Pagi harinya Sam menepati janji untuk mengantar Riyu pulang, rasanya sangat canggung duduk bersama pria asing di jok belakang. Ingatannya kembali ke kejadian semalam, untung saja sampai detik ini Riyu masih bisa mempertahankan diri.
"Siapa namamu?" tanya Sam secara tiba-tiba.
"Riyu"
"Oh, kalau begitu... "
"Tunggu... " Riyu menghentikan ucapan Sam. "Tolong jangan beri tau namamu"
Sam tidak mengerti apa yang sedang di pikiran gadis itu, Sam menarik tangan Riyu hingga masuk ke dalam pelukannya.
"Kenapa kamu tidak mau tau namaku?"
Wajah mereka sangat dekat, Riyu gugup tidak berani menatapnya. "Tidak apa-apa, tapi aku mohon lepaskan aku! Aku sudah memiliki calon suami, jadi tolong jaga sikapmu!" Riyu melepaskan diri dari pelukan, Sam hanya terdiam mendengar ucapan Riyu barusan.
"Pak, tolong berhenti di depan gang itu" ucap Riyu sembari menunjuk ke sebuah jalan perkampungan.
"Emm, aku berterimakasih karena sudah banyak menolongku. Permisi" ucap Riyu hendak turun dari mobil. Seketika Sam kembali menarik Riyu, dengan cepat melumatnya kembali. Seno yang berada di jok depan, mengalihkan perhatiannya seakan tidak melihat adegan apapun.
"Anggap saja ini sebagai imbalannya" ucap Sam setelah berhenti, Riyu bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju jalan pedesaan, menyembunyikan wajahnya yang merona.
"Seno, aku memiliki permainan yang menarik, kita akan menemukannya lagi" ucap Sam memandangi Riyu dari balik kaca mobilnya.
"Bos dia sudah memiliki calon suami" ucap Seno dengan nada yang meledek.
"Kita lihat saja nanti. Ayo jalan"
Seno langsung melajukan mobilnya.
_____________
**Keluarga Mahesa***
Pagi itu tuan Mahesa sedang sarapan dengan istrinya, sambil menikmati sarapan di kursinya masing-masing mereka berbincang-bincang.
"Bukankah Sam seharusnya sudah pulang tadi malam? Kemana dia?" Tanya Tuan Mahesa sambil memotong rotinya.
"Entahlah, anak itu memang susah di atur sejak dulu. Paling dia mampir ke bar"
"Bar? Sam tidak sama dengan Noval!" sahut pak Mahesa menatap istrinya. "Aku merasa bersalah karena telah mengabaikan Sam selama ini, tapi aku bangga saat mendengar bahwa dia telah menyelesaikan kuliahnya dengan nilai yang sangat bagus. Aku harap Sam bisa di andalkan" ucap Mahesa lagi.
Mendengar ucapan itu nyonya Mahesa berhenti memotong rotinya. "Apa maksudmu? Apa Noval tidak bisa di andalkan? Selama ini juga dia cukup bagus membantumu di perusahaan"
"Ya cukup membantu, tapi sampai detik ini dia belum bisa memberikan bukti untuk kemajuan perusahaan. Justru pendapatan perusahaan masih jalan di tempat, dengan keuntungan yang hanya naik beberapa persen saja" Nita terdiam mendengar ucapan Mahesa.
Di tengah perdebatan itu Sam datang, tanpa menyapa Sam langsung menaiki tangga menuju kamarnya.
"Sam? Kamu tidak menyapa Papa dan Mamamu?" ucap tuan Mahesa mendekati Sam.
"Oh ternyata kau masih mengenaliku?" Sam berbalik menatap dingin tuan Mahesa.
"Sam jangan keterlaluan!" Nyonya Mahesa mendekati Sam sambil menyedakapkan tangannya.
Sama sekali Sam tidak melihat bahkan melirik ke nyonya Mahesa, dia berbalik menuju tangga pergi ke kamarnya.
"Nanti malam setelah Papa pulang dari kantor datanglah ke ruangan Papa, ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu"
Mendengar ucapan papanya Sam berhenti sejenak lalu menjawab "Baiklah" tanpa menoleh lalu ia kembali menaiki tangga.
"Dasar tidak punya sopan santun!" nyonya Mahesa geram dengan kelakuan Sam. Selama ini tidak ada yang berani mengabaikannya, banyak orang yang tunduk dan hormat dengan apa yang dia katakan tanpa membantah. Pagi itu, Sam benar-benar membuatnya merasa kesal.
*****
Di sisi lain Riyu sampai di rumah budenya, Siti menyambutnya ramah. Tapi Riyu sudah paham dengan watak budenya itu, selalu bersikap baik jika ada maunya saja.
"Riyu hehe, gimana? keluarga Mahesa baik kan sama kamu?" Tanya Siti dengan nada yang ramah, matanya melirik ke leher Riyu yang ada bekas merah.
"Waahhh, anak muda jaman sekarang memang enggak sabaran hehehe"
Riyu terkejut mendengar ucapan Siti, "Apaa maksud bude?" bisik batin Riyu.
