Belenggu Sang Pemuda

Belenggu Sang Pemuda

BSP01. Mengulas kembali

Kisah perjalanan cinta Sang Pemuda dari salah satu provinsi A. Berakhir dengan Adi dan Adinda yang terpaksa dinikahkan secara siri, oleh warga setempat. Karena Adi kedapatan sedang mencoba memaksakan kehendaknya pada janda beranak satu, yang membuatnya mabuk kepayang tersebut.

Awalnya ia bertemu dengan Adinda disalah satu masjid yang berada di kota C, provinsi JB. Karena ia terpaksa dipindahkan ke kota C sementara, sebab tersandung kasus narkotika.

Ia begitu geram pada wanita itu. Karena Adinda sering meledeknya, dan selalu memasang wajah menyebalkan menurut Adi. Selain itu, Adi pun sedikit rasis dengan perempuan yang berstatus janda.

Sampai pada akhirnya, secara tak sadar. Ia ternyata memendam rasa cinta pada janda itu. Hingga ia berani mengambil keputusan untuk menikahi janda itu, namun harus ditentang oleh kedua pihak keluarga masing-masing.

Yang berakhir Adi sengaja berniat buruk, agar mempermudah restu untuk hubungan mereka berdua.

~

Dan sekarang, hampir dua bulan lamanya ia menjalani rumah tangga tanpa sepengetahuan orang tua Adi. Berbeda dengan orang tua Adinda, yang terpaksa harus memberikan restu saat pernikahan siri mereka dilangsungkan.

~

Pagi ini Givan, anak hasil pernikahan pertama Adinda dengan mantan suaminya dulu, tengah menikmati sarapan pagi dengan sang papah sambung. Yang harus dihentikan sementara, karena ibunya yang tiba-tiba muntah-muntah.

Adi bergegas menuju kamar mandi, untuk menemui istrinya yang tengah berusaha mengeluarkan isi perutnya itu.

"Kenapa, Dek?" tanya Adi terlihat begitu kalap.

"Tak tau. Aku ngerasa mual kali bau telor goreng macam itu." jawab Adinda dengan wajah memerah. Serta keringat dingin yang membanjiri pelipisnya.

"Pelan-pelan. Rebahan dulu di kasur, Abang ambil minyak angin dulu." sahut Adi, dengan memapah tubuh lemah istrinya. Lalu perlahan Adinda merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Tunggu sebentar, ok?" ujar suaminya dan berlalu pergi. Untuk mengambilkan minyak angin yang ia butuhkan.

Setelah mendapat barang yang ia cari, Adi menghampiri Givan terlebih dahulu.

"Bisa makan sendiri tak? Papah mau obatin mamah dulu." ucap Adi pada anaknya.

"Tak mau, disuapin Papah aja. Aku tunggu aja, Papah jangan lama-lama, ok?" sahut Givan kemudian. Adi menghela nafasnya lalu berjalan menuju kamar mereka lagi.

'Kapan itu anak bisa makan sendiri? Macam mana nanti kalau punya adik?' gumamnya dalam hati.

"Sini Abang baluri pakek minyak angin." ucap Adi begitu sampai di hadapan istrinya. Lalu ia duduk di tepian tempat tidur, dan menyibakan baju milik istrinya.

Ia tersenyum kecil, saat melihat karyanya yang bertebaran di sekujur tubuh istrinya.

"Tenggorokannya juga, Bang." ujar Adinda yang langsung diangguki oleh Adi.

"Kenapa sih kok tiba-tiba mual?" tanya Adi, dengan membalurkan minyak angin di leher istrinya, yang juga terdapat beberapa bekas c*pangannya.

"Tak tau. Perasaan baunya nusuk kali di hidung. Mana Abang pakek penyedap rasa ayam, kan? Itu tambah bikin aku mual." jawab Adinda kemudian.

"Jadi sarapannya apa? Abang udah goreng telor tiga. Buat Abang, Adek, sama Givan." sahut Adi dengan memperhatikan wajah istrinya yang terlihat begitu pucat.

"Nanti aja, biar aku bikin sendiri. Abang habiskan aja itu telornya." balas Adinda dengan berbaring menyamping menghadap arah lain.

"PAPAH, SUAPIN AKU!" teriak Givan sambil berlari menuju ke tempat mereka.

"Iya, Bang." seru Adi menyahuti anaknya, "Abang tinggal, ya? Adek istirahat aja dulu." lanjutnya berkata pada istrinya.

"Ya, Bang." jawab Adinda tanpa menoleh pada Adi.

Lalu Adi pergi membawa Givan untuk kembali ke ruang keluarga, saat Givan baru sampai di hadapan mereka berdua.

Adi kembali menelateni Givan yang asik dengan kartun paginya.

"Siang nanti belajar makan sendiri, ya? Kasian tuh mamah lagi sakit." ucap Adi mencoba memberi sedikit pengertian pada anaknya. Agar tak terlalu manja pada mereka berdua. Pasalnya untuk urusan makan dan memakai pakaian pun, harus orang tuanya yang melakukan.

"Kalau macam itu, aku ikut Papah aja ke ladang." sahut anak itu dengan sekilas menoleh ke arah Adi.

"Papah ke ladang tuh kerja, bukan untuk main. Masa mau kerja aja, Abang ikut sama Papah." balas Adi dengan memberi anaknya minum air putih. Karena terlihat ia begitu susah menelan makanannya yang cukup banyak di mulut kecilnya.

"Katanya mamah lagi sakit, nanti aku sama siapa coba?" jawab anak itu yang membuat Adi gemas. Karena ia selalu bisa menyangkal ucapannya.

"Terus siapa yang jagain mamah coba?" balas Adi mengikuti nada bicara Givan.

"Ya Papah ya. Aku mana bisa jagain mamah aku. Aku masih kecil lagi. Belum tumbuh besar macam Papah." sahut anak itu yang membuat Adi harus bungkam.

Lalu Adi melanjutkan suapan untuk anaknya, dengan ia yang juga tengah memakan sarapannya.

Setelah selesai sarapan, ayah dan anak itu bersiap untuk berangkat ke ladang. Hanya untuk mengecek kembali pengairan tetes yang masih dalam proses pengerjaan itu. Meski sudah diborong oleh pihak yang telah ditentukan, Adi tetap harus mengeceknya sendiri.

"Dek Dinda, Sayang." panggil Adi yang menghampiri istrinya. Adinda langsung memutar posisi tidurnya, untuk menghadap pada sumber suara.

"Apa Bang?" sahut Adinda dengan wajah yang pucat, dan mata yang terlihat begitu loyo.

"Beneran sakitnya? Abang mau ke ladang sebentar. Biar Givan Abang ajak." ungkap Adi yang mendapat anggukan kepala dari Adinda.

"Adek butuh sesuatu? Abang tak lama kok, cuma ngecek aja." tutur Adi yang mengharapkan istrinya bersuara.

"Iya sana kerja. Aku paling tak suka liat laki-laki yang hari-harinya di rumah terus. Meski udah kaya sekalipun." tukas Adinda dengan cetus. Adi sudah mendengar berulang kali ucapan Adinda yang seperti ini. Jadi ia sudah biasa saja menanggapinya. Karena memang ia pun merasa malu dengan tetangga, karena terlihat seolah-olah seperti pengangguran. Bila hanya diam di rumah saja.

"Maksud Abang, Adek tak apa Abang tinggal ke ladang? Adek kan lagi sakit." jelas Adi perlahan dan sehalus mungkin, agar istrinya tak terpancing emosi. Karena akhir-akhir ini, Adinda gampang marah hanya karena permasalahan sepele.

"Tak apa. Udah sana pergi!" seru Adinda yang langsung mendapat anggukan kepala dari Adi. Adi tak mengerti, kesalahan apa yang ia lakukan? Sampai-sampai istrinya begitu kesal padanya.

Lalu Adi dan Givan pergi ke luar rumah, setelah mengucapkan salam pamit pada Adinda.

~

Sekitar pukul sepuluh, lebih tiga puluh. Adi dan Givan sudah kembali ke rumah mereka. Adi menghela nafas dengan menggelengkan kepalanya, saat melihat istrinya masih tertidur pulas.

'Kenapa lagi dengannya? Tak macam biasanya tidur di waktu pagi macam ini.' gumam Adi pelan. Dan ia menuju dapur, untuk mengambil air minum.

Adi memberikan anaknya mainan, agar anaknya anteng di dalam rumah. Dan Adi memulai mengerjakan tugas istrinya yang terbengkalai itu. Mulai dari menyapu rumah, dan mencuci pakaian yang sudah dua hari ini tak dicuci. Karena ia belum sempat membeli mesin cuci, jadi ia mencucinya dengan tangan. Rencananya, ia akan membeli perabotan baru yang ia butuhkan, jika nanti rumah mereka sudah rampung dibangun.

Pukul dua belas siang, Adi selesai menjemur pakaian yang tadi ia cuci. Ia menggelengkan kepalanya melihat istrinya masih tertidur saja.

Perutnya lapar, tentu perut anaknya juga demikian. Melihat kelakuan Adinda yang tertidur saja dari pagi, membuat emosinya naik. Apa lagi jelas tak ada makanan yang tersedia untuk makan siangnya nanti.

"Ya ampun, Adinda." seru Adi yang berjalan menghampiri istrinya.

"Apa sih, Bang? Berisik aja!" sahut Adinda yang malah sewot. Bukannya ia mengerti atas kesalahan-kesalahan. Malah ia marah dengan Adi yang sengaja mengganggu tidurnya.

TBC.

Disarankan untuk membaca novel Sang Pemuda terlebih dahulu. Agar tak bingung dengan cerita ini.

Ayo dukung cerita author 😁

Dengan cara LIKE, VOTE, RATE ⭐⭐⭐⭐⭐, tap ❤️ FAVORIT juga. Dan berikan komentar terbaik kalian, agar author semakin semangat dalam berkarya 😁

Terima kasih 🙏

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

sehat selalu

2022-10-02

0

Oh Dewi

Oh Dewi

suka deh sama ceritanya, kaya novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu

2022-06-23

1

Rahayu Rara

Rahayu Rara

buat dinda hamil anak perempuan aja thor, biar naya di kembaliin sm ibu kandung nya.. gk rela ak kalo dinda ngurus naya

