BSP05. Adinda menelepon

ADI POV

Aku tak mengerti dengan Maya? Ia menolak ajakanku untuk memeriksakan diri ke dokter. Dan aku malah diberi foto hasil USGnya. Sungguh sebetulnya aku tak mempercayainya. Tapi kenapa aku begitu kasihan pada anak yang dikandungnya.

"Cepat siap-siap. Abang tunggu di mobil." ucapku dengan membawa foto hasil USG itu.

"Tapi, Bang…" ujarnya yang langsung kusela. Aku yakin ia akan menolak lagi.

"Lepas itu, nanti lanjut kita jalan-jalan ke mall." pangkasku yang langsung dianggukinya. Hm, dasar betina! Pasti selalu macam ini, bila diajak ke mall. Yang betina itu bayangkan sekarang, pasti tentang pakaian dan baju-baju yang menarik perhatiannya.

Lalu aku keluar dari rumah ibu Rokhayah, dan langsung menuju ke mobilku.

Di dalam mobil, pikiranku melayang jauh entah ke mana. Aku takut nanti istriku, akan mengetahui bahwa aku menghamili mantan kekasihku dulu. Di sisi lain aku begitu kasian pada anak yang di kandung Maya. Tapi di satu sisi, aku enggan menceraikan istriku-Adinda.

Belum lagi masalah ayah dan umi yang tengah bolak-balik ke rumah sakit terus. Dan lagi, Zulfa dan Jefri menambah runyam beban di kepalaku.

Lepas masalahku dan Maya bisa teratasi. Aku ingin mengetahui langsung dari Jefri, tentang hubungannya dengan Zulfa.

Aku paham tentangnya. Meskipun Jefri jebolan pesantren, berprofesi sebagai dokter. Itu tak cukup menjamin bahwa ia adalah laki-laki baik-baik. Masalah betina, tentu dia sudah khatam.

Belum lagi pergaulannya yang asik di lampu kerlap-kerlip itu. Karena tak mungkin rasanya, jika Jefri jarang ke tempat hiburan malam. Sedangkan, saat ia mengajakku dulu. Petugas keamanan, dan lorong-lorong rahasia dalam tempat hiburan malam pun ia ketahui. Mustahil rasanya, kalau Jefri masih amatiran dalam dunia malam itu.

Getar di saku celanaku cukup mengejutkanku. Dengan cepat aku langsung merogohnya. Dan melihat siapa yang membuat ponselku bergetar ini.

Ya ampun, ini Adindaku. Aku bahkan belum sempat menghubunginya dari semalam.

"Hallo, assalamualaikum. Sayang." ucapku setelah menggeser icon hijau itu, dan menempatkan ponselku di daun telingaku.

"Abang lupa ngabarin aku? Abang tak tau kah? Aku dari tadi setia nungguin kabar dari Abang. Abang tak paham kah? Di sini ada aku yang mengharapkan kabar dari Abang. Apa memang sengaja? Iya macam itu?" ujar istriku begitu lancar. Memang tiada duanya masalah adu mulut. Maklumlah lidah istriku setiap malam jum'at, ia kerok dengan cincin emas. Makanya ia bisa selancar ini berbicara. Tapi tentu saja ini tidak benar.

"Bukan macam itu, Sayang…" suaraku tertahan, karena pintu mobilku tiba-tiba dibuka oleh… Maya.

Aku mengisyaratkan jari telunjukku yang kutempelkan di depan bibirku. Agar Maya tak mengeluarkan suaranya.

"Terus macam mana kalau bukan macam itu? Abang sibuk kali ya sampai lupain aku? Abang tak tau kan aku mimpi buruk terus. Harusnya tugas Abang yang ngasih aku minum, setelah aku bangun dari mimpi burukku." tutur Adindaku yang seperti biasa. Yang menganggap aku selalu salah di matanya.

