Unwanted Married Part 4

Jam yang ditunggu semua siswa akhirnya tiba.

Jam istirahat.

Vincent yang memang semenjak tadi menunggu miment ini, langsung saja berdiri dan pergi bersama teman-temannya sembari memegang bola basket. Dia memang sudah merencanakan jika dirinya ingin main basket bersama dengan teman-temannya saat jam istirahat.

Valerie hanya melirik tidak peduli. Sebenarnya tadi dia juga melihat jika Vincent membawa bola basket yang ada di rumahnya. Mereka sebenarnya tidak pergi bersama, Valerie lebih memilih untuk naik Grab saja dibanding bersama dengan Vincent.

"Valerie."

Baru saja Valerie melangkah, hendak ke kantin bersama dengan Jane dan John, berbalik ketika ada yang memanggilnya. Itu adalah Lucas.

Valerie menarik senyumnya. "Hai Lucas," sapanya setelah Lucas ada didepannya.

John sendiri langsjng merangkul Jane, Jane hanya memutar bola mata, menyadari jika kekasihnya itu cemburu. Padahal Jane sudah menjelaskan, dia dan Lucas tidak ada apa-apa.

Lucas hanya ingin mendekati Valerie, Jane tahu itu. Tapi John tidak bisa mengerti hal itu.

"Hai. Mau kemana?" tanyanya dengan senyuman lebar.

"Ke kantin, bareng Jane dan John."

"Oh. Kebetulan, gue juga mau ke kantin. Bareng boleh?"

Valerie mengangguk. "***--"

"Val!"

Valerie mengalihkan pandangan ke pria yang barusan memanggilnya. Keningnya mengerut menemukan siapa yang memanggilnya, Jane dan John bahkan sampai terkejut. Valerie bahkan sempat mengira kalau dia sedang berimajinasi, sampai pria itu didepannya, dia yakin dia bukan berhalusinasi.

"Vincent?"

Ya, itu adalah Vincent. Vincent sempat menatap ke arah Lucas, sebelum kembali menatap Valerie dan teesenyum yang justru membuat Valerie hendak muntah.

"Valerie, lo mau kemana? Lo lupa lo kan harus makan sama gue, terus temenin gue main basket kan?" Vincent berucap sembari tersenyum lebar.

Namun Valerie malah heran ketika mendengar ucapan Vincent. Menemani? Apakah pria ini sakit? Jangankan Valerie, John dan Jane saja terkejut sekaligus heran. "A-Apaa--"

"Ayok."

Vincent tiba-tiba merangkul Valerie membuat mata Valerie melebar. Vincent kemudian menatap Lucas yang tampak terkejut juga sembari tersenyum puas, kemudian berjalan membuat Valerie mau tidak mau ikut berjalan mengikuti Vincent menuju ke kantin, walau dia benar-benar sangat bingung.

***

"Wahh!! Kenapa nih?! Lo udah mulai suka sama Valerie kan?! Ngaku lo!!"

"Berisik!"

Vincent menyumpalkan rotinya ke mulut John yang terus berceloteh semenjak mereka memasuki kantin. Wajahnya tampak sebal sembari dia memakan makanannya.

John tertawa puas, merasa puas karena bisa menggoda Vincent. Dia kemudian menatap Valerie yang cenderung cuek dan tidak peduli, dia bahkan makan dengan begitu santainya, seakan tidak terjadi apapun. Jane sendiri hanya geleng-geleng melihat kelakukan John yang cukup menghibur.

"Terus buat apa mendadak lo dateng? Pakai acara bawa Valerie lagi." John kembali memancing.

Vincent menatap ke arah John dengan tagapan datarnya, tampak kesal. "Lo gak lihat gue lagi makan? Ya karena gue laper lah!" Vincent sedikit memekik.

"Ah serius?"

"Lo ngomong lagi gue tendang lo!"

Bukannya takut, John malah tertawa semakin puas. Dia memang puas sekali jika sudah mengisengi seseorang, terlebih Vincent.

Vincent hanya mendengus sembari kembali memakan makanannya. Jane sendiri yang makan, akhirnya mengerutkan keningnya ketika dia menduga sesuatu yang terlintas di otaknya, dia menghentikan makannya, kemhdian menagap Vincent dengan kening berkeut.

"Vincent."

"Hm?" Vincent bergumam sembari mengunyah nugget yang dia beli.

"Lo sama Lucas kan bersaing katanya, bener gak sih? Lucas kan kapten basket, lo juga, kalian kattanya beesaing ketampanan, bersaing dalam bidang olahraga. Bener kan?" tanya Jane dengan wajah curiga.