"Maksud Bude?" tanya Riyu ingin memperjelas kata-kata Siti barusan.
"Udah lah Riyu. Bude ga keberatan kok lagian, kalian kan sebentar lagi mau menikah, ga salah kok."
"Kami memang akan menikah bude, tapi kami tidak melakukan apapun. Semalam mas Noval... "
"Halah sudahlah Riyu, tanda merah di leher mu itu sebagai bukti!"
Riyu tersentak langsung menutupi lehernya dengan tangan.
"Haha sudahlah bude mau berangkat kerja dulu, ingat bude pulang nanti sudah harus ada makanan!" Ucap Siti lalu beranjak pergi
Setelah Siti pergi Riyu langsung berlari ke kamarnya dan bercermin, ia melihat ada bekas merah yang sangat jelas di lehernya.
"Laki-laki itu keterlaluan! gara-gara perbuatannya bude jadi salah paham padaku, sekarang bagaimana aku harus menutupi tanda merah ini" (Menggerutu)
Riyu mengambil shal dan jaket, dia pergi ke pasar untuk berbelanja bahan makanan yang akan dia masak nanti. Namun sebelum berbelanja ke pasar, Riyu terlebih dahulu mampir ke makam ayah dan ibunya.
"Ayah, Ibu, Riyu kangen banget. Riyu bingung, takut, dengan kejadian semalam. Tapi Riyu bersyukur masih bisa lolos dari cengkeraman laki-laki buaya itu, dan Riyu berharap semoga tidak ketemu orang itu lagi. Tapi ayah, ibu, di sisi lain juga Riyu bimbang. Seperti apa calon suamiku? Sekalipun aku belum pernah melihat wajahnya. Apa dia baik? Bu, Riyu takut." kegusaran Riyu tercurah di makam itu, meskipun mencoba untuk tegar tapi Riyu tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
Tluuuut.... ponsel Siti berdering...
"Halo nyonya, kok tumben pagi-pagi sudah telpon. Ada apa ya?" jawab Siti.
Nyonya Mahesa: "Siti, Semalam Riyu menunggu lama di sini, tapi Noval tidak bisa datang karena benar-benar sibuk. Apa dia sudah di rumah?"
Siti: Su... Sudah nyonya" jawab Siti bingung.
Nyonya Mahesa: Ya sudah, nanti kita bicara lagi"
Telepon itu terputus, "Jadi, jika semalam Riyu tidak menginap di sana lalu, Bagaimana dengan tanda merah di leher Riyu!" gumam Siti dalam hati.
**Malam harinya....
Keluarga Mahesa sedang makan malam bersama, setelah sekian lama akhirnya keluarga itu terlihat komplit, namun rasa canggung tetap saja masih terasa menyelimuti suasana mereka.
"Akhirnya adikku sudah kembali dari luar negeri" ucap Noval membuka perbincangan sambil menyeringai sinis.
"Tentu saja, sudah terlalu lama aku membiarkan benalu tumbuh di keluarga Mahesa" jawab Sam dengan tatapan tajam.
"Apa maksudmu!" nyonya Mahesa tersinggung dengan jawaban Sam. Sam hanya menatapnya sambil tersenyum hambar.
"Sudah sudah! ini hari pertama kita berkumpul, jadi jangan ada keributan. Sam setelah ini ke ruangan Papa" tuan Mahesa beranjak dari tempat duduknya, di susul kemudian Sam mengiringi dari belakang.
"Kamu lihat kan kelakuan adikmu Noval! dia begitu angkuh"
"Hemh, sepertinya kita harus mengubah rencana ma. Jangan sampai kekayaan keluarga Mahesa jatuh di tangannya"
"Itu yang harus kita pikirkan lagi, apa lagi sekarang papamu sudah mulai memujinya, dan sekarang mereka berbicara secara pribadi. Pasti mereka sedang merencanakan sesuatu"
"Aku juga bagian dari keluarga Mahesa ma, apa yang mama khawatirkan!"
"Dasar bodoh! Kamu lahir saat mama belum menikah dengan Mahesa, Noval! Bagaimanapun memang Sam yang berhak, tapi aku tidak mau itu terjadi. Aku sudah berperang sejauh ini dan aku tidak ingin semuanya gagal"
Noval terdiam, baru kali ini ia melihat mamanya begitu khawatir. Namun demikian mereka harus siap menghadapi anak bungsu dari keluarga Mahesa, Nyonya Mahesa memang sudah mendengar cukup banyak tentang prestasi Sam di dapatkan saat kuliah. Tak di ragukan lagi Mahesa pasti akan semakin membanggakan Sam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Mariana Frutty
✖️
2022-08-31
0
Ully Mamana Rifa
riyu sama dan aja sudah,, cocok kayaknya.
2021-06-10
0
Lilik Kuluwazu Psazum
dimana2 ibu tiri ya begitu ....serakah...!!! meski tidak semua....😣😣😣
2021-03-22
0