"Iya maaf, Sayang. Nih Abang ngasih kabar. Abang ceritain singkatnya ya. Abang sampai di rumah umi pas ba'da isya. Bersih-bersih, terus langsung ke rumah sakit. Abang tidur di rumah sakit. Terus paginya Abang langsung ke kota C. Soalnya keluarga Jefri mau datang ke rumah Abang yang di kota C." jelasku kemudian. Namun aku mendengar Maya yang sengaja berdekhem.

"Siapa itu? Betina mana lagi itu?" tukas Dinda yang sepertinya mendengar suara dekhemman Maya barusa. Haduh, ada-ada saja. Harusnya Maya tak mengeluarkan suaranya.

"Bukan siapa-siapa, Sayang. Itu Zulfa, lagi masak. Bentar lagi katanya keluarga Jefri datang. Jadi dia mau nyambut mereka dengan masakannya." ungkapku, yang terlalu banyak mengambing hitamkan Zulfa dan Jefri kali ini.

"Awas aja kalau sampai Abang bohongin aku! Doa menyesuaikan!" ancam istriku yang sepertinya tak main-main. Karena doa istri luar biasa dahsyatnya.

"Tenang aja, Sayang. Abang cuma milik Adek." ucapku memenangkan istriku.

"Nanti sekalian main ke mertua Abang. Tengokin mereka. Tengokin puyuh-puyuh aku juga." jawab istriku yang sepertinya tak berapi-api lagi sekarang.

"Ok siap. Ada lagi, Sayang?" sahutku sambil melirik Maya yang dari tadi memperhatikanku terus.

"Hmm, nanti aku bikin listnya." balas istriku di seberang telepon, yang cukup membuatku bertanya-tanya. Pasti banyak barang yang aku harus bawa dari kota ini. Tebakanku dalam hati.

"Ok siap. Udah dulu ya? Nanti Abang telpon lagi." ujarku kemudian. Namun sepertinya Dinda masih enggan menutup teleponnya. Karena ia begitu marah, terdengar dari nada bicaranya dan kalimat yang panjangnya melebihi kapasitas manusia normal.

Aku langsung keluar dari mobil dan bersandar pada pintu mobil. Agar Maya tak mendengar lebih, dari yang aku ucapkan pada Dinda tadi. Tapi sudah pasti, nanti ia akan bertanya tentang seseorang yang kusayang-sayang dalam telepon ini.

"HEH, ABANG TAK DENGAR KAH?" teriak istriku lewat telepon. Aku terkejut bukan main, karena suaranya yang begitu menggelegar. Serasa telingaku budek sebelah sekarang, karena efek teriakan yang Dinda berikan.

"Dengar Adindaku sayang. Bukan Abang tak mau dengar suara Adek lagi. Tapi Abang ada kesibukan lain. Abang mau keluar sebentar." ucapku sehalus mungkin. Setiap kali aku berbicara dengannya, sebisa mungkin aku memperhalus kalimatku dan suaraku. Karena jika aku tak menanggapinya, atau malah terpancing emosi karenanya. Bisa lebih panjang nanti persoalan sepele yang Dinda permasalahan itu.

Aku pun tak paham kenapa istriku berubah seperti ini. Apa ini kah sifat aslinya? Tapi anaknya pun kebingungan dengan sikap ibunya yang sekarang. Berarti jelas Dinda baru sekarang ini berubah.

"Mau ke mana lagi tuh? Ngelayab terus, heh? Kesempatan ya jauh dari istri? Enak ya bebas? Pantesan Abang sengaja tak hubungi aku, rupanya aku ini mengganggu sekali ya? Heh, diam aja! Betul macam itu?" seru istriku yang tiada hentinya ingin berdebat. Ya Allah, untung dia istriku, untung aku cinta mati sama dia. Kalau tak, sudah kahaluskan dia untuk jadi pupuk organik pohon-pohon kopiku.

Sepertinya aku harus memberinya pengertian sedikit tegas, agar ia tak berprasangka buruk terus. Agar ia paham bahwa aku tak seperti yang ia tuduhkan.

