GEDUNG TUA

GEDUNG TUA

HANS

Kisah ini bermula dari seorang seorang pelajar yang bernama Hans yang gemar berpetualang, mempunyai kelebihan dengan bisa berbicara dan melihat makhluk halus dan sehingga bisa berkomunikasi dengan mereka.Walaupun alam lain hanya dapat berbicara dan mengerti bahasa makhluk lain ketika mereka menginginkannya saja.

Kelebihan yang ia dapatkan bukan secara instan tapi merupakan keturunan dari sang ayah yang juga dapat berbicara dan melihat makhluk kasat mata ketika mereka menginginkannya saja.

Febri  dan Andika adalah sabahat Hans yang mempunyai hoby sama berpetualang. Mereka adalah teman main Hans sejak kecil. Mereka terbiasa melakukan pekerjaan bersama dan saling menolong ketika ada teman yang lain membutuhkannya.

****

Hans sedang duduk di teras  memikirkan ayah dan ibunya yang sedang pergi keluar kota belum juga datang.Padahal hari sudah beranjak sore.

"Ibu ayah kenapa belum pulang.Kata Hans dalam hati."

Hans memang tidak mempunyai saudara kandung,dia anak tunggal.Tapi dia punya dua orang sahabat Andika dan Febri, sehingga tidak merasa kesepian. Mereka bersama-sama menempuh sekolah di SMA, tapi berbeda.

Hans yang ekonominya kurang mampu sehingga tidak bisa melanjutkan sekolah favorit bersama kedua temannya.Tapi tidak merubah rasa persahabatan mereka. Dan hari ini mereka bersama-sama menemani Hans di rumah menunggu orang tuanya datang.

"Hai brow, kenapa melamun ?Awas kesambet kamu ya!" ucap Febri yang datang bersama Andika.

"Ayah dan ibuku belum pulang, aku takut terjadi apa-apa di jalan, tidak biasanya mