Unwanted Marriage

Unwanted Marriage

Unwanted Marriage Part 1

"Senyum terus, bengek mulut gue!"

Protes dilayangkan dari seorang pria yang baru saja masuk ke kamar bersama seorang gadis disampingnya sembari memegang bibirnya. Pria masih memakai jas lengkap bewarna putihnya, sedangkan sang gadis masih memakai gaun pengantinnya.

Pria itu memandang gadis yang ingin ke toilet bersama gadis lain. "Woi Valerie, Kak! Gue mau ke toilet!" teriak pria itu membuat keduanya menoleh bersamaan.

Kakak pria yang bernama Liza itu memutar bola mata. "Lo gak liat istri lo capek Vincent Leonardo?!" protesnya.

Ya, pria itu adalah Vincent Leonardo, dan gadis yang memakai gaun putih itu adalah Valerie Christabel, istrinya.

Vincent melipat kedua tangan di dada. "Terus gue apa? Emangnya gue sehat sentosa?! Gue juga capek, mau mandi, tidur, istirahat!"

"Lo cowok! Gak usah manja! Inget! Papa sama Mama besok mau pergi ke Amerika dan tinggal disana, gue tinggal disini sama lo dan Valerie, istri lo. Lo tinggal ke kamar mandi lantai bawah beres!” Liza kemudian memandang ke arah Valerie. “Masuk aja Valerie, gue bantu bukain gaunnya."

"Gue gak anggap dia istri gue! Gila aje gue nikah di umur 17 tahun astaga! Cewek ini aje belum genap 17 tahun!" Vincent kembali melayangkan protesnya.

Dia tidak tahu apa yang dipikirkan Ibu dan Ayahnya yang begitu ingin dirinya menikah dengan gadis tomboy di kelasnya yakni Valerie, begitu buru-buru membuatnya menjadi kesal, padahal dia masih ingin menikmati masa mudanya. Namun Vincent tidak bisa menolak karena motor kesayangannya dan kartu kredit adalah taruhannya.

"Hei kurang ajar! Lo gak ada sopan santun apa? Orangnya disini, lo malah ngomongin!"

“Kak.” Liza menoleh ke arah Valerie yang sedang tersenyum ke arahnya. “Bisa bantu bukain? Biarin aja dia ngomongin,” ucap Valerie. Dia tampaknya memang sangat lelah.

Mendengarnya, Liza mengangguk cepat, dia menatap Vincent tajam selama beberapa detik, kemudian kembali memandang Valerie. “Val, kalau dia macem-macem, lo marahin, tabok aja gapapa, oke?” ucap Liza

Valerie mengangguk lemah. Memang Ayah, Ibu Vincent sudah meminta Valerie untuk memarahi saja Vincent jika Vincent berisik karena mereka tahu bagaimana sikap Vincent. Hanya saja dia ingin segera mandi, dan disini juga ada Liza.

Liza kemudian mengajak Valerie ke kamar mandi membuat Vncent menggerutu.

"Woi!! Dasar 2 cewek gak ada akhlak!! Gue mau masuk duluan! Woi!!" Dan akhirnya Vincent hanya bisa menggerutu ketika pintu kamar mandi terturup.

Vincent membuang napas kasar, mengelus dada. "Vincent yang ganteng, tajir, dan baik hati harus sabar, sabar."

*

“Valerie.”

Valerie yang tengah makan mengangkat kepalanya ketika dirinya dipanggil oleh Kiara, Ibu Vincent. "Ya Tante?"

"Ish, kok masih Tante?"

"O-Oh iya, Mama," ucapnya canggung, karena memang masih belum terbiasa.

"Gak papa, santai aja hehe." Kiara mengusap lengan Valerie seperti anaknya sendiri. "Kamu nanti tidur di kamar Vincent ya, Vincent tidur aja di kamar sebelah. Kalian belum mau sekamar kan?"

"Enggak!" bantah keduanya secara bersamaan membuat semua menahan tawa melihatnya.

"Ya udah, nanti tidurnya begitu dulu ya."

"Protes Ibu Hakim!”

