Sesampainya di depan rumah Airy, Cindy langsung berteriak memanggil siapapun untuk memapah Yusuf masuk ke rumah. Airy yang panik itupun langsung berlari ke mobil dan meraih yanga Yusuf.
"Assalamu'alaikum, Kak Airy kenapa tergesa-gesa? Aku baik-baik saja, kok," Yusuf masih bisa tersenyum saat itu.
"Wa'alaikumsalam, mentang-mentang dah gede jadi sok sama kakaknya!" seru Airy menggetok kening Yusuf.
"Aw! Aku sedang pusing, Kak. Kenapa di getok, sih?" protes Yusuf dengan manja.
Terlihat sekali jika Airy begitu menyayangi adik kesayangannya itu. Raihan saja merasa cemburu karena Airy dekat dengan Yusuf, meski itu hanyalah gurauan saja. Suasana bahagia menyelimuti keluarga pesantren atas kepulangannya Aminah dan Yusuf. Karena sudah sore, Airy meminta Cindy untuk tinggal beberapa waktu menunggu adzan magrib selesai.
Setelah sholat magrib berjamaah, keluarga pesantren juga mengadakan syukuran atas prestasi yang putra putri mereka capai. Aminah sedang sibuk berbincang dengan Raditya di depan rumah saat itu.
"Kamu apa kabar? Selama tiga tahun lebih kamu tidak menghubungiku sama sekali, bahkan saat lebaran saja.. kamu tidak menemuiku," tanya Raditya malu-malu.
"Itu karena aku takut terlalu merindukanmu dan ingin pulang lebih cepat. Maaf...." jawab Aminah menundukkan kepala.
"Kenapa minta maaf, sudahlah. Kamu sudah menjadi Dokter sekarang, kamu juga masih bertugas di sana, apakah.. kamu tidak akan ada rencana pindah ke sini?" harap Raditya.
"Aku ingin sekali, tapi...." ucapan Aminah terpotong.
"Aku sudah berusaha, tapi Ibuku masih saja seperti itu. Jika memang Ibu tak dapat memberikan restu, aku siap menikah tanpa kehadirannya," bisik Raditya.
"Nanti kita bertemu Ibu dulu, ya, Bang. Baru kita tentukan, hubungan ini mau bagaimana," Aminah tetap yakin, jika Ibunya pasti akan memberikan mereka resti karena ada yang Aminah lakukan agar Ibunya luluh.
Setelah jamuan selesai, malamnya mereka juga mengadakan tahlilan bersama. Tak acara apapun tapi memang ingin melakukan tahlilan bersama untuk kelancaran usaha baru yang hendak Yusuf jalankan.
Toserba yang Yusuf inginkan juga sudah jalan di beberapa tempat. Kini, restoran yang ia mau juga akan mulai di rehab esok hari agar tidak menyia-nyiakan waktu berharga.
Malam setelah sholat di sepertiga malamnya, Yusuf tak dapat kembali tidur. Ia terus teringat dengan kata-kata Rebecca yang membuatnya sesak di dada. Lamunan itu pecah karena Fatur menelponnya.
"Assalamu'alaikum," salam Yusuf.
"Wa'alaikumsalam, Suf. Kamu bisa ke lokasi nggak? Pagi ini aku sudah mulai mengecat, hehehe. Temani aku gih, aku takut."
"Ini baru jam 3 lebih, kamu sudah ngecat? Yang bener saja, Fat? Aku lelah, bisa nggak kalau nanti jam 6 aku baru sampai sana?" Yusuf menawar.
"Please lah! Aku takut, tapi sekarang aku senang karena ada seorang cewek yang datang kemarin membantuku,"
"Cewek kemarin? Halo.. Fat, Fatur! Di matiin pula!'
Karena Yusuf tetap mengira cewek itu adalah Rebecca, ia pun langsung bergegas menyalakan motornya dan berangkat ke lokasi tersebut. Saat ini, Yusuf tinggal sendirian karena Gu dan Raditya sudah membeli rumah sendiri. Jadi, Yusuf bebas hendak pergi kemanapun sesukanya tanpa ada orang yang menegurnya.
Benar!
Gadis mata biru, Rebecca.. sudah bersama Fatur sedang mengecat dinding dengan senyuman yang tak bisa ia lupakan. Rebecca seperti bunglon yang suatu saat bisa berubah-ubah emosionalnya. Kemarin baru saja dia marah dan menangis, tapi pagi itu dia begitu sangat ceria dan bahagia.
" Assalamu'alaikum," salam Yusuf.
"Wa'alaikumsalam, eh Yusuf. Datang juga ternyata. Kamu ngecat bagian sana sama Rere ya. Dia karyawan baru kita, hehehe sudah rajin saja. Makanya aku terima dia kerja di sini," ucap Fatur masuk ke dalam untuk bagian dapur.
"Kerja? Kamu masih sekolah, bagaimana kamu mau kerja?" tanya Yusuf dengan aura dingin.
"Aku kerja dibayar perjam. Bos Fatur sudah menerimaku, jadi ya nggak masalah, dong...." jawab Rebecca manis.