"Dengerin Abang, Adindaku sayang. Abang tak macam itu. Abang di sini lagi coba nyelesaiin masalah. Abang pasti bisa jaga diri, jaga mata, jaga hati. Abang tak mungkin berani untuk nyakitin Dinda. Abang tak macam-macam di sini. Abang selalu rindu sama Dinda, selalu kangen sama Dinda. Abang tak mungkin sedetik pun tak ingat Dinda." ungkapku yang mungkin sedikit berlebihan. Mau bagaimana lagi? Aku tak pandai mengungkapkan tentang apa yang aku rasakan.

"Berbuih tuh mulut Abang. Heran aku, orang segagah Abang bisa bucin macam itu. Geli tau tak Bang, aku dengarnya." sahut Dinda yang membuatku terkekeh sendiri. Dan terdengar kekehan pelan dari istriku juga. Kadang semudah ini mencairkan suasana hatinya yang bergemuruh itu. Tapi tak jarang berakhir dengan air mata.

Dan untuk masalah tubuh. Tubuhku sudah kembali gagah dan berisi. Tentu karena makananku yang Dinda jaga, olah raga rutin, dan susu tinggi protein yang Dinda seduhkan setiap hari.

Sampai-sampai, aku jika berada di rumah jarang Dinda beri baju. Dia bilang, dia senang memandangku yang bertelanjang dada di depannya. Lebih-lebih dia suka mengisengi diriku, entah itu mencubit p*ting dadaku. Atau mengelus bagian yang mungkin ingin ia sentuh.

Karena memang akhir-akhir ini Dinda yang betul-betul sedang sensitif. Entah itu perasaannya, moodnya, dan juga tubuhnya. Dia sering ingin di waktu yang tak tepat. Sampai Givan pun ia sengaja ungsikan di rumah kak Ayu, atau di rumah Safar. Jika ia sudah tak bisa menahannya lagi.

"Eh tunggu dulu. Apa tadi Abang kata? Abang nyelesaiin masalah? Memang masalah apa? Kok Abang tak terbuka sama aku. Biasanya, Abang sembelit aja ngadu sama aku. Kok bisa-bisanya ada masalah, Abang diam aja. Tak cerita pulak!" lanjut Dinda. Waduh, sepertinya aku keceplosan tadi. Aku diam dengan memikirkan sesuatu yang secepatnya harus aku ucapkan pada Dinda.

"Bang, kita jadi pergi gak?" tanya Maya yang keluar dari dalam mobil.

"Siapa tuh? Heh, Adi Riyana! Abang bohongin aku?" seru Dinda yang masih tersambung lewat telepon.

Haduh, mati aku! Macam mana ini?

TBC.

Secinta itu Adi pada Adinda. Rasanya tak mungkin Adi berkhianat atas pernikahannya.

Tapi menurutku, Maya juga bukan pelakor di sini. Dia juga korban dari penjahat kelamin macam Adi.

Maya juga tak tau bahwa Adi sekarang udah beristri. Jadi kemunculannya lagi, tak sepenuhnya salah dalam kehidupan Adi sekarang.

Bagaimana menurut kalian? 🤔

**JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA 😉

LIKE, VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA, RATE ⭐⭐⭐⭐⭐ BAGI YANG BELUM, TAP ❤️ FAVORIT BAGI YANG BELUM, DAN BERIKAN KOMENTAR TERBAIK KALIAN 😘

AGAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT 🤭

TERIMA KASIH 🙏**

Terpopuler

Comments

✰͜͡v᭄pit_hiats

✰͜͡v᭄pit_hiats

#hadirr😍😍😍

2021-12-11

0

coni

coni

5 like thor

2021-04-06

4

Little Peony

Little Peony

Like like like

2021-03-02

2

lihat semua
Episodes
1 BSP01. Mengulas kembali
2 BSP02. Adinda kenapa?
3 BSP03. Badai terlalu dini
4 BSP04. Tak percaya
5 BSP05. Adinda menelepon
6 BSP06. Ke dokter
7 BSP07. Jefri sialan
8 BSP08. Rumah mertua
9 BSP09. Terungkap
10 BSP10. Tragedi
11 BSP11. Adi dan perjuangannya
12 BSP12. Berseteru
13 BSP13. Pulang dari rumah sakit
14 BSP14. Kabar buruk
15 BSP15. Kecambah
16 BSP16. Menjemput Givan
17 BSP17. Fantasi Adinda
18 BSP18. Adinda pulang
19 BSP19. Hampir ketahuan
20 BSP20. Nasehat umi
21 BSP21. Rencana liburan
22 BSP22. Penginapan
23 BSP25. Gempa lokal
24 BSP26. Malam yang panjang
25 BSP27. Uang bulanan
26 BSP28. Penolakan Adi
27 BSP29. Amukan Adi
28 BSP30. Syukuran
29 BSP31. Alasan
30 BSP32. Aksi Maya
31 BSP33. Keterkejutan Maya
32 BSP34. Berlian
33 BSP35. Morning sick
34 BSP36. Kunjungan Seila
35 BSP37. Kunjungan Seila 2
36 BSP38. Uang bulanan (lagi)
37 BSP39. Teman lama
38 BSP40. Tentang Haris
39 BSP41. Kotak perhiasan
40 BSP42. Pelukan penenang
41 BSP43. Rasa syukur
42 BSP44. Givan dan rumah sakit
43 BSP45. Ayah Jefri dan abi Haris
44 BSP46. Candaan sederhana
45 BSP47. Larinya keuangan Adi
46 BSP48. Pola pikir Adi
47 BSP49. Tagihan Adinda untuk Adi
48 BSP50. Kekacauan pikiran Adi
49 BSP51. Ejekan mantan
50 BSP52. Mencari hutang
51 BSP53. Amarah Adinda
52 BSP54. Amarah Adinda 2
53 BSP55. Rencana terselubung
54 BSP56. Bungkamnya Adinda
55 BSP57. Berbaikan
56 BSP58. Melobi Adinda
57 BSP59. Adi memaksa
58 BSP60. Cerita persalinan
59 BSP61. Adinda USG
60 BSP62. Adinda ngambek
61 BSP63. Peliharaan
62 BSP64. Bukan baby sitter
63 BSP65. Tujuh bulanan
64 BSP66. Keseruan bersama
65 BSP67. Jalan-jalan ke luar
66 BSP68. Nomor tak dikenal
67 BSP69. Tentang Adinda
68 BSP70. Tangisan Adi
69 BSP71. Rencana Adi pulang
70 BSP72. Kediaman umi
71 BSP73. Tanda merah
72 BSP74. Tidak disangka
73 BSP75. Ada sesuatu
74 BSP76. Perdebatan
75 BSP77. Kereta api
76 BSP78. Amukan Adi (lagi)
77 BSP79. Magnet rezeki
78 BSP80. Kerang hijau
79 BSP81. Mengambil mobil
80 BSP82. Toko perlengkapan bayi