Vincent mengangkat tangannya membuat Kiara menatapnya tajam. Vincent memang cukup akrab dengan Ibunya sampai memanggil Ibunya dengan panggilan seperti itu.

"Vincent, jangan banyak protes!"

"Enggak mau! Ma! Itu kan kamarku! Suruh cewek ini tidur di kamar kecil aja, enak aja."

"Dia istrimu Vincent."

"Enggak mau!" Vincent kemudian melangkah dan berlari menuju ke kamarnya, mengabaikan teriakan Kiara.

"Vin--"

"Udah Ma." Valerie menyela ketika Kiara hendak kembali berteriak. "Biar aku yang ngomong aja sama dia," ucapnya.

Kiara menghela napasnya dan mengangguk. "Iya. Oh ya, besok kami berdua akan tinggal di Amerika. Kamu bakal oke kan?"

"Oke Ma."

"Disini ada Liza, kalau Vincent macem-macem, kamu tabok juga gapapa. Jangan sungkan. jangan sampai namanya terukir di batu nisan.”

"Iya Ma."

"Ya udah, selamat malam ya."

"Iya Ma, malam."

Setelahnya Valerie meninggalkan meja, menuju ke kamar Vincent untuk berbicara dengan Vincent. Meninggalkan Kiara dan Simon, Ayah Vincent menghela napasnya. Liza hanya santai, kemudian pamit ke kamar setelah menghabiskan makanannya.

*

Ketika masuk kamar, Valerie lansgung melihat Vincent yang sedang berbaring di atas kasur sembari menggulingkan badannya sendiri ke kanan dan ke kiri, tidak berhenti membuat kening Valerie mengerut. Dia melipat tangannya ketika dia sudah ada di dekat Vincent.

"Woi! Lo kesurupan?"

Vincent berhenti berguling, kemudian matanya menyipit sembari menatap Katherine. "Lo yang kesurupan kalik! Ngapain kesini lo?!" tanyanya tidak bersahabat.

"Mau tidurlah."

"Enggak bisa, ini kamar gue."

"Mama lo suruh gue disini."

"Heh! Denger ye! Gue gak mau jadi suami lo! Jadi jangan bersikap seolah-olah lo istri gue yang bisa ngontrol gue kapan aja."

Vincent kembali menegaskan hal itu, kemudian dia kembali berbaring di kasurnya sembari melebarkan tangannya, tidak memberikan ruang sedikit saja untuk Valerie.

"Hei."

Vincent mengerutkan kening mendengar Valerie kembali membuka suara. Dia menatap Valerie dan terkejut menemukan tatapan tajam Valerie. "Kenapa lo? Jejangan lo yang kesurupan?" ucaonya sembari menatap Valerie ngeri.

"Dasar gak ada akhlak! Lo kira gue dengan mau banget nikah sama lo? Denger ye anak kurang ajar! Gue juga teepaksa, enggak mau nikah dan jadi istri lo. Jijay banget. Daritadi gue sabar karena ada keluarga lo, tapi didiemin malah makin melunjak lo kayak haters!"

Valerie akhirnya mengeluarkan semua kekesalannya. Sejak tadi dia bersabar menghadapi Vincent, tapi akhirnya dia tidak tahan lagi karena Vincent yang sangat-sangat menyebalkan!

Vincent sendiri tidak tinggal diam, dia duduk menatap Valerie. “Terus kenapa lo mau?! Lo bisa nolak kek atau gimana gitu?!” Vincent greget sendiri karena Valerie tidak menolak perjodohannya, kalau Valerie tolak, setidaknya perjodohan mereka kemungkinan bisa saja tidak terjadi.

“Heh! Lo otaknya bermasalah atau gimana sih? Gue aja enggak mau sama lo, emangnya gue nolak?”

Vincent terkejut mendengarnya, namun tak lama dia manggu-manggut. “Bener juga,” gumamnya membuat Valerie memutar bola matanya.

“Lo pergi sana! Gue mau tidur,” ucap Valerie, dia sudah begitu lelah.

“Heh enak aje, lo kate gue pembantu elo ape, bisa lo suruh kesono-kesini,” protes Vincent.

“Mama lo yang suruh gue kesini.”

“Gak mau, ini kamar gue.”