"Eh, tunggu! Kalian sudah sedekat itukah? Sampai Yusuf tahu kamu masih sekolah atau tidaknya?" goda Fatur.
"Kamu masuk ke bagian dapur sana!" ucap Yusuf mendorong Fatur dengan pelan.
Yusuf menghela nafas panjang dan beristighfar. Lalu, meminta Rebecca untuk ikut ke ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan pribadi Yusuf. Di sana, ternyata sudah sangat tapi dan bersih, entah kapan Yusuf membersihkan ruangan itu.
"Wah, kenapa di sini sangat rapi dan bersih, jadi nyaman deh kalau bobok di sini," celetuk Rebecca.
"Duduk, isi formulir ini," pinta Yusuf.
"Tanganku kotor, Kak. Bisakah, kau menuliskannya untukku, aku mohon...." rayu Rebecca.
"Aku Bos di sini, kamu boleh memanggil Fatur dengan sebutan Kakak saja. Lalu, kamu memanggilku dengan kata Bos itu, mengerti?" desis Yusuf.
Rebecca mengangguk, Yusuf mulai mengisi formulir itu. Ia manfaatkan pengisian formulir itu hanya untuk mendapat informasi diri Rebecca yang belum ia ketahui selama hampir delapan tahun mengenalnya.
"Nama?"
"Rebecca Anastasya,"
"Tanggal lahir?"
"Em, haruskah?" protes Rebecca.
Yusuf menatap Rebecca dengan sinis.
"Ok, akhir tahun aku umur 18 tahun, aku lahir di Australia, dan masih jadi warga negara sana," jawab Rebecca menurunkan nada bicaranya.
Bukan hanya itu saja, Rebecca juga jujur kepada Yusuf tentang apa yang sudah terjadi dengannya. Rebecca mengakui bahwa dirinya masih berkelahi, merampok dan juga menghabisi nyawa orang hanya demi melakukan tugas dari keluarganya.
"Apa kamu tidak niat untuk hijrah?" tanya Yusuf.
"Tidak mudah untuk melakukan itu, Kak. Kau harus membantuku keluar dari dunia hitam ini. Hanya kamu yang mampu menarikku," lirih Rebecca.
"Kenapa harus aku? Banyak orang lain yang lebih hebat dariku di luar sana," tegas Yusuf.
"Karena itu pilihan hatiku. Jadi, aku mohon bimbinglah aku," harap Rebecca, Yusuf mau menerima permohonnya.
Krena tidak tega melihat Rebecca memohon seperti itu, Yusuf pun menjadi tidak tega dengannya. Ia menerima Rebecca bekerja dan selalu dekat dengannya di restoran barunya. Perlu diketahui, ini kali pertama Rebecca mampu memohon dan tunduk dengan seseorang, begitu juga dengan Yusuf. Ini kali pertama menerima wanita lain berada dalam sisinya.
"Tapi aku ada syarat lagi," kata Yusuf memberikan nomor ponselnya.
"Apa itu? Wah ini nomor ponselmu, Kak. Eh, maksudku, Bos?" tanya Rebecca.
"Sederhana!"
"Mulailah memakai pakaian yang tertutup. Aku tidak suka melihatmu mengumbar paha dan ketiak seperti itu. Ini masih jam 4 pagi, udara juga masih dingin, sebaiknya kamu memakai ini," pinta Yusuf memberikan tas berisikan satu set pakaian olahraga kepada Rebecca.
Entah kebetulan apa takdir, tapi Yusuf memang sengaja membawa itu ketika Fatur mengatakan jika Rebecca tengah bersamanya. Ia juga membawakan setlist pakaian itu milik Airy dulu. Jadi, akan pas di tubuh Rebecca nanti.
Setelah itu, Fatur kembali memanggil Rebecca untuk membantunya di belakang. Sampai waktu sarapan tiba, Yusuf memesan sarapan untuk mereka bertiga. Tak sampai pesanan di pesan, datanglah Cindy membawakan sarapan untuk mereka. Tenyata, Fatur lah yang menghubungi Cindy untuk datang.
"Itukan.. cewek yang kemarin. Ngapain dia kesini, sih?" gerutu Rebecca dalam hati.
"Ngapain Cindy kemari, sih? Pasti Fatur yang memintanya kesini, aku susah menghindarinya, karena aku merasa tak nyaman dengan kejadian masa lalu," kesal Yusuf dalam hati juga.
Cindy terlihat masih biasa saja, rasa yang ia pendam tak pernah luntur kepada Yusuf. Ia masih berharap bisa mendapatkan cinta Yusuf di pertemuan keduanya setelah berpisah cukup lama. Tatapan mata Rebecca dan Cindy seolah-olah memberikan percikan api yang membara, seakan meraka siap untuk bertempur mendapatkan cinta Yusuf. Siapakah yang akan mendapatkan hati Yusuf kedepannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
rum mia
mantapp..makin seru dan deg deg an kak😅😅
2021-01-03
1
Eka Dina
bakal seru nih🤣🤣
2021-01-03
1
Herlin Shaha
Rebecca ya kak setelah jadi mualaf tentunya..
kak dhewiy semangat 💪👍
2021-01-03
1