81 BSP83. Untuk kebaikan Zulfa
82 BSP84. Ucapan Haris
83 BSP85. Diintrogasi mertua
84 BSP86. Diintrogasi mertua 2
85 BSP87. Operasi sesar
86 BSP88. Bayi perempuan
87 BSP89. Cut Naya Maulida
88 BSP90. Tawaran untuk Jefri
89 BSP91. Rencana yang gagal
90 BSP92. Mobil siapa?
91 BSP93. Nasehat ayah
92 BSP94. Psikiater atau psikolog?
93 BSP95. Akan pulang
94 BSP96. Keluh kesah Maya
95 BSP97. "Pertahankan aku"
96 BSP98. Masalah ayah
97 BSP99. Usulan Adi
98 BSP100. Salah paham
99 BSP101. Keresahan Adinda
100 BSP102. Adinda kecewa
101 BSP103. Tamu dadakan
102 BSP104. Peusijuek lueng
103 BSP105. Serangan fajar
104 BSP106. Syukuran kecil-kecilan
105 BSP107. Tawaran usaha baru
106 BSP108. Ladang baru (lagi)
107 BSP109. Tentang Adi dan Nurul
108 BSP110. Surat yang mengejutkan
109 BSP111. Diperiksa polisi
110 BSP112. Bertemu dengan penuntut
111 BSP113. Cara Adinda
112 BSP114. Ngerumpi
113 BSP115. Bebas
114 BSP116. Ketergantungan Zuhra
115 BSP117. Tak dapat pintu
116 BSP118. Rasa penasaran
117 BSP119. Penjelasan Adinda
118 BSP120. Menelepon Haris
119 BSP121. Kabar duka
120 BSP122. Tawaran untuk Jefri (lagi)
121 BSP123. Hana peng, Hana inong
122 BSP124. Menuruti keinginan
123 BSP125. Menanti
124 BSP126. Pembukaan
125 BSP127. Komplit
126 BSP128. Adinda pulih
127 BSP129. Merangkai nama
128 BSP130. Teuku Ghifar
129 BSP131. Safar dan Sukma
130 BSP132. Serangan fajar (lagi)
131 BSP133. Keputusan Adi
132 BSP134. Ibu Risa pulang
133 BSP135. Pertahanan Adi
134 BSP136. 31 hari
135 BSP137. Ada apa dengan Zulfa?
136 BSP138. Saran untuk Jefri
137 BSP139. Saran untuk Jefri 2
138 BSP140. Papah, bukan Daddy
139 BSP141. Daster midi
140 BSP142. Prasangka Adi
141 BSP143. Zulfa pulih
142 BSP144. Undangan Haris
143 BSP145. Surprise
144 BSP146. Hantaman
145 BSP147. Penjelasan Jefri
146 BSP148. Sebelum penerbangan
147 BSP149. ASIP untuk Ghifar
148 BSP150. Kedatangan Adi
149 BSP151. Membujuk Adinda
150 BSP152. Bertemu Ghifar
151 BSP153. Musyawarah
152 BSP154. Hari H
153 BSP155. Perasaan Adinda
154 BSP156. Foto bersama
155 BSP157. Ayam boiler
156 BSP158. Mengejar Adinda
157 BSP159. Roti bakar
158 BSP160. Zuhra sakit
159 BSP161. Surprise 2
160 BSP162. Cek Kandungan si adik
161 BSP163. Menjemput Adinda
162 BSP164. Mengikhlaskan
163 BSP165. Hancurnya hati
164 BSP166. Tak berguna
165 BSP167. Adinda dijemput
166 BSP168. Mencoba menjelaskan
167 BSP169. Penjelasan Adi
168 BSP170. Keputusan akhir
169 BSP171. Kontrol lagi
170 BSP172. Sukma berkunjung
171 BSP173. Kenangan masa lalu
172 BSP174. Kesediaan Zuhra
173 BSP175. Resepsi Safar
174 BSP176. Prosedur
175 BSP177. Perjuangan persalinan
176 BSP178. Keadaan Adinda
177 BSP179. Adinda pulih 2
178 BSP180. Makan bakso
179 BSP181. Tentang keluarga umi
180 BSP182. Kejutan untuk Adinda
181 BSP183. Fokus untuk Adinda
182 BSP184. Tak memiliki mertua
183 BSP185. Musibah kecil
184 BSP186. Kebutuhan Adinda
185 BSP187. Surprise 3
186 BSP188. Reaksi keluarga
187 BSP189. Adi dan anaknya
188 BSP190. Musyawarah 2
189 BSP191. Keputusan akhir 2
190 BSP192. Tamu-tamu Adinda
191 BSP193. Garaga
192 BSP194. Naya sakit
193 BSP195. Keinginan Maya
194 BSP196. Tuntutan Maya
195 BSP197. Siapa yang mengurus Naya?
196 BSP198. Tak betah
197 BSP199. Perawatan Adinda
198 BSP200. Adi cemburu
199 BSP201. Ada apa dengan Naya?
200 BSP202. Kondisi Naya
201 BSP203. Bank darah
202 BSP204. Penantian Salma
203 BSP205. Keisengan Salma
204 BSP206. Drama keluarga kecil Adi
205 BSP207. Akak bukan Mamah
206 BSP208. Pemahaman sederhana
207 BSP209. Seharga motor
208 BSP210. Tentang Fanji
209 BSP211. Siasat
210 BSP212. Keputusan Adinda
211 BSP213. Obrolan keluarga
212 BSP214. Masalah tengah malam
213 BSP215. Pihak WO
214 BSP216. Saran Haris
215 BSP217. Tersinggung
216 BSP218. Dibicarakan kembali
217 BSP219. Bukan tak perhatian
218 BSP220. Berkunjung
219 BSP221. Rumah Adinda
220 BSP222. Berbelanja
221 BSP223. Rumah Haris
222 BSP224. Suami terbaik
223 BSP225. Kawan lama Adinda
224 BSP226. Adi merajuk
225 BSP227. Masalah hadiah
226 BSP228. Bertolak kembali
227 BSP229. Mabuk kendaraan
228 BSP230. Hasil yang mengejutkan
229 BSP231. Permintaan Zuhra
230 BSP231. Angan-angan Zuhra
231 BSP232. Angan-angan Zuhra
232 BSP233. Sunting
233 BSP234. Rumah sakit atau hotel?
234 BSP235. Bandara T A M A T
235 PENGUMUMAN!!!
236 PENGUMUMAN!
237 PENGUMUMAN!
238 PROMOSI!
239 PROMOSI!
240 PROMOSI
241 PROMOSI
242 PROMOSI!
243 PROMOSI!
244 KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
245 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
246 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 246 Episodes

