Layanan Cindy kepada Yusuf dan Fatur juga berbeda. Ia terdengar lembut nan anggun ketika bersama Yusuf. Itu membuat Rebecca kesal, ia pun bersikap manja kepada Yusuf saat itu. Herannya, Yusuf mengiyakan saja apa nyang diinginkan Rebecca.
"Bos, boleh tukeran nggak? Aku pengen bubur ayam itu, kalau boleh, sih," pinta Rebecca dengan manja.
"Makanlah, biar aku yang sarapan soto ini," ucap Yusuf menukar sarapannya dengan mudah.
"Yeay! Macih, Bosku...." manjanya Rebecca.
Tentu saja membuat Fatur dan Cindy saling menatap. Yusuf sukar menerima pemberian orang lain, bahkan bubur itu juga sudah dimakan satu suap oleh Yusuf dan ia pantang memberikan makanan sisa kepada orang lain.
"Yusuf, tapi kamu kan tidak bisa makan nasi di pagi hari," kata Cindy, ia tahu karena dulu waktu di sekolah, saat Yusuf sarapan soto, siangnya perutnya akan mulas.
"Tidak masalah, Rere akan pergi sekolah, makanya dia harus makan cepat," jawab Yusuf dengan santai.
"Makanlah, aku yang akan mengantarku ke sekolah!" perintah Yusuf kepada Rebecca.
"Siap, Bos!"
"Ada hubungan apa antara Yusuf dan gadis ini? Kenapa mereka terlihat sangat akrab, apakah... tidak! Yusuf mana mungkin menyukai gadis urakan seperti dia. Aku harus interogasi Fatur!" batin Cindy.
Usai sarapan, Yusuf bergegas mengantar Rebecca ke sekolahnya menggunakan motor yang ia bawa. Yusuf juga mengingatkan Rebecca untuk tidak terlalu menempel kepadanya.
"Iya, aku tahu. Lelaki soleh sepertimu tidak ingin bersentuhan dengan wanita yang bukan mahramnya, aku tau dan aku paham, Bos!" seru Rebecca memakai helmnya.
Yusuf tersenyum, dan menyalakan mesin motornya. Mereka pun berangkat. Di jalan, Rebecca menanyakan tentang siapa wanita yang membawakan sarapan itu untuk mereka. Yusuf juga menjelaskan jika wanita itu teman waktu sekolah dulu. Yusuf minta kepada Rebecca untuk tidak berbuat buruk kepada Cindy, karena Yusuf tak ingin terlihat diantara keduanya.
"Apakah dia juga menyukaimu? Apa boleh aku habisi, dia?"
Pertanyaan Rebecca membuat Yusuf memberhentikan motonya secara mendadak. Karena mendadak rem juga, Rebecca menjadi sedikit menempel dadanya ke punggung Yusuf, ia tidak berpegangan apapun ketika rem mendadak itu berlangsung.
"Mundur!" tegas Yusuf, setelah merasakan sesuatu yang cekung, lembut dan kenyal di punggungnya.
"Salah siapa berhenti mendadak, aku kan nggak pegangan apapun," elak Rebecca membela diri.
"Aku lama-lama bisa gila dekat dengan ini anak. Dulu aja langsung nyosor, ini malah aku diberi dia gunung kembarnya. Astaghfirullah.. astaghfirullah.. astaghfirullah hal'adzim, kuatkan iman, Cup!" batin Yusuf.
"Rebecca,"
"Hm?"
Yusuf menghela nafas, lalu memutar badannya ke arah Rebecca. "Kamu masih ingin bersamaku, 'kan?" tanya Yusuf dengan lembut. Tentu saja Rebecca mengangguk semangat.
"Bisa, nggak? Selama kamu bersamaku, jangan ada darah orang lagi yang mengalir di tanganmu? Perlahan, bisa ya...." tutur Yusuf begitu lembut terdengar ditelinga Rebecca.
"Aku tidak bisa berjanji, karena itu sebagian tugas dari keluargaku. Tapi, aku akan usahakan, demi aku bisa berubah," Rebecca benar-benar ingin keluar dari dunia hitam itu, ia juga ingin Yusuf membantunya membubarkan geng yang telah menjerumuskan dirinya kedalam dunia gelap yang tak jauh dari belati dan bau anyir darah manusia yang sudah ia habisi nyawanya.
Sesampainya di depan sekolah, Rebecca kembali membuat Yusuf gelisah. Ia tiba-tiba mencium pipi Yusuf dan langsung lari ke dalam. Tentu saja membuat Yusuf kesal, ia ingin marah pun tidak bisa karena Rebecca langsung lari.
"Harusnya aku marah. Ini dosa, tapi kenapa hatiku tidak setakut dulu, ya?" gumam Yusuf menyentuh dadanya.
_-_-_-_
Di sisi lain, Cindy yang penasaran dengan Rebecca pun mencari informasi dari Fatur. Dasarnya Fatur ini tak pernah berbicara serius, ia mengatakan jika Yusuf dan Rebecca memang memiliki hubungan yang sulit di jelaskan. Tentu saja membuat Cindy merasa marah.
