Harap tak kunjung bertepi, sunyi diujung nanti. Ungkapan yang seakan dibuat-buat tetapi mewakili isi hati sang pria kesepian yang tengah duduk di ruang tamu rumahnya dengan secangkir kopi susu di tangan kanan dan ponsel di tangan lainnya.
Ya, Farrel menikmati paginya kali ini tanpa terburu-buru keluar dari rumah. Sebab sang Uwa akan berkunjung sehingga mewanti-wanti agar Farrel tetap di rumah menunggu kedatangannya.
Uh Farrel bosan sekali.
Biasanya setelah sholat subuh di mesjid, Farrel memilih berlari pagi dan kembali ke rumah sekitar pukul sebelas pagi.
Farrel tidak pernah berada di rumah untuk waktu yang lama. Rumah ini sungguh membuatnya tersiksa dalam pilu.
Pernah terbersit dalam benaknya untuk menjual rumah ini tetapi begitu banyak kenangan yang tidak bisa dibeli di dalam sini.
Farrel bertahan walau dalam sesak, Farrel memilih mencintai seluruh kenangannya dan tidak berniat melupakannya.
***
Pukul sembilan pagi Uwa baru datang bersama sang cucu Reasad. Seperti biasa tiap kedatangannya Uwa selalu membawa berbagai makanan untuk Farrel.
Perlakuannya ini kadang membuat Farrel menggelengkan kepalanya. Uwa selalu bertindak berlebihan bila berhubungan dengan Farrel.
"Uwa ... kebiasaan bawa makanan banyak banget ah, siapa yang mau makan coba? Lagi juga nanti sore aku berangkat ke Yogya."
Percuma Farrel protes, hasilnya akan tetap sama sang Uwa hanya terkekeh geli dengan kekesalan keponakannya itu.
Membuka semua bungkusan yang dibawanya, Uwa menyuruh Reasad untuk duduk dan memerintah Farrel untuk ikut makan.
"Aku belum lapar Wa, baru ngopi."
Percuma Rel, Uwa tidak mengindahkan penolakan. Setelah Farrel duduk di kursi, Uwa mengambilkan piring dan mengisinya dengan makanan.
Walau dengan bibir maju mirip ikan gurame, Farrel tetap menurut dan memakan makanan itu.
"Makan yang banyak!"
Uwa menepuk pundak Farrel berpuas hati karena telah memenangkan pertempuran.
"Icad, Nenek pemaksa ya. Kamu betah aja ikut-ikut kemana Nenek pergi."
Farrel memprovokasi Reasad demi mendapat dukungan dalam berdemo.
"Aku ikut karena dipaksa."
Celetukkan Reasad membuat sang nenek melotot sedangkan Farrel tergelak walau pelan.
"Sudah ... sudah cepat habiskan makannya!"
Farrel dan Reasad hanya bisa pasrah menuruti titah sang ratu di hidup mereka.
***
Uwa dan Reasad berada di rumah Farrel hingga sore menjelang. Uwa sengaja melakukan itu demi bisa mengantar Farrel ke stasiun guna berangkat ke Yogya.
"Aku udah bilang gak usah nganter Wa."
Sepanjang jalan menuju stasiun Farrel masih memprotes aksi Uwanya tetapi itu tidak berpengaruh apapun. Uwa bersikukuh mengantarnya.
Setibanya di stasiun, Farrel berpamitan pada Uwanya sesaat sebelum menaiki kereta api.
"Kalau sudah sampai tujuan, kabari Uwa ya Rel!"
"Iya Wa."
Farrel mencium tangan Uwa penuh hormat dan mencium pipi Reasad yang sejak tadi asik melihat panjangnya kereta api.
Seusai berpamitan, Farrel pun melangkah memasuki gerbong kereta api untuk pergi ke Yogya. Tempat yang selama ini dijadikan pelariannya.
Ok Yogya, Farrel datang.
***
Sudah tengah malam saat Farrel tiba di Yogya, hampir tidak ada kendaraan umum yang ditemuinya di sana.
Farrel menghubungi salah seorang pekerjanya untuk datang menjemput. Farrel menunggu dalam temaram lampu jalanan. Yogya malam ini lebih cerah dibandingkan malam-malam sebelumnya.
Farrel sedikit merasa terganggu dengan banyaknya wanita-wanita yang memakai pakaian berbahan minim terus saja menggodanya.
Mereka adalah bagian dari realita kehidupan yang selalu ada dimana pun itu tempatnya. Para kupu-kupu itu berharap ada bunga yang segar untuk dihisapnya.
