. Sengaja Inda datang ke Yogya sehari sebelum dimulainya kembali pembelajaran. Inda ingin berjalan-jalan di kota yang terkenal dengan penduduknya yang ramah itu.
Inda ingin menghabiskan waktu dan memanjakan jiwa kutu bukunya.
Seperti biasa, Inda mengenakan gamis dan juga kerudung yang menutupi setengah dari tubuhnya. Walaupun bukan seorang yang pintar tentang agama, Inda selalu berusaha menjadi pribadi yang baik dan juga menjaga diri. Salah satunya yakni dengan berpakaian yang sopan dan tidak mengundang banyak lalat pengganggu.
Inda keluar dari tempat kostnya dan berdiri di depan rumah yang dijadikan tempatnya berteduh.Inda menunggu ojek online yang dipesannya. Lingkungan tempat tinggalnya terbilang lingkungan yang bebas bahkan seringkali Inda digoda oleh beberapa orang pemuda di sana. Seperti saat ini orang-orang iseng yang kebetulan lewat di depannya tidak menyia-nyiakan kesempatan menggoda Inda.
"Gadis manis siapa yang punya?"
"Yang punya adalah saya."
Nyanyian tidak karuan terdengar dari lantai dua rumah yang berada di seberang rumah kost Inda.
Sejumlah pemuda tengah bernyanyi diiringi gitar dan menggoda Inda.
"Kenalan yuk! Jangan sombong-sombonglah!"
Satu dari mereka nampak melempar puntung rokok ke arah Inda. Sontak Inda terkejut dan memberikan sorot mata yang tajam, namun hal itu bukannya membuat para pemuda itu gentar tetapi ternyata hal tersebut dianggap lucu oleh mereka. Mereka tertawa sangat keras mendapat respon dari Inda seperti itu.
Paras Inda yang cantik meskipun sudah tertutup tetap saja membuat mata-mata jahil tak berkedip menatapnya. Terkadang Inda ingin pindah tempat tinggal namun hal tersebut masih belum bisa dilakukannya.
Inda yang merasa risih mulai berdiri dengan gelisah. Tawa pemuda-pemuda jahil itu sungguh sangat mengganggu. Beberapa saat kemudian ojek yang dipesan Inda pun datang, hal itu membuat Inda bernapas lega. Inda terburu-buru menaiki kendaraan beroda dua itu diiringi celotehan tidak jelas para pemuda pengangguran di lantai dua sana.
***
Inda tiba ditujuannya sebuah toko buku besar di kota itu. Segera Inda memasuki toko tersebut.
Kepenatan seketika menghilang melihat deretan buku yang rapi tersusun di rak-rak buku itu. Inda tersenyum lebar seraya menuntun matanya menatap satu persatu deretan buku itu.
"Cari buku seperti apa Mbak?"
Tiba-tiba seorang pegawai wanita menghampirinya, Inda pun menanyakan buku yang sedang dicarinya.
"Mbak pecinta novel romantis ya?"
Inda tersenyum, "lagi iseng aja, biasanya baca yang ada komedinya. Apalagi novel-novel karya Hilman Hariwijaya, beuh saya suka banget."
"Eh sama dong Mbak, saya juga suka apalagi yang judulnya Kleptomania tahun 1998 itu loh."
"Kamu baca Lupus dong pasti." Inda antusias merasa menemukan teman yang bisa diajak mengobrol tentang hobinya.
Penjaga toko itu mengangguk, mereka pun melanjutkan obrolan di sebuah cafe ketika jam makan siang tiba.
"Kita belum kenalan ya?"
Inda mendaratkan tubuhnya di sebuah kursi di cafe itu.
Penjaga toko itu terkekeh merasa lucu akan tingkah mereka yang akrab walau belum saling mengenal nama.
"Saya Raihanun, panggil saja Hanun."
"Saya Inda, oh iya sudah lama kerja di toko buku itu?"
Hanun menghela napas dan menatap sendu ke arah Inda, "ini hari pertama saya bekerja di sana."
Akhirnya kedua gadis yang baru saja saling mengenal itu larut dalam obrolan yang didominasi tentang hobi mereka. Sampai tiba saatnya mereka berpisah di depan cafe.
"Terimakasih untuk hari ini ya Nun."
Hanun tersenyum kemudian mengusap lengan Inda. "Saya yang harusnya berterimakasih sudah ditraktir tadi. Kalau begitu saya duluan."
Hanun pun berjalan menuju ke toko buku tempatnya bekerja, namun baru beberapa langkah tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang sangat ditakutinya nampak juga sedang menatapnya. Hanun berbalik arah dan berlari sekencang-kencangnya.
Bahkan ketika melewati Inda, Hanun tidak sempat menyapanya.
"Ha ... Nun."
Inda pun kebingungan melihat Hanun berlari sekencang itu. Inda terkejut ketika tak lama setelah itu, seorang pria yang mirip preman di sinetron-sinetron terlihat mengejar Hanun.
Hanun?
Inda hanya mampu melihat dari kejauhan hingga Hanun dan lelaki yang mengejarnya hilang ditelan jarak.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dewi Fatimah
semangat thor💪😍
2023-01-06
0
danixxch
itu laki-laki yang godain perempuan kuker kah😤
2021-02-03
1
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Masih bnyak Rahasia, 🤭✌✌
2021-01-31
0