"Uhuk!" Vincent mendadak tersedak setelah mendengarnya, dia buru-buru menyambar minuman yang dibelinya dan meminumnya sampai tidak tersisa.

Mendengarnya John yang tersenyum cerah seketika senyumnya menjadi luntur. Valerie sendiri menghentikan aktivitas makannya sejenak, menatap sebentar ke arah Vincent yang efek terdesaknya sudah mereda dan menatap Jane seperti orang yang tertangkap basah. Valerie seketika memutar bola matanya, dia sudah menduga apa yang terjadi.

"Jadi lo tadi nganter gue ke kantin karena enggak mau gue pergi sama Lucas? Bukan karena apa-apa, tapi karena itu reflek aja. Lucas kan saingan lo." Valerie kembali menoleh ke arah Vincent. "Bener kan?" tebaknya, tepat sasaran.

Vincent sama sekali tidak bisa berkutik, dalam hati meruruki Jane yang mengatakan itu, dia tidak bisa memungkiri, jika memang itu tujuannya. Dia merasa tidak suka Valerie dekat dengan saingannya. Walau dia tidak menganggap Valerie sebagai istrinya atau orang yang dia suka.

Valerie yang melihat reaksi Vincent, sudah tahu jawabannya. Dia menghela napas. "Kenapa sih, semenjak mausk ke kehidupan lo gue ngerasa gak bahagia?" kesalnya.

Vincent sendiri menoleh ke arah Valerie yang sebal, Jane dan John sendiri hany biza mematung sembari menonton keduanya. Vincent akhirnya mengambil segelas air jeruk yang baru dia pesan.

"Udah sih, gak usah terlalu gimana. Cuman begini doang," ucapnya. Kemudian meminum jus jeruknya dengan santai.

Melihatnya, Valerie menjadi semakin geram. Dia berdiri dari tempatnya membuat merkea bertiga sontak menatapnya. Vincent terkejut melihat tatapan tajam Valerie kepadanya.

"Denger ya, lo itu gak ada hubungan apa-apa sama gue, gak usah ngatur gue mau deket sama siapa aja. Terserah gue mau deket sama Lucas atau enggak, ngerti?" Valerie menatap Vincent penuh peringatan.

Vincent sendiri hanya bisa diam, sampai akhirnya Valerie melangkah pergi darisana, meninggalkan setengah makanannya karena napsu makannya mendadak hilang.

"Valerie!" Jane berdiri dan langsung mengejar Valerie.

John sendiei hanya bisa menghela napasnya setelah Valerie dan Jane sudah tidak terlihat di matanya. Dia memandang ke arah Vincent yang terdiam setelah mendengar ucapan Valerie barusan.

"Lo sih! Lo minta maaf sana!" suruh John sembari menatap Vincent yang sedari tadi hanya diam sembari memandang Valerie sampai akhirnya dia pergi.

Vincent yang disalahkan, tersadar dari lamunannya. Dia mengalihkan pandangan ke arah John sebentar. Vincent kemudian meletakkan gelas kosong ke meja, dan mengangkat kedua bahunya acuh.

"Kenapa gue harus minta maaf?" tanyanya.

Mata John melebar seketika. "Ya apalagi! Lo itu kayak manfaatin Valerie buat balas dendam ke Lucas tahu!"

"Bodo, enggak peduli gue. Baperan banget jadi cewek."

"Lo--"

"Udeh ah, jangan marah-marah, pusing gue dengernya," sela Vincent yang tahu John hendak memberikan nasihat. "Gue mau basket dulu deh, bay."

Vincent meraih saku celana panjang abu-abunya, mengambik dompet dan mengambil satu lembar uang 50.000 dan meletakkannya di meja untuk membayar makanannya sendiri dan mentraktir John, setelahnya dia berdiri dan langsung berlari, tentu saja menuju ke lapangan.

John sendiei hanya bisa geleng-geleng kepala sembari menghela napasnya. Dia tidak tahu harus melakukan apa dengan temannya itu.

.

.

.

.

.

.

--To Be Continue--

Update lagi, boleh like dan komennya, boleh juga vote dan follow. Makasi yang udah lakuin itu. Seperti biasa ya, harap dimaklumi kalau lama update :), aku udah sibuk soalnya. Oh ya, kalian boleh share cerita ini ke teman-teman kalian juga ya hehe, biar aku makin semangat nulisnya.

Oke sampai sini aja, sampai jumpa di chapter selanjutnya, Dadah..

Terpopuler

Comments

Anawahyu Fajrin

Anawahyu Fajrin

aku suka banget sama jalan ceritanya,,feelnya dapet. makasih thor,,😍😍

2022-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!