2021-05-12

1

lihat semua
Episodes
1 BSP01. Mengulas kembali
2 BSP02. Adinda kenapa?
3 BSP03. Badai terlalu dini
4 BSP04. Tak percaya
5 BSP05. Adinda menelepon
6 BSP06. Ke dokter
7 BSP07. Jefri sialan
8 BSP08. Rumah mertua
9 BSP09. Terungkap
10 BSP10. Tragedi
11 BSP11. Adi dan perjuangannya
12 BSP12. Berseteru
13 BSP13. Pulang dari rumah sakit
14 BSP14. Kabar buruk
15 BSP15. Kecambah
16 BSP16. Menjemput Givan
17 BSP17. Fantasi Adinda
18 BSP18. Adinda pulang
19 BSP19. Hampir ketahuan
20 BSP20. Nasehat umi
21 BSP21. Rencana liburan
22 BSP22. Penginapan
23 BSP25. Gempa lokal
24 BSP26. Malam yang panjang
25 BSP27. Uang bulanan
26 BSP28. Penolakan Adi
27 BSP29. Amukan Adi
28 BSP30. Syukuran
29 BSP31. Alasan
30 BSP32. Aksi Maya
31 BSP33. Keterkejutan Maya
32 BSP34. Berlian
33 BSP35. Morning sick
34 BSP36. Kunjungan Seila
35 BSP37. Kunjungan Seila 2
36 BSP38. Uang bulanan (lagi)
37 BSP39. Teman lama
38 BSP40. Tentang Haris
39 BSP41. Kotak perhiasan
40 BSP42. Pelukan penenang
41 BSP43. Rasa syukur
42 BSP44. Givan dan rumah sakit
43 BSP45. Ayah Jefri dan abi Haris
44 BSP46. Candaan sederhana
45 BSP47. Larinya keuangan Adi
46 BSP48. Pola pikir Adi
47 BSP49. Tagihan Adinda untuk Adi
48 BSP50. Kekacauan pikiran Adi
49 BSP51. Ejekan mantan
50 BSP52. Mencari hutang
51 BSP53. Amarah Adinda
52 BSP54. Amarah Adinda 2
53 BSP55. Rencana terselubung
54 BSP56. Bungkamnya Adinda
55 BSP57. Berbaikan
56 BSP58. Melobi Adinda
57 BSP59. Adi memaksa
58 BSP60. Cerita persalinan
59 BSP61. Adinda USG
60 BSP62. Adinda ngambek
61 BSP63. Peliharaan
62 BSP64. Bukan baby sitter
63 BSP65. Tujuh bulanan
64 BSP66. Keseruan bersama
65 BSP67. Jalan-jalan ke luar
66 BSP68. Nomor tak dikenal
67 BSP69. Tentang Adinda
68 BSP70. Tangisan Adi
69 BSP71. Rencana Adi pulang
70 BSP72. Kediaman umi
71 BSP73. Tanda merah
72 BSP74. Tidak disangka
73 BSP75. Ada sesuatu
74 BSP76. Perdebatan
75 BSP77. Kereta api
76 BSP78. Amukan Adi (lagi)
77 BSP79. Magnet rezeki
78 BSP80. Kerang hijau
79 BSP81. Mengambil mobil
80 BSP82. Toko perlengkapan bayi
81 BSP83. Untuk kebaikan Zulfa
82 BSP84. Ucapan Haris
83 BSP85. Diintrogasi mertua
84 BSP86. Diintrogasi mertua 2
85 BSP87. Operasi sesar
86 BSP88. Bayi perempuan
87 BSP89. Cut Naya Maulida
88 BSP90. Tawaran untuk Jefri
89 BSP91. Rencana yang gagal
90 BSP92. Mobil siapa?
91 BSP93. Nasehat ayah
92 BSP94. Psikiater atau psikolog?
93 BSP95. Akan pulang
94 BSP96. Keluh kesah Maya
95 BSP97. "Pertahankan aku"
96 BSP98. Masalah ayah
97 BSP99. Usulan Adi
98 BSP100. Salah paham
99 BSP101. Keresahan Adinda
100 BSP102. Adinda kecewa
101 BSP103. Tamu dadakan
102 BSP104. Peusijuek lueng
103 BSP105. Serangan fajar
104 BSP106. Syukuran kecil-kecilan
105 BSP107. Tawaran usaha baru
106 BSP108. Ladang baru (lagi)
107 BSP109. Tentang Adi dan Nurul
108 BSP110. Surat yang mengejutkan
109 BSP111. Diperiksa polisi
110 BSP112. Bertemu dengan penuntut
111 BSP113. Cara Adinda
112 BSP114. Ngerumpi
113 BSP115. Bebas
114 BSP116. Ketergantungan Zuhra
115 BSP117. Tak dapat pintu
116 BSP118. Rasa penasaran
117 BSP119. Penjelasan Adinda
118 BSP120. Menelepon Haris
119 BSP121. Kabar duka
120 BSP122. Tawaran untuk Jefri (lagi)
121 BSP123. Hana peng, Hana inong
122 BSP124. Menuruti keinginan
123 BSP125. Menanti
124 BSP126. Pembukaan
125 BSP127. Komplit
126 BSP128. Adinda pulih