Valerie memghela napas, dia rasnaya begitu lelah. Tapi dia tidak mau mengecewakan Kiara yang sudah memintanya tidur disini, namun jika Vincent begini, bagaimana dia bisa tidur disini? Namun mendadak ide cemerlang muncul di otaknya, dia tersenyum lebar.

Valerie berdehem kecil, kemudian kembali menatap Vincent. “Oke, kalau gitu kita suit aja.”

“Buat apaan? Gue bukan anak bocil yang bisa lo bujuk pake suit-suit ye.”

“Gak ada yang mau bujuk lo, gak penting.”

Menusuk sekali ucapannya.

Vincent hendak protes, namun dia tidak bisa membantah apapun karena memang yang dikatakan Valerie benar. Vincent memang tidak penting untuk Valerie, mereka saja menikah karena perjodohan seakan mereka kembali ke masa 1981.

“Ya udah. Terus buat apa?”

“Otak lo terbuat dari apa sih? Masa ga ngerti?!” Valerie greget sendiri, namun dia menarik napasnya berusaha tetap sbaar, dia memandang Vincent yang masih bingung. “Yang menang nanti tidur sini, kalah tidur di kamar sebelah.”

Mata Vincent melebar. “Apa?! Eng—“

“Takut?” Vincent yang hendak protes disela oleh Valerie. “Yakin banget gak bakal menang sampai nolak begitu. Ya gue ngerti, emang mental tempe,” ucap Valerie yang sebenarnya hanya ingin memancing Vincent.

“Takut? Gigi lo! Gue gak takut, ya udah suit sini!” Vincent menaikkan lengan bajunya, sekarang dia begitu merasa tertantang.

“Oke. Kesempatan cuman sekali ya, deal?”

“Deal!” jawab Vincent tanpa pikir panjang.

“Oke.”

Vincent kemudian bersip-siap dia menghembuskan napasnya berkali-kali di tangannya, seakan itu adalah jimatnya untuk berhasil dalam suit ini. Valerie sendiri hanya snatai sembari menatap Vincent dan geleng-geleng kepala.

Apa ini suaminya?

“SATU, DUA, TIGA!!”

Gunting.

Batu.

Vincent membuka mulutnya lebar ketika tangannya membentuk gunting, otomatis Valerie menang. Valerie ftersenyum puas. “Makanya suit aja gak usah kayak fisika banyak gaya.”

Vincent menatap Valerie dengan tatapan menajam. “sekali lagi suitnya! Tadi gue salah buka jari.”

“Kesempatan cuman sekali, pergi sana!”

“Engg—“

“Mau pergi atau gue jitak?”

“Jitak aja! Lo—AKH!”

Vincent langsung memegang kepalanya yang dijitak sembari meringis kesakitan. “Sakit! Kenapa lo mukul!”

“Katanya jitak aja.”

Vincent melebarkan mata mendengarnya, dia menghela napas kasar. Dengan kesal, dia mengambil guling dan bantalnya satu set, jadi disini ada 2 bantal, 2 guling. “Besok suit lagi gue pastiin gue bakal menang.”

“Hm,” jawab Valerie malas.

Vincent mendengus, kemudian melangkah pergi. Valerie hanya geleng-geleng kepala. Diluar kamar, jantung Vincent bersenam ketika Liza ada didepannya. “Astage Kak! Buat kaget aje lo!”

“Kalah suit sama Valerie? Dijitak pulak.” Liza geleng-geleng kepala sembari berdecak berkali-kali.

“Enggak ya! Gue itu cuman mau ngalah aja, dia kan cewek!” Vincent langsung membantah, tentu saja tidak diterima diejek oleh Liza. “Gue tadi sebenarnya--mphm!"

Belum selesai bicara, Liza sudah menyumpal mulutnya dengan roti yang Liza bawa. “Berisik.”

Liza kemudian melangkah pergi darisana menuju ke kamarnya. Vincent mengeluarkan roti dari mulutnya, matanya melebar melihat isi roti itu.

“AKH!! ROTI COKELAT KESAYANGANKU!!” teriak Vincent sembari tersenyum lebar.

***

Tiga hari terlah berlalu.