Farrel memilih berjalan menghindari tempat yang tidak nyaman itu. Namun ternyata itu bukan pilihan yang baik, seseorang mengikuti Farrel dari belakang. Awalnya Farrel tidak menyadarinya namun ternyata semakin lama seseorang itu semakin jelas menampakkan dirinya. Farrel berhenti dan berbalik ke belakang tetapi rupanya seseorang itu telah menyiapkan kejutan.
Melalui gerakan tangan yang sangat cepat Farrel mendapatkan tinjuan tepat pada hidungnya yang membuat Farrel terkejut bukan kepalang dan mundur beberapa langkah.
Secepat kilat tas kecil yang dilampirkannya di depan dada Farrel dirampas. Tentu Farrel tidak berdiam diri, Farrel berusaha mengejar orang itu. Walau agak terhuyung namun Farrel masih kuat berlari. Darah segar yang sedikit mengucur dari hidungnya tidak membuatnya gentar. Farrel terus mengejar.
Melewati jalanan yang sepi hanya sedikit kendaraan yang lewat tak membuat Farrel gentar. Kini yang dia mau hanya tasnya kembali. Bukan karena ada uang di dalamnya, lebih dari itu dalam tas itu berisi beberapa lembar foto Sofia dan surat nikah yang tidak pernah dia buang.
Ternyata bakat sebagai pelari maraton pada zamannya sangat berguna saat ini, buktinya Farrel berhasil mengejar orang itu dan menarik topinya. Farrel terkejut sebab orang tersebut memiliki rambut yang panjang.
Farrel membalikkan tubuh orang itu dan ternyata wajah seorang perempuan nan manis nampak di hadapannya.
Masih dalam keadaan melotot tetapi tidak melepaskan cengkramannya pada rambut legam milik pencuri itu.
Farrel merampas kembali tas miliknya dan melepaskan wanita itu. Tanpa kata, wanita itu berlari menjauh.
Farrel menatapnya tanpa berniat mengejar lagi.
Dunia sungguh keras bahkan untuk seorang wanita.
Atas pertolongan Tuhan, Farrel berhasil mendapatkan kembali miliknya.
***
Beberapa saat setelah berbagai drama terjadi, pegawai yang menjemputnya datang juga. Farrel yang kelelahan masih sempat memberitahukan keberadaannya pada sang pegawai. Tidak membuang waktu Farrel bergegas pergi dari sana. Berharap pengalaman malam ini tidak terulang.
Farrel tidak lepas bersyukur akan apa yang telah dilaluinya. Bahkan untuk musibah yang baru menimpanya, Farrel amat sangat menerima semua ketentuan dan kehendak Tuhannya.
"Hidung Bapak berdarah."
Suryo yang menjemput Farrel baru memperhatikan wajah sang majikan.
Seraya mengusap hidungnya, Farrel tersenyum tulus.
"Ah ini tidak apa-apa, tapi kamu tahu gak Yo? Tadi yang nonjok ternyata cewek. Jago juga tuh tangannya."
Bayangan Farrel melayang pada sosok gadis pencuri itu, rambut hitam yang berkilau dikegelapan, mata teduh bak mata air.
Astaghfirullohaladzim ....
"Bapak kenapa?"
Eh?
Farrel membenarkan posisi duduknya seraya mengusap wajahnya dan banyak-banyak beristighfar. Sungguh godaan syetan sangat terkutuk.
Ah atau mungkin naluri seorang pria dari seorang Farrel mulai bangkit seiring waktu bergulir. Oh tentu tidak segampang itu bagi Farrel.
Andai cinta tidak pernah datang untuk Sofia, mungkin saat ini Farrel masih seperti dulu sang penikmat tantangan pengagum keindahan dunia.
Andai cinta itu tidak pernah ada untuk Sofia, mungkin saat ini Farrel masih menjauh dari Sang Pencipta. Farrel yang masih belajar ini masih sangat gampang dijerumuskan oleh sang penggoda yang yang hakiki yakni syetan yang telah meminta pada Alloh Subhanahuwata'ala agar tidak dimatikan dahulu sampai hari kiamat supaya bisa menggoda anak Adam dan menjerumuskannya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Wulan Sari
lanjut thor semangat ya semoga sukses selalu
2021-01-22
0
UCHI °OFFICIAL°
UPPP DONG KAK 😭
2021-01-16
1
💦Anak Malang💦 rofi'ah
next thor lanjutannya ditunggu.
di tunggu feedback nya, ya di
#Kasih & Sayang.
2021-01-15
1