1
BSP01. Mengulas kembali
2
BSP02. Adinda kenapa?
3
BSP03. Badai terlalu dini
4
BSP04. Tak percaya
5
BSP05. Adinda menelepon
6
BSP06. Ke dokter
7
BSP07. Jefri sialan
8
BSP08. Rumah mertua
9
BSP09. Terungkap
10
BSP10. Tragedi
11
BSP11. Adi dan perjuangannya
12
BSP12. Berseteru
13
BSP13. Pulang dari rumah sakit
14
BSP14. Kabar buruk
15
BSP15. Kecambah
16
BSP16. Menjemput Givan
17
BSP17. Fantasi Adinda
18
BSP18. Adinda pulang
19
BSP19. Hampir ketahuan
20
BSP20. Nasehat umi
21
BSP21. Rencana liburan
22
BSP22. Penginapan
23
BSP25. Gempa lokal
24
BSP26. Malam yang panjang
25
BSP27. Uang bulanan
26
BSP28. Penolakan Adi
27
BSP29. Amukan Adi
28
BSP30. Syukuran
29
BSP31. Alasan
30
BSP32. Aksi Maya
31
BSP33. Keterkejutan Maya
32
BSP34. Berlian
33
BSP35. Morning sick
34
BSP36. Kunjungan Seila
35
BSP37. Kunjungan Seila 2
36
BSP38. Uang bulanan (lagi)
37
BSP39. Teman lama
38
BSP40. Tentang Haris
39
BSP41. Kotak perhiasan
40
BSP42. Pelukan penenang
41
BSP43. Rasa syukur
42
BSP44. Givan dan rumah sakit
43
BSP45. Ayah Jefri dan abi Haris
44
BSP46. Candaan sederhana
45
BSP47. Larinya keuangan Adi
46
BSP48. Pola pikir Adi
47
BSP49. Tagihan Adinda untuk Adi
48
BSP50. Kekacauan pikiran Adi
49
BSP51. Ejekan mantan
50
BSP52. Mencari hutang
51
BSP53. Amarah Adinda
52
BSP54. Amarah Adinda 2
53
BSP55. Rencana terselubung
54
BSP56. Bungkamnya Adinda
55
BSP57. Berbaikan
56
BSP58. Melobi Adinda
57
BSP59. Adi memaksa
58
BSP60. Cerita persalinan
59
BSP61. Adinda USG
60
BSP62. Adinda ngambek
61
BSP63. Peliharaan
62
BSP64. Bukan baby sitter
63
BSP65. Tujuh bulanan
64
BSP66. Keseruan bersama
65
BSP67. Jalan-jalan ke luar
66
BSP68. Nomor tak dikenal
67
BSP69. Tentang Adinda
68
BSP70. Tangisan Adi
69
BSP71. Rencana Adi pulang
70
BSP72. Kediaman umi
71
BSP73. Tanda merah
72
BSP74. Tidak disangka
73
BSP75. Ada sesuatu
74
BSP76. Perdebatan
75
BSP77. Kereta api
76
BSP78. Amukan Adi (lagi)
77
BSP79. Magnet rezeki
78
BSP80. Kerang hijau
79
BSP81. Mengambil mobil
80
BSP82. Toko perlengkapan bayi
81
BSP83. Untuk kebaikan Zulfa
82
BSP84. Ucapan Haris
83
BSP85. Diintrogasi mertua
84
BSP86. Diintrogasi mertua 2
85
BSP87. Operasi sesar
86
BSP88. Bayi perempuan
87
BSP89. Cut Naya Maulida
88
BSP90. Tawaran untuk Jefri
89
BSP91. Rencana yang gagal
90
BSP92. Mobil siapa?
91
BSP93. Nasehat ayah
92
BSP94. Psikiater atau psikolog?
93
BSP95. Akan pulang
94
BSP96. Keluh kesah Maya
95
BSP97. "Pertahankan aku"
96
BSP98. Masalah ayah
97
BSP99. Usulan Adi
98
BSP100. Salah paham
99
BSP101. Keresahan Adinda
100
BSP102. Adinda kecewa
101
BSP103. Tamu dadakan
102
BSP104. Peusijuek lueng
103
BSP105. Serangan fajar
104
BSP106. Syukuran kecil-kecilan
105
BSP107. Tawaran usaha baru
106
BSP108. Ladang baru (lagi)
107
BSP109. Tentang Adi dan Nurul
108
BSP110. Surat yang mengejutkan
109
BSP111. Diperiksa polisi
110
BSP112. Bertemu dengan penuntut
111
BSP113. Cara Adinda
112
BSP114. Ngerumpi
113
BSP115. Bebas
114
BSP116. Ketergantungan Zuhra
115
BSP117. Tak dapat pintu
116
BSP118. Rasa penasaran
117
BSP119. Penjelasan Adinda
118
BSP120. Menelepon Haris
119
BSP121. Kabar duka
120
BSP122. Tawaran untuk Jefri (lagi)
121
BSP123. Hana peng, Hana inong
122
BSP124. Menuruti keinginan
123
BSP125. Menanti
124
BSP126. Pembukaan
125
BSP127. Komplit
126
BSP128. Adinda pulih