Valerie maupun Vincent harus menyesuaikan diri dengan hidup mereka yang baru, terlebih Valerie. Kedua orang tua Vincent sudah pergi. Valerie mau tidak mau harus melaksakan tugasnya sebagai istri, menyiapkan baju Vincent dan lain sebagainya, namun memasak, biasanya dilakukan Asisten Rumah Tangga di rumah mereka.

Akhirnya mereka kembali masuk sekolah karena memang kedua orang tuanya sudah izin.

Vincent turun, kemudian langsung duduk di meja untuk makan. "Eh, udah laper lo Gorilla? Udah disini aja," ucap Vincent ketika ketika Valerie sudah duduk sembari meminum air putihnya.

"Berisik Gagak!"

"Nih makan kalian, habis itu berangkat sekolah." Liza meletakkan ketiga piring di meja, untuk mereka bertiga.

"Makasih Kakak!!" Vincent langsung melahap makanannya.

Liza hanya memutar bola mata dan mulai memakan makanannya.Valeriepun mulai memakan makannya.

"WOW!!"

Valerie dan Liza terkejut ketika mendengar teriakan Vincent. "Heh! Beeiisk banget sih lo!" kesal Liza.

"Enak banget Kak! Kek tumben banget! Lo lama-lama masak, tapi--"

"Valerie yang masak, Mbak Surti gak kerja lagi."

Mata Vincent melebar seketika, dia memandang Liza yang sekarang menahan tawa. Vincent lansgung memegang perutnya dan berlagak muntah membuat Valerie memutar bola mata.

"Astage perut gue kayaknya gue--"

"Perkataan adalah doa." Valerie menyela sembari memakan makanannya.

Mendengarnya Vincent terdiam. Dia kemudian memakan makanannya tanpa berbicara lagi, dia bisa melihat Liza tertawa tanpa suara, membuatnya begitu sebal. Valerie hanya santai sembari memakan makanannya, tidak memedulikan Vincent yang menggerutu tanpa suara.

"Woi, mau kemana?" panggil Liza ketika Vincent berjalan sembari menggendong tasnya.

"Mau ke Saturnus! Emangnya mau kemana lagi Kakakku sayang?"

"Ke sekolah kan? Antar si Valerie!"

"Hah?! Ngapain gue anter! Enggak!"

"Tanggung jawab lo suaminya!"

"Gue--"

"Atau lo gak gue kasih makan nanti malem."

"Ngomongnya, nyiapin makan kek. Kasih makan berasa gimana!" Vincent mendengus, menatap ke arah Valerie yang sedang meletakkan piring di watafel. "Cepetan gue nunggu didepan, kalau telat, lo gue salahin," ucap Vincent kemudian melangkah pergi.

Valerie memutar bola matanya, sebensrnya dia ogah sekali naik motor dengan Vincent ke sekolah, namun dia tidak ada pilihan lain atau dia bisa saja tidak sskolah.

Setelah mencuci piring, dia pamit kepada Liza, kemudian pergi darisana, menyusul Vincent yang menunggunya disana.

.

.

.

.

.

.

--To Be Continue--

Haii, haii aku buat cerita baru nih, boleh dikasih komennya dong gimana menurut kalian nih? Ini aku enggak janji up tiap hari tapi dalam seminggu pasti update minimal 2-3 kali, kalau lebih berarti emang sengaja karena aku sekalian nulis Foolish Love.

Disini walau nikah, tapi tetap SMA ya, maksudnya nyampur. Disini gak sedih ya, disini aku berusaha buat komedi juga, kalau garing Mon maap.

Habis Foolish Love kelar, aku akan up fokus disini. Oke boleh komennya chapter 1, boleh likenya, vote dan follow juga hehe. Oke Dadah..

Terpopuler

Comments

Ambare

Ambare

namany susah d ucapkan tour

2021-11-19

0

Fi Fin

Fi Fin

seru ceritanya aku suka yg santai ringan2 ada unsur kocaknya jg

2021-09-19

1

Tacy Zoel

Tacy Zoel

ceritanya bagus.. Seger gitu, rasanya aku kembalu kemasa sekolah dulu

2021-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!