TERJERAT IKATAN PERNIKAHAN
Happy Reading!
---
Drrttt..
Drrttt..
Suara dering telpon masuk membuyarkan konsentrasi pria berusia sekitar dua puluh tujuh tahun yang sedang menyetir. Pria tersebut langsung segera mencari alat untuk menyambungkan telponnya yang sering di pakai ke telinga. Namun, berulang kali ia meraba ke tempat biasa dia simpan, benda tersebut tidak di temukan juga. Akhirnya pria tersebut memilih untuk langsung mengangkat telpon barusan, dan menempelkan benda pipih itu ke dekat telinganya.
"Halo.. ada apa, ma?"
"Apa? Okay, aku ke sana sekarang!" pria tersebut terkejut ketika mendengar apa yang baru saja di sampaikan oleh sang penelpon, wajahnya seketika berubah panik.
Pria itu memasukkan kembali benda pipih tersebut ke dalam saku jasnya. Ia menambah kecepatan laju mobilnya dua kali lipat dari sebelumnya.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba dia menginjak pedal remnya ketika ia melihat ada seorang wanita sedang menyebrang, dan nyaris dia tabrak.
Ia mengatur deru napasnya yang tersengal-sengal, melihat wanita yang barusan hampir dia tabrak itu nampak ketakutan. Ia segera turun dari mobilnya dan menghampiri wanita tersebut.
"Kamu tidak apa-apa?" wanita itu membuka kedua buah tangan yang menutupi wajahnya.
"Ti-tidak. Aku tidak apa-apa!" jawab wanita berusia sekitar dua puluh empat tahun itu dengan menggelengkan kepalanya kuat
Pria itu merogoh saku jasnya, kemudian memberikan sebuah kartu pada wanita yang belum di ketahui namanya itu.
"Ini kartu nama saya, kalau kamu merasa ada yang terluka bisa hubungi saya nanti. Saya harus pergi!"
Wanita itu menerima sebuah kartu nama yang baru saja di berikan oleh pria yang nyaris menabraknya. Ia menatap belakang body mobil yang sudah melaju dan menghilang dari pandangannya.
Wanita itu membaca kartu nama barusan, di sana tertulis nama pria tersebut.
"Alan Permadi?" wanita itu mengerutkan keningnya dalam.
Kemudian ia bergegas melangkahkan kaki dari tempat berdirinya saat ini.
***
Di sebuah ruang rawat inap rumah sakit, terbaring sosok pria parubaya yang di temani oleh istrinya. Dia tak henti-hentinya menangisi suaminya yang sedang sakit, karena Dokter sudah memvonis masa hidupnya tidak akan lama lagi.
"Ma, Alan mana? Kenapa dia belum datang juga?" tanya Faris Permadi, pria yang terbaring di ranjang pasien tersebut. Suaranya terdengar samar, dan napas yang berat.
"Tunggu sebentar, pa! Alan pasti akan segera datang," Ressa, istri dari Faris menyeka air mata yang menderas di pipinya.
Tidak lama kemudian, seseorang masuk ke ruang kamar itu dengan langkah yang tergesa-gesa. Seseorang itu adalah Alan.
"Ma, papa kenapa?" Alan terlihat begitu khawatir, sebelumnya yang dia tahu papanya ini baik-baik saja.
"Papa ini sebenarnya memiliki penyakit serius cukup lama, dan Dokter bilang kalau papa sebentar lagi akan pergi meninggalkan kita untuk selamanya, Al.." Ressa menangis tersedu-sedu di pelukan putranya.
"Ma, mama jangan bicara seperti itu! Kita berdo'a saja kalau papa pasti akan sembuh. Cepat sembuh ya, pa!" Alan tidak terlalu terkejut mendengar papanya memiliki penyakit serius, karena dia sering menemukan obat di kamar papanya, namun dia tidak tahu itu obat apa, dan rupanya itu adalah obat yang di konsumsi oleh papanya.
"Alan.." Faris meraih tangan putranya dengan gemetar.
"Papa minta sama kamu, tolong jaga mama kamu baik-baik, ya! Tolong jangan beri tahu adik kamu sebelum dia kembali kalau terjadi sesuatu sama papa! Papa tidak mau kalau dia sampai tidak fokus melanjutkan pendidikannya. Ya?!"
"Tapi Disa berhak tahu kondisi papa!" ujar Alan menegaskan. Disa adalah adik dari Alan.