127
BSP129. Merangkai nama
128
BSP130. Teuku Ghifar
129
BSP131. Safar dan Sukma
130
BSP132. Serangan fajar (lagi)
131
BSP133. Keputusan Adi
132
BSP134. Ibu Risa pulang
133
BSP135. Pertahanan Adi
134
BSP136. 31 hari
135
BSP137. Ada apa dengan Zulfa?
136
BSP138. Saran untuk Jefri
137
BSP139. Saran untuk Jefri 2
138
BSP140. Papah, bukan Daddy
139
BSP141. Daster midi
140
BSP142. Prasangka Adi
141
BSP143. Zulfa pulih
142
BSP144. Undangan Haris
143
BSP145. Surprise
144
BSP146. Hantaman
145
BSP147. Penjelasan Jefri
146
BSP148. Sebelum penerbangan
147
BSP149. ASIP untuk Ghifar
148
BSP150. Kedatangan Adi
149
BSP151. Membujuk Adinda
150
BSP152. Bertemu Ghifar
151
BSP153. Musyawarah
152
BSP154. Hari H
153
BSP155. Perasaan Adinda
154
BSP156. Foto bersama
155
BSP157. Ayam boiler
156
BSP158. Mengejar Adinda
157
BSP159. Roti bakar
158
BSP160. Zuhra sakit
159
BSP161. Surprise 2
160
BSP162. Cek Kandungan si adik
161
BSP163. Menjemput Adinda
162
BSP164. Mengikhlaskan
163
BSP165. Hancurnya hati
164
BSP166. Tak berguna
165
BSP167. Adinda dijemput
166
BSP168. Mencoba menjelaskan
167
BSP169. Penjelasan Adi
168
BSP170. Keputusan akhir
169
BSP171. Kontrol lagi
170
BSP172. Sukma berkunjung
171
BSP173. Kenangan masa lalu
172
BSP174. Kesediaan Zuhra
173
BSP175. Resepsi Safar
174
BSP176. Prosedur
175
BSP177. Perjuangan persalinan
176
BSP178. Keadaan Adinda
177
BSP179. Adinda pulih 2
178
BSP180. Makan bakso
179
BSP181. Tentang keluarga umi
180
BSP182. Kejutan untuk Adinda
181
BSP183. Fokus untuk Adinda
182
BSP184. Tak memiliki mertua
183
BSP185. Musibah kecil
184
BSP186. Kebutuhan Adinda
185
BSP187. Surprise 3
186
BSP188. Reaksi keluarga
187
BSP189. Adi dan anaknya
188
BSP190. Musyawarah 2
189
BSP191. Keputusan akhir 2
190
BSP192. Tamu-tamu Adinda
191
BSP193. Garaga
192
BSP194. Naya sakit
193
BSP195. Keinginan Maya
194
BSP196. Tuntutan Maya
195
BSP197. Siapa yang mengurus Naya?
196
BSP198. Tak betah
197
BSP199. Perawatan Adinda
198
BSP200. Adi cemburu
199
BSP201. Ada apa dengan Naya?
200
BSP202. Kondisi Naya
201
BSP203. Bank darah
202
BSP204. Penantian Salma
203
BSP205. Keisengan Salma
204
BSP206. Drama keluarga kecil Adi
205
BSP207. Akak bukan Mamah
206
BSP208. Pemahaman sederhana
207
BSP209. Seharga motor
208
BSP210. Tentang Fanji
209
BSP211. Siasat
210
BSP212. Keputusan Adinda
211
BSP213. Obrolan keluarga
212
BSP214. Masalah tengah malam
213
BSP215. Pihak WO
214
BSP216. Saran Haris
215
BSP217. Tersinggung
216
BSP218. Dibicarakan kembali
217
BSP219. Bukan tak perhatian
218
BSP220. Berkunjung
219
BSP221. Rumah Adinda
220
BSP222. Berbelanja
221
BSP223. Rumah Haris
222
BSP224. Suami terbaik
223
BSP225. Kawan lama Adinda
224
BSP226. Adi merajuk
225
BSP227. Masalah hadiah
226
BSP228. Bertolak kembali
227
BSP229. Mabuk kendaraan
228
BSP230. Hasil yang mengejutkan
229
BSP231. Permintaan Zuhra
230
BSP231. Angan-angan Zuhra
231
BSP232. Angan-angan Zuhra
232
BSP233. Sunting
233
BSP234. Rumah sakit atau hotel?
234
BSP235. Bandara T A M A T
235
PENGUMUMAN!!!
236
PENGUMUMAN!
237
PENGUMUMAN!
238
PROMOSI!
239
PROMOSI!
240
PROMOSI
241
PROMOSI
242
PROMOSI!
243
PROMOSI!
244
KARYA BARU NIH BANG BENGKEL
245
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
246
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!