Love Story In The Kitchen
Setelah memutuskan untuk kembali ke dalam negri. Yusuf Ali, yang kini berusia 26 tahun, lulusan ahli gizi dan berbagai ilmu pangan lainnya. Contohnya, ia pernah menempuh pendidikan sebagai Baking and Pastry Art, Tata Boga dan Teknologi Pangan di Korea.
Hidup dengan nyaman dan tentram karena memutuskan untuk mandiri sejak dini. Berteman dengan banyak sekali orang-orang hebat lainnya. Ia juga menulis buku tentang perjalanan hidupnya sejak di tinggal oleh kedua orang tuanya.
Sementara para saudaranya, juga hidup nyaman seperti dirinya dengan caranya sendiri. Sebut saja Aminah, adik sepupunya ini juga baru saja pulang dari Korea bersama dengan Yusuf. Ia menjadi seorang Dokter Anak, yang masih bertugas di Korea. Akan pulang khusus bertemu dengan keluarga, berkumpul dan menempati janjinya dengan seorang pria yang ia cintai.
Yusuf begitu ingin tinggal lebih lama di Korea, akan tetapi semuanya tidak mungkin. Karena Airy sudah ribut dengannya, janji yang diberikan kepada sang Kakak hanya tujuh tahun saja. Disisi lain, ada seseorang yang selalu mengganggu ingatannya sejak tujuh tahun lalu.
"Ini tempat yang akan kau buka untuk cabang resto, bukan?" tanya Cindy.
Cindy Kristina Novi, baik Yusuf dan Cindy masih menjalin persahabatan setelah sekitar 7-8 tahun terpisah. Cindy sangat baik dan penyabar, ia bahkan tetap ingin bersahabat dengan Yusuf setelah perasaannya bertepuk sebelah tangan. Selama pulang dari luar negri, Cindy juga belum bertemu dengan Yusuf.
"Aku akan pulang besok, kita akan bertemu dalam 3 hari ke depan. Aku tidak mungkin langsung kabur dari keluargaku," ucap Yusuf melalui telpon.
"Yeah, I know. I know. We'll see you in three days. I'm going somewhere too... bye Yusuf!" Cindy menutup telponnya.
"Sudah hampir 8 tahun, kenapa rasa ini tak mau pergi. Tapi, aku juga sadar diri, aku dan dia tak mungkin bersama, kita tak akan pernah menjadi se-iman." gumamnya.
Melihat dari hujan dari jendela apartemennya, Yusuf menyeruput kopi americano yang ia pesan. Mengingat kembali masa kecil yang ia habiskan bersama dengan saudara-saudaranya di Jogja. Yusuf hanya pulang ketika hari raya tiba, selebihnya ia habiskan waktunya untuk menempuh ilmu di Korea. Hingga, usaha Papanya bisa berkembang pesat di Kota Seoul. Cafe, restoran dan juga supermarket dengan namanya sendiri juga sudah berdiri di sana.
"Suf, kamu nanti pulang sendiri, ya. Aku masih ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan di sini," ucap Hamdan meraih ponselnya dan bergegas ke rumah sakit.
"Bukankah kau shif pagi? Kenapa kamu datang ke rumah sakit sekarang? Ini juga sedang hujan lebat, memangnya tak ada dokter jaga lain kah di sana?" tanya Yusuf.
"Direktur ada di sana sekarang. Jadi, aku harus datang. Tolong bilang ke Ibuku, untuk tidak membawakanku camilan malam ini, minta Yumna juga agar tidak masuk sembarangan di kamarku, Terima kasih, aku pamit dulu. Assalamu'alaikum!"
Sampai pulang di tanah air, Yusuf membuka satu persatu usahanya. Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut pirang yang menabrakan diri ke mobilnya. Saat itu, di dalam mobil ada Yusuf, Aminah dan juga Adam yang duduk di belakang kemudi.
"Astaghfirullah hal'adzim, aku nabrak orang?" ucap Adam.
"Belum sampai ketabrak, sih. Tuh bocah masih berdiri tegak, ayo turun!" seru Aminah.
Yusuf, Adam dan Aminah pun turun dari mobil dan menghampiri gadis itu. Tentu saja Aminah marah karena gadis itu ternyata berusaha bunuh diri dengan cara menambrakkan diri ke mobil Adam.
"Kamu nggak papa, 'kan?" tanya Adam.
"Kenapa kalian nggak tabrak aku saja, sih! Aku benci dengan kehidupanku, kenapa kalian nggak tabrak aku saja... huaa, pengen nangis, tapi aku nggak bisa nangis, gimana, dong?" racau gadis itu.
Gadis itu tak lain adalah, gadis kecil berusia 10 tahun yang selama tujuh tahun mengganggu pikiran Yusuf hingga membuatnya tak dapat tidur nyenyak. Namun, Yusuf tidak memahami jika gadis itu adalah gadis yang sama dengan gadis cilik yang mengisi ingatannya selama ini.
"Kamu gila, kah? Otakmu geser atau bagaimana? Kalau mau bunuh diri, sebaiknya gantung sana di bawah pohon kangkung, ada-ada aja deh," emosi Aminah meluap.
"Sudah-sudah, kamu nggak papa, 'kan? Sebaiknya kamu masuk dulu, biar nanti aku akan mengantarmu pulang," ucap Adam menyuruh gadis bermata biru itu masuk ke mobilnya.