"Papa tidak mau kalau dia sedih, Al.. Jagain dia juga, kamu harus bisa menjaga keluarga seperti papa menjaga kalian. Kamu bisa, kan?" napas Faris terlihat semakin berat, mungkin dia merasakan sesak yang begitu hebat.
"Pa, papa kenapa, pa? Papa bertahan, ya!"
"Al, kamu panggil Dokter sekarang! Cepat, Al!" wajah Ressa semakin khawatir, bagaimana kalau suaminya benar-benar akan pergi meninggalkan untuk selamanya.
"Iya, ma," Alan bergegas keluar dari ruangan, tidak lama dia kembali bersama Dokter dan dua orang suster.
"Maaf, bu. Ibu dan masnya bisa keluar sebentar, Dokter akan memeriksa pasien," pinta suster.
Ressa menggeleng keras, ia membantah dan ingin tetap menemani suaminya di dalam. Namun Alan segera menenangkan mamanya dan membawanya keluar.
Sepuluh menitu berlalu, akhirnya Dokter keluar dari ruang kamar pasien. Ressa dan Alan yang barusan duduk di deretan kursi besi segera bangkit dari duduknya.
"Dokter, suami saya bagaimana? Apakah dia dapat di sembuhkan?" Ressa bertanya dengan tidak sabar menunggu jawaban Dokter.
Di lihat dari raut wajah Dokternya, sepertinya Dokter itu tidak tega untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Ia hanya bisa menggelengkan kepala, yang bisa Ressa dan Alan dapat artikan maksudnya.
Ressa menerobos masuk ke dalam ruangan, mendapati sekujur tubuh suaminya sedang di selimuti oleh suster. Ressa langsung berteriak tidak percaya, kalau suaminya benar-benar pergi meninggalkan dirinya dan keluarganya untuk selamanya.
"Papaaaa........" teriakan Ressa sampai terdengar ke seluruh penjuru dunia.
***
Beberapa bulan kemudian, seorang gadis baru saja datang dari luar negeri. Seorang asisten pribadi Alan berjalan di belakangnya, membawakan koper milik gadis tersebut.
"Mama.. Aku pulang... Mama... Papa.. Aku pulang.." teriaknya di ruang tamu rumahnya.
Tidak lama kemudian, Ressa keluar dari kamarnya. Semburat kebahagiaan terlihat di wajah Ressa ketika melihat putrinya sudah pulang ke tiba di Tanah Air.
"Disa, sayang..." Ressa segera merangkul tubuh mungil putrinya, begitupun dengan Disa yang semakin mengeratkan pelukan mamanya untuk melepas rindu.
"Mama, aku kangen banget sama mama.." ujar gadis itu.
"Mama juga kangen banget sama kamu, sayang," Ressa tak kalah rindunya dengan Disa.
"Ma, papa mana? Aku juga mau peluk papa, aku kangen juga sama papa," Disa tak sabar untuk melepaskan rindu dengan papanya, namun tiba-tiba saja pertanyaan Disa membuat Ressa sedih kembali.
"Ma, mama kenapa? Kok, mama nangis? Ada apa, ma? Ceritain sama aku mama kenapa?" Disa menatap mamanya bingung, menatap kedua bola matanya mamanya secara bergantian. Kenapa mamanya tiba-tiba sedih ketika ia menanyakan keberadaan papanya. Kenapa mamanya bisa sesedih seperti sekarang ini. Apa telah terjadi sesuatu selama dia berada di luar negeri? Ada apa dengan papanya?
"Ma, mama kenapa diam saja? Papa mana, ma?" Disa mengulang pertanyaannya.
Ressa berusaha mengatur napasnya, ia berusaha untuk tetap tenang di hadapan putrinya. Ia tidak mau kalau Disa sampai hancur jika mendengar kenyataan yang sebenarnya.
"Disa. Papa.." Ressa menggantungkan kalimatnya, rasanya ia tidak sanggup untuk mengatakan semua ini.
----
Hai. Selamat tahun baru 2021.
Ini adalah karya baru saya yang ke tiga. Semoga selalu menghibur kalian semua, ya! Mohon dukungannya, dengan cara like, vote, dan kalian bisa komen di kolom komentar.
Jangan lupa untuk tambahkan ke favorit, ya! Okay?!
Follow ig: @wind.rahma
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
mampir aaah Thor 🤗
salam kenal 😊
2022-03-01
0
Nelly..
nemu ini mampir ya kak.. tapi baru nyimak..😁
2021-11-03
1
YORNK
lanjut Thor
2021-03-05
1