127 BSP129. Merangkai nama
128 BSP130. Teuku Ghifar
129 BSP131. Safar dan Sukma
130 BSP132. Serangan fajar (lagi)
131 BSP133. Keputusan Adi
132 BSP134. Ibu Risa pulang
133 BSP135. Pertahanan Adi
134 BSP136. 31 hari
135 BSP137. Ada apa dengan Zulfa?
136 BSP138. Saran untuk Jefri
137 BSP139. Saran untuk Jefri 2
138 BSP140. Papah, bukan Daddy
139 BSP141. Daster midi
140 BSP142. Prasangka Adi
141 BSP143. Zulfa pulih
142 BSP144. Undangan Haris
143 BSP145. Surprise
144 BSP146. Hantaman
145 BSP147. Penjelasan Jefri
146 BSP148. Sebelum penerbangan
147 BSP149. ASIP untuk Ghifar
148 BSP150. Kedatangan Adi
149 BSP151. Membujuk Adinda
150 BSP152. Bertemu Ghifar
151 BSP153. Musyawarah
152 BSP154. Hari H
153 BSP155. Perasaan Adinda
154 BSP156. Foto bersama
155 BSP157. Ayam boiler
156 BSP158. Mengejar Adinda
157 BSP159. Roti bakar
158 BSP160. Zuhra sakit
159 BSP161. Surprise 2
160 BSP162. Cek Kandungan si adik
161 BSP163. Menjemput Adinda
162 BSP164. Mengikhlaskan
163 BSP165. Hancurnya hati
164 BSP166. Tak berguna
165 BSP167. Adinda dijemput
166 BSP168. Mencoba menjelaskan
167 BSP169. Penjelasan Adi
168 BSP170. Keputusan akhir
169 BSP171. Kontrol lagi
170 BSP172. Sukma berkunjung
171 BSP173. Kenangan masa lalu
172 BSP174. Kesediaan Zuhra
173 BSP175. Resepsi Safar
174 BSP176. Prosedur
175 BSP177. Perjuangan persalinan
176 BSP178. Keadaan Adinda
177 BSP179. Adinda pulih 2
178 BSP180. Makan bakso
179 BSP181. Tentang keluarga umi
180 BSP182. Kejutan untuk Adinda
181 BSP183. Fokus untuk Adinda
182 BSP184. Tak memiliki mertua
183 BSP185. Musibah kecil
184 BSP186. Kebutuhan Adinda
185 BSP187. Surprise 3
186 BSP188. Reaksi keluarga
187 BSP189. Adi dan anaknya
188 BSP190. Musyawarah 2
189 BSP191. Keputusan akhir 2
190 BSP192. Tamu-tamu Adinda
191 BSP193. Garaga
192 BSP194. Naya sakit
193 BSP195. Keinginan Maya
194 BSP196. Tuntutan Maya
195 BSP197. Siapa yang mengurus Naya?
196 BSP198. Tak betah
197 BSP199. Perawatan Adinda
198 BSP200. Adi cemburu
199 BSP201. Ada apa dengan Naya?
200 BSP202. Kondisi Naya
201 BSP203. Bank darah
202 BSP204. Penantian Salma
203 BSP205. Keisengan Salma
204 BSP206. Drama keluarga kecil Adi
205 BSP207. Akak bukan Mamah
206 BSP208. Pemahaman sederhana
207 BSP209. Seharga motor
208 BSP210. Tentang Fanji
209 BSP211. Siasat
210 BSP212. Keputusan Adinda
211 BSP213. Obrolan keluarga
212 BSP214. Masalah tengah malam
213 BSP215. Pihak WO
214 BSP216. Saran Haris
215 BSP217. Tersinggung
216 BSP218. Dibicarakan kembali
217 BSP219. Bukan tak perhatian
218 BSP220. Berkunjung
219 BSP221. Rumah Adinda
220 BSP222. Berbelanja
221 BSP223. Rumah Haris
222 BSP224. Suami terbaik
223 BSP225. Kawan lama Adinda
224 BSP226. Adi merajuk
225 BSP227. Masalah hadiah
226 BSP228. Bertolak kembali
227 BSP229. Mabuk kendaraan
228 BSP230. Hasil yang mengejutkan
229 BSP231. Permintaan Zuhra
230 BSP231. Angan-angan Zuhra
231 BSP232. Angan-angan Zuhra
232 BSP233. Sunting
233 BSP234. Rumah sakit atau hotel?
234 BSP235. Bandara T A M A T
235 PENGUMUMAN!!!
236 PENGUMUMAN!
237 PENGUMUMAN!
238 PROMOSI!
239 PROMOSI!
240 PROMOSI
241 PROMOSI
242 PROMOSI!
243 PROMOSI!
244 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
245 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
246 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 246 Episodes