Gadis itu melewati Yusuf begitu saja, tentu saja di pandangan Yusuf, gadis itu tidak asing. Gadis itu juga duduk di samping Yusuf yang membuatnya tak nyaman. Apalagi, gadis itu masih mengenakan seragam SMA yang sedikit seksi.
"Rumahmu dimana?" tanya Adam.
"Dekat dari toko buku, nanti turun di sana saja," jawab gadis itu.
Mendengar kata toko buku, Yusuf semakin yakin jika gadis itu adalah gadis yang sama dengan si mata biru tujuh tahun lalu. Paha gadis itu nampak jelas sangat mulus di mata Yusuf. Dengan gesit, Yusuf menutupi pahanya menggunakan jaket miliknya.
"Berapa jaket lagi yang akan kau berikan untukku?" bisik gadis itu.
Benar dugaan Yusuf, gadis itu adalah gadis yang sama. Adam mencoba menanyakan lagi dimana alamat rumah aslinya. Karena ia sangat khawatir jika gadis itu akan mencoba mengakhiri hidupnya lagi. Ia berencana untuk mengantar gadis itu pulang dengan selamat.
"Mas, aku nanti turun di toko buku saja. Sudah lama aku ingin mampir sebentar ke sana," ucap Yusuf.
"Oh iya, siapa namamu? Aku harus mengantarmu pulang, kalau tidak.. nanti kamu akan mencoba bunuh diri lagi. Itu hal yang sangat dibenci Allah," tutur Adam.
"Aku turun di toko buku saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi karena masa depanku sudah ada di depan mataku," gadis itu berusaha meyakinkan Adam, agar dirinya bisa bertemu lebih lama dengan Yusuf.
"Baiklah kalau begitu, sebentar lagi kalian berdua akan sampai ke toko buku," ucap Adam.
Tak lama setelah itu, mobil Adam berhenti tepat di depan toko yang sudah tujuh tahun tidak dikunjungi oleh Yusuf. Yusuf dan gadis itu pun turun.
"Cepat pulang, atau Kak Airy akan ngamuk nanti. Ingat, kesehatan dia akhir-akhir ini memburuk karena darah tinggi," ucap Aminah masih ketus dan kesal dengan gadis itu.
"Iya, aku nggak lama, kok. Hanya menyapa saja, assalamu'alaikum!" Yusuf pamit dan segera masuk ke toko itu.
Gadis itu mengikutinya dari belakang, pemilik toko sedang istirahat, jadi toko di jaga oleh karyawan yang Yusuf tidak kenal. Gadis itu terus mengikuti kemana Yusuf berjalan, sampai di sudut dinding ruang paling ujung, Yusuf berhenti.
"Kenapa berhenti?" tanya gadis itu.
"Ambil liontinmu, datang ke alamat yang sudah aku tulis. Semua berkas pentingnya ada di rumah alamat ini, jangan ganggu aku lagi. Jangan muncul di depanku lagi, jangan pernah berharap dengan bualan pernikahanmu tujuh tahun lalu itu. Permisi!" Yusuf meninggalkan gadis itu.
"Kamu tidak tahu, aku sampai hampir kehilangan nyawa karena kembali ke sini. Bukan semata karena harta itu, tapi karena dirimu. Aku yakin, jika kamulah yang dimaksud Kakekku, yang akan membubarkan organisasi hitam itu, kamulah yang akan menarikku dari lubang hitam itu. Aku melihatmu begitu bersinar ketika pertama kali bertemu, dan selalu kamu yang datang ketika aku susah di tujuh tahun lalu. Aku harus berusaha, membuatnya menolongku dari dunia hitam ini." batin gadis itu.
Ponsel gadis itu berbunyi.
"Hallo!"
"Nona, nona harus datang ke markas. Ada komplotan pemberontak menculik stok wanita penari malam kita,"
"Aku akan ke sana!"
Siapakah gadis ini? Mengapa ia dipanggil Nona? Apakah, selama tujuh tahun, dia hidup enak dan bahagia? Apakah dia membohongi Yusuf? Rahasia apa yang sebenarnya dia miliki?
Yusuf berdiri tegak memantau arloji di tangannya. Ia berharap Fatur menjemputnya tepat waktu. Mereka sudah janjian untuk melihat lokasi yang akan dibangun supermarket dan minimarket baru di daerah yang tak jauh dari sekolah lamanya.
"Assalamu'alaikum, hehe maaf lama. Motorku baru aja ngambek," salam Fatur dengan cengangas-cengegesan wajah tak bersalah.
"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh,"
"Aku dah bilang, museum-kan motor itu. Kemarin saat kau ke Korea, bukankah aku sudah mengirim-mu uang untuk beli motor baru?" protes Yusuf.
"Haih, aku masih menyimpan uang itu. Aku tidak ingin merepotkan dirimu, Bro. Sudah diajak join begini saja aku sudah bahagia dunia akhirat, kok!" ungkap Fatur.
Mereka pun berangkat ke lokasi tersebut. Sambil menikmati indahnya siang hari kota Jogja. Semuanya masih indah, tak berubah banyak sejak tujuh tahun lalu saat Yusuf selalu pulang sekolah lewat jalan itu. Ini kisah awal pertemuan kembali antara Yusuf dan Gadis bermata biru itu. Akan ada flasback di setiap bab-nya nanti.
Selamat membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Ifaa
Baru mampir lagi di cerita2 ini
2022-10-20
0
Ummu Jihad Elmoro
aku mmpir, thor..
2022-01-02
0
Kim
List, ini Aku Kim
2021-02-12
1