"AGH!! SAKIT KAK!"
Teriakan Vincent menggelegar di rumah itu ketika tangan Liza menjewer telinganya keras. Dia tidak menyangka saat kembali dari rumah, Lisa sudah menunggunya dan bertanya dimana Valerie, setelah Vincent berkata, Valerie pulang sendiri, Kakaknya langsung menjewernya.
"Biarin! Ini salah lo! Lo itu gimana sih?! Lo masa biarin istri lo pulang sendirian?! Papa, Mama, orang tua Valerie udah percaya sama kita! Lo seharusnya enggak kayak gitu!" kesal Liza.
Saking kesalnya, dia memutar jewersnnya sampai teriakan Vincent semakin terdengar, barulah dia melepaskannya dengan wajah kesal. Vincent sendiri mengusap telinganya yang memerah, menatap Lisa dengan tatapan protes.
"Gue itu enggak anggap dia istri gue! Kenapa sih harus gue terus yang salah?! Papa, Mama, bahkan orang tua Valerie juga salah, memaksakan kehendak mereka!" Vincent menyerukan pendapatnya lagi.
"Apapun alasannya, lo tetap harus nganter Valerie."
"Kenapa?!"
"Kenapa?!" Liza melipat kedua tangan di dadanya, menatap Vincent dengan tatapan menyelidik. "Walau lo gak mau anggap dia istri lo, it's fine! Tapi bagaimanapun lo tetap harus punya tanggung jawab! Itu namanya cowok sejati! Ngerti lo?!"
Vincent hanya mematung mendengar ucapan Liza. Sampai akhirnya dia menghela napas, berpikir kalau apa yang dikatakan Kakaknya benar, dibandingkan harus berdebat lagi, dia memilih mengakui kesalahannya.
"Iya maaf Kak, gue salah," ucapnya.
Liza hanya menghela napas. "Gue gak tahu, kalau gue gak disini, bisa aja lo nyiksa Valerie kayak di FTV."
Mata Vincent melebar seketika, dia langsung menggeleng cepat. "Enggak ya Kak! Gimana mau nyiksa?! Itu anak aja galaknya kayak banteng baru keluar!"
Mendengarnya, Liza tertawa kecil. Entah kenapa, dia merasa beruntung karena Valerie galak dan bisa membela dirinya sendiri, jika Valerie adalah tipe gadis lembut, dia akan mudah disuruh atau dibully oleh Vincent.
"Hm baguslah kalau gitu."
"Kok bagus?!" protes Vincent, bahkan dia rasanya ingin mencekik Valerie ketika Valerie galak seperri itu.
"Biar lo gak bisa bully dia," jawab Liza santai.
"Enak aja! Gue--"
"Permisi."
Vincent dan Liza menoleh ketuka ada yang membuka pintu rumah mereka sembari mengucapkan 'Permisi'. Ternyata itu adalah Valerie, Liza langsung tersenyum lebar, merasa lega. Sedangkan Vincent, memutar bola matanya malas.
"Ya ampun Valerie! Kamu pulang juga! Gimana? Kamu oke kan?"
Valerie yang mendengar pertanyaan Liza mengangguk. "Iya Kak, oke kok."
"Syukur deh, maafin si Vincent ini ya, dia emang kurang ajar," cibir Liza.
"Ih Kak apaan--" Vincent yang baru ingin melayangkan protesnya, terdiam dan menunduk ketika Liza memberikan tatapan tajamnya.
"Iya, enggak papa, Kak," jawab Valerie sembari memaksakan senyumnya. "Kalau gitu, aku istirahat ya Kak, permisi."
"Iya-Iya, istirahat yang lama ya!"
Valerie hanya mengangguk. Kemudian dengan lesu beejalan ke kamarnya, dia sempat menatap Vincent tajam yang langsung dibalas juga oleh Vincent. Namun Valerie akhirnya berjalan melewatinya, dia merasa aneu sendiri dengan hubungan suami-istri yang sedang Vincent dan dirinya jalani sekarang ini.
Absurd.
***
"Ck! Masa gue kalah lagi sih sama dia John?!"
John hanya terkekeh mendengar protes yang dilayangkan oleh Vincent. Vincent sedang menceritakan dirinya yang kenarin kalah dengan Valerie dalam suit, jadi Valerie tetap ada di kamarnya, selain itu Vincent juga menceritakan kekesalannya kepada Kakaknya karena Kakaknya terus membela Valerie.
"Denger ye, cewek itu selalu benar. Lagian lo sih, gak mau nyerah banget sih."
"Enggaklah! Itu kan kamar gue! Kalau dia emang gue anggap istri gue dengan senang hati gue kasih kamar gue, itu kan karena terpaksa dang," ucap Vincent dengan wajah malasnya.
John hanya geleng-geleng kepala, dia tidak bisa ikut campur dalam hal ini dan hanya bisa menasihati Vincent. "Lo mending baik-baik sama Valerie."
"Gak!" Dan Vincent selaku menjawabnya ketus sehingga John tidak bisa melakukan.