1
BSP01. Mengulas kembali
2
BSP02. Adinda kenapa?
3
BSP03. Badai terlalu dini
4
BSP04. Tak percaya
5
BSP05. Adinda menelepon
6
BSP06. Ke dokter
7
BSP07. Jefri sialan
8
BSP08. Rumah mertua
9
BSP09. Terungkap
10
BSP10. Tragedi
11
BSP11. Adi dan perjuangannya
12
BSP12. Berseteru
13
BSP13. Pulang dari rumah sakit
14
BSP14. Kabar buruk
15
BSP15. Kecambah
16
BSP16. Menjemput Givan
17
BSP17. Fantasi Adinda
18
BSP18. Adinda pulang
19
BSP19. Hampir ketahuan
20
BSP20. Nasehat umi
21
BSP21. Rencana liburan
22
BSP22. Penginapan
23
BSP25. Gempa lokal
24
BSP26. Malam yang panjang
25
BSP27. Uang bulanan
26
BSP28. Penolakan Adi
27
BSP29. Amukan Adi
28
BSP30. Syukuran
29
BSP31. Alasan
30
BSP32. Aksi Maya
31
BSP33. Keterkejutan Maya
32
BSP34. Berlian
33
BSP35. Morning sick
34
BSP36. Kunjungan Seila
35
BSP37. Kunjungan Seila 2
36
BSP38. Uang bulanan (lagi)
37
BSP39. Teman lama
38
BSP40. Tentang Haris
39
BSP41. Kotak perhiasan
40
BSP42. Pelukan penenang
41
BSP43. Rasa syukur
42
BSP44. Givan dan rumah sakit
43
BSP45. Ayah Jefri dan abi Haris
44
BSP46. Candaan sederhana
45
BSP47. Larinya keuangan Adi
46
BSP48. Pola pikir Adi
47
BSP49. Tagihan Adinda untuk Adi
48
BSP50. Kekacauan pikiran Adi
49
BSP51. Ejekan mantan
50
BSP52. Mencari hutang
51
BSP53. Amarah Adinda
52
BSP54. Amarah Adinda 2
53
BSP55. Rencana terselubung
54
BSP56. Bungkamnya Adinda
55
BSP57. Berbaikan
56
BSP58. Melobi Adinda
57
BSP59. Adi memaksa
58
BSP60. Cerita persalinan
59
BSP61. Adinda USG
60
BSP62. Adinda ngambek
61
BSP63. Peliharaan
62
BSP64. Bukan baby sitter
63
BSP65. Tujuh bulanan
64
BSP66. Keseruan bersama
65
BSP67. Jalan-jalan ke luar
66
BSP68. Nomor tak dikenal
67
BSP69. Tentang Adinda
68
BSP70. Tangisan Adi
69
BSP71. Rencana Adi pulang
70
BSP72. Kediaman umi
71
BSP73. Tanda merah
72
BSP74. Tidak disangka
73
BSP75. Ada sesuatu
74
BSP76. Perdebatan
75
BSP77. Kereta api
76
BSP78. Amukan Adi (lagi)
77
BSP79. Magnet rezeki
78
BSP80. Kerang hijau
79
BSP81. Mengambil mobil
80
BSP82. Toko perlengkapan bayi
81
BSP83. Untuk kebaikan Zulfa
82
BSP84. Ucapan Haris
83
BSP85. Diintrogasi mertua
84
BSP86. Diintrogasi mertua 2
85
BSP87. Operasi sesar
86
BSP88. Bayi perempuan
87
BSP89. Cut Naya Maulida
88
BSP90. Tawaran untuk Jefri
89
BSP91. Rencana yang gagal
90
BSP92. Mobil siapa?
91
BSP93. Nasehat ayah
92
BSP94. Psikiater atau psikolog?
93
BSP95. Akan pulang
94
BSP96. Keluh kesah Maya
95
BSP97. "Pertahankan aku"
96
BSP98. Masalah ayah
97
BSP99. Usulan Adi
98
BSP100. Salah paham
99
BSP101. Keresahan Adinda
100
BSP102. Adinda kecewa
101
BSP103. Tamu dadakan
102
BSP104. Peusijuek lueng
103
BSP105. Serangan fajar
104
BSP106. Syukuran kecil-kecilan
105
BSP107. Tawaran usaha baru
106
BSP108. Ladang baru (lagi)
107
BSP109. Tentang Adi dan Nurul
108
BSP110. Surat yang mengejutkan
109
BSP111. Diperiksa polisi
110
BSP112. Bertemu dengan penuntut
111
BSP113. Cara Adinda
112
BSP114. Ngerumpi
113
BSP115. Bebas
114
BSP116. Ketergantungan Zuhra
115
BSP117. Tak dapat pintu
116
BSP118. Rasa penasaran
117
BSP119. Penjelasan Adinda
118
BSP120. Menelepon Haris
119
BSP121. Kabar duka
120
BSP122. Tawaran untuk Jefri (lagi)
121
BSP123. Hana peng, Hana inong
122
BSP124. Menuruti keinginan
123
BSP125. Menanti
124
BSP126. Pembukaan
125
BSP127. Komplit
126
BSP128. Adinda pulih
127
BSP129. Merangkai nama
128
BSP130. Teuku Ghifar
129
BSP131. Safar dan Sukma
130
BSP132. Serangan fajar (lagi)
131
BSP133. Keputusan Adi
132
BSP134. Ibu Risa pulang
133
BSP135. Pertahanan Adi
134
BSP136. 31 hari
135
BSP137. Ada apa dengan Zulfa?
136
BSP138. Saran untuk Jefri
137
BSP139. Saran untuk Jefri 2
138
BSP140. Papah, bukan Daddy
139
BSP141. Daster midi
140
BSP142. Prasangka Adi
141
BSP143. Zulfa pulih
142
BSP144. Undangan Haris
143
BSP145. Surprise
144
BSP146. Hantaman
145
BSP147. Penjelasan Jefri
146
BSP148. Sebelum penerbangan
147
BSP149. ASIP untuk Ghifar
148
BSP150. Kedatangan Adi
149
BSP151. Membujuk Adinda
150
BSP152. Bertemu Ghifar
151
BSP153. Musyawarah
152
BSP154. Hari H
153
BSP155. Perasaan Adinda
154
BSP156. Foto bersama
155
BSP157. Ayam boiler
156
BSP158. Mengejar Adinda
157
BSP159. Roti bakar
158
BSP160. Zuhra sakit
159
BSP161. Surprise 2
160
BSP162. Cek Kandungan si adik
161
BSP163. Menjemput Adinda
162
BSP164. Mengikhlaskan
163
BSP165. Hancurnya hati
164
BSP166. Tak berguna
165
BSP167. Adinda dijemput
166
BSP168. Mencoba menjelaskan
167
BSP169. Penjelasan Adi
168
BSP170. Keputusan akhir
169
BSP171. Kontrol lagi
170
BSP172. Sukma berkunjung
171
BSP173. Kenangan masa lalu
172
BSP174. Kesediaan Zuhra
173
BSP175. Resepsi Safar
174
BSP176. Prosedur
175
BSP177. Perjuangan persalinan
176
BSP178. Keadaan Adinda
177
BSP179. Adinda pulih 2
178
BSP180. Makan bakso
179
BSP181. Tentang keluarga umi
180
BSP182. Kejutan untuk Adinda
181
BSP183. Fokus untuk Adinda
182
BSP184. Tak memiliki mertua
183
BSP185. Musibah kecil
184
BSP186. Kebutuhan Adinda
185
BSP187. Surprise 3
186
BSP188. Reaksi keluarga
187
BSP189. Adi dan anaknya
188
BSP190. Musyawarah 2
189
BSP191. Keputusan akhir 2
190
BSP192. Tamu-tamu Adinda
191
BSP193. Garaga
192
BSP194. Naya sakit
193
BSP195. Keinginan Maya
194
BSP196. Tuntutan Maya
195
BSP197. Siapa yang mengurus Naya?
196
BSP198. Tak betah
197
BSP199. Perawatan Adinda
198
BSP200. Adi cemburu
199
BSP201. Ada apa dengan Naya?
200
BSP202. Kondisi Naya
201
BSP203. Bank darah
202
BSP204. Penantian Salma
203
BSP205. Keisengan Salma
204
BSP206. Drama keluarga kecil Adi
205
BSP207. Akak bukan Mamah
206
BSP208. Pemahaman sederhana
207
BSP209. Seharga motor
208
BSP210. Tentang Fanji
209
BSP211. Siasat
210
BSP212. Keputusan Adinda
211
BSP213. Obrolan keluarga
212
BSP214. Masalah tengah malam
213
BSP215. Pihak WO
214
BSP216. Saran Haris
215
BSP217. Tersinggung
216
BSP218. Dibicarakan kembali
217
BSP219. Bukan tak perhatian
218
BSP220. Berkunjung
219
BSP221. Rumah Adinda
220
BSP222. Berbelanja
221
BSP223. Rumah Haris
222
BSP224. Suami terbaik
223
BSP225. Kawan lama Adinda
224
BSP226. Adi merajuk
225
BSP227. Masalah hadiah
226
BSP228. Bertolak kembali
227
BSP229. Mabuk kendaraan
228
BSP230. Hasil yang mengejutkan
229
BSP231. Permintaan Zuhra
230
BSP231. Angan-angan Zuhra
231
BSP232. Angan-angan Zuhra
232
BSP233. Sunting
233
BSP234. Rumah sakit atau hotel?
234
BSP235. Bandara T A M A T
235
PENGUMUMAN!!!
236
PENGUMUMAN!
237
PENGUMUMAN!
238
PROMOSI!
239
PROMOSI!
240
PROMOSI
241
PROMOSI
242
PROMOSI!
243
PROMOSI!
244
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
245
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
246
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!