Hari itu dilangsungkan dengan menyelesaikan renovasi dan mengundang beberapa tukang. Merasa lelah, Yusuf meminta Fatur untuk mengawasi kinerja tukangnya, sedangkan dirinya hendak istirahat sejenak karena merasa tidak enak badan. Cindy berniat membuatkan obat herbal untuk Yusuf, namun saat ia hendak membawakan obat itu ke ruang pribadinya Yusuf, Cindy tidak bisa masuk karena pintu itu harus menggunakan kode, atau kunci yang bisa dibuka dari dalam.
"Sial! Kenapa harus ada kunci kode pin beginian segala, sih? Ini bukan di negara Korea, kenapa harus pakai beginian pula!" kesal Cindy.
Waktu memang sudah menunjukan pukul tiga sore, dimana Rebecca sudah pulang sekolah dan langsung datang ke restoran. Melihat Cindy yang terus berusaha memecahkan kode pin pintu ruangan Yusuf, Rebecca pun menghampirinya.
"Kak, kamu sedang apa?" tanya Rebecca mengagetkan Cindy.
"Ah, tidak! A-aku hanya sedang mengetuk pintu saja, Yu-Yusuf sedang sakit katanya, jadi aku membawakan obat herbal untuknya," jawab cindy gugup.
"Oh," Rebecca mengangguk-angguk.
"Terus, kenapa Bos belum bukain Kakak pintu?" tanya Rebecca semakin penasaran.
"A-aku tidak, em aku belum mengetuk pintunya, heh…." Cindy masih terlihat gugup.
"Oh, kalau begitu biarkan aku yang bawain obat herbal ini. Tadi saat di depan, Bos Fatur mencarimu," ucap Rebecca.
"A… aku? Kenapa Fatur mencariku? Ada apa?" tanya Cindy. Ia masih terlihat seperti orang yang mencuri dan hampir ketahuan.
Rebecca mengangguk, perlahan meminta obat yang ditangan Cindy. Lalu membuka pintu dengan sangat mudah karena Rebecca tahu kode pin itu. Cindy merasa kesal dengan adanya Rebecca yang selalu ingin bersama dengan Yusuf.
"Jangan salahkan aku, jika aku bisa menjadi orang jahat kepadamu, Rebecca!" ancam Cindy dalam hati.
Perlahan Rebecca masuk ke ruangan Yusuf, ia melihat Yusuf tengah berbaring di kasur lipatnya. Rebecca berusaha membangunkan Yusuf dengan lembut dan bisikan yang halus. Tepat di telinga Yusuf, suara manja nan lembut itu terdengar sampai ulu hati Yusuf. Ia kaget sampai lompat dari kasur lipatnya.
"Astaghfirullah hal'adzim. Kamu ngapain di sini?" tanya Yusuf masih senam jantung.
"Aku hanya mengantar obat herbal yang dibuat Kak Cindil itu. Dia tadi berusaha masuk, tapi nggak bisa. Ya sudah, karena aku baik hati.. aku yang membawa obat ini ke sini," jawab Rebecca manja.
Yusuf mengambil ramuan itu, lalu duduk dan meminumnya. Obat herbal itu memang sangat berkhasiat karena Cindy sudah belajar sangat kerasa di luar negri tentang obat herbal.
"Lain kali, jangan asal masuk ya. Nanti, mereka yang tidak tahu keadaan kita, pasti akan salah paham, mengerti?" tutur Yusuf.
"Jika pemikiran mereka sempit, ya otak mereka akan selalu kotor, Bos. Aku paham sekali wanita seperti apa Cindil itu!" desis Rebecca.
"Re, lain kali jangan kamu cium aku seperti tadi pagi ya. Kita juga nggak boleh bersentuhan, bahkan berduaan dalam satu ruangan tertutup begini juga tidak boleh. Kita belum mahram, ingat itu. Katanya mau pelan-pelan berubah…." Yusuf masih saja sabar menghadapi sifat bar-bar nya Rebecca.
"Terus, kapan kita akan menjadi mahram?" tanya Rebecca membuat Yusuf tersedak.
Merasa kikuk dan canggung, Yusuf meminta Rebecca untuk keluar lebih dulu. Rebecca tahu dan tidak ingin memaksa, ia keluar dengan kedipan mata yang membuta Yusuf semakin pusing. Meski begitu, semuanya ada manfaatnya bagi Yusuf, karena berada didekat Rebecca, akan membuatnya semakin dekat dengan Allah karena terus beristighfar setiap saat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
asmalul
visual nya mn woy...
2021-02-26
1
Raina ⚡'~°F °M°~'⚡
😂🤣🤣🤣
2021-01-19
1
Ih.. Keppo!
Anjay aku dari tadi senyam senyum sendiri baca bang Ucup🤣
Apa tadi kata cindil mau berbuat jahat ke Rebecca? ga tau aja si Rere kek gimna😂
apa nantinya jadi psikopat ketemu psikopat anjer?🤣
2021-01-13
5