Sampai akhirnya dia memandang ke arah pintu dan matanya melebar menemukan kekasihnya sedang bersama pria lain. Mata John tidak lepas darisana, memang Jane tidak hanya bersama pria itu, juga ada Valerie disampingnya, tapi Jane terus mengobrol dengan pria itu.
John menjadi kesal sendiri.
Ketika John mendadak diam, otomatis Vincent heran, menoleh ke arah John, namun dia terkejut melihat John memandang sesuatu dfengan penuh perhatian. Dia mengikuti arah pandang John dan seketiks mengerti kenapa.
Vincent terkekeh. "Cemburu ya?" tebaknya, tepat sasaran.
"Berisuk, diem deh," ucap John tanpa mengalihkan pandangannya.
"Udah, itu cuman pacar lo bukan istri, jangan posesif banget napa?" ucap Vincent setengah bercanda.
"Tunggu aja sampai lo suka sama Valerie, nyesek banget liat dia sama cowok lain," ucap John yang agak kesal karena ucapan Vincent.
"Enggak akan."
John tidak memedulikannya lagi, sampai akhirnya dia melihat pria itu sudah pergi dan Jane berjalan menuju ke kursinya, John langsung berdiri dan menghampiri pacarnya yang baru saja duduk.
"Jane." John memanggil dengan nada datatmya, kedua tangannya dimasukkan ke kantong.
"Iya kenapa?" tanya Jane sembari melepas jaketnya, dia masih belum menyadari perubahan wajah John kepadanya.
"Siapa cowok tadi?" tanya John dengan nada tak suka.
Mendengarnya, Jane langsung menoleh dan tersenyum menemukan wajah John yang tampak sebal. Valerie yang biasa menjadi nyamuk, akhirnya memilih minggir ketika Jane bergeser, duduk di kursinya dan John duduk di tempat Jane. Valerie akhirnya hanya menatap keduanya.
"Itu Lucas, anak IPA."
"Lucas? Kapten basket yang terkenal itu?"
"Iya."
"Ngapaun kamu sama dia? Ngobrolin apaan?"
"Ih, posesif banget." Jane terkekeh melihat wajah John yang masih datar, kemudian dia mencubit kedua pipi John menggoyangkan secara bergantian. "Udah, jangan cemburu gitu, aku sama dia gak ada apa-apa. Dia sebenarnya kan mau samperin Valerie, ya aku ajak ngobrol."
"Valerie?" Alis John terangkat sebelah.
"Hm, terus karena mereka berdua diam pas Lucas anterin ke kelas, ya udah aku ajak ngibrol, terus ya gitu deh," ucap Jane. Jane memang mudah bersosialisasi, berbeda dengan Valerie yang pasif.
"Lain kali gak usah," ucap John yang masih sebal.
"Memangnya kenapa?" Jane justru menjadi semakin gencar untuk mengisengi John. Senang sekali rasanya.
"Emangnya kenapa lagi?" Mendengar nada John yang tidak bersahabat, Jane tertawa.
Dia kemudian memegang tangan John. "Udah gak usah cemburu, hatiku cuman buat kamu kok, serius deh," ucap Jane membuat John menoleh ke arahnya.
John sempat ragu, namun melihat Jane yang tersenyum berusaha menyakinkan akhirnya John menghela napasnya, dia kemudian mengangguk dan keduanya kembali seperti biasa. Sampai akhirnya John memandang Valerie yang bermain ponsel di kursi salah satu siswa yang belum datang,
"Val, elo deket sama Lucas?" tanya John. Dia tampak sesekali melirik ke arah Vincent yang asyik bermain game.
"Enggak," jawab Valerie tanpa menoleh.
"Tapi kayaknya Lucas suka sama lo," ucap John sembari tersenyum,menggoda Vlerie yang memutar bola mata, memilih mengabaikan John.
John kemudian berdehem, memandang Vincent yang asyik bermain game, kemudian dia mendekat ke Vincent dan mengucapkan dengan suara pelan.
"Lo gak cemburu, bini lo deket sama Lucas?"
Mendengarnya Vincent sempat menaikkan kepalanya sebentar, kebetulan gamenya sudah berakhir. Dia memandang Valerie yang bermain ponsel tak peduli, kemudian kembali memandang John dan Jane yang menunggu jawabannya, dia menaikkan kedua bahunya acuh.
"Enggak, terserah dia aje mau deket sama siapa. Bagus malah, kan ada kesempatan cerai," jawabnya enteng, kemudian kembali bermain game di ponselnya.
John dan Jane menghela napas melihatnya. John geleng-geleng kepala. "Dasar, moga ga nyesel lo suatu hari, nanti cemburu sampai die lo!" ucap John ketika Vincent tidak peduli sama sekali.
"Gak akan."
.
.
.
.
.
--To Be Continue--
Boleh like, komen ya, vote dan follow juga boleh. Oh ya, ini enggak ada jadwal updatenya ya, jadi ya kayak sesuai sama diriku aja bisa kapan, hehe. Oke sampai jumpa di chapter selanjutnya, Dadah..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
skxrain
karma is real loh Vincent
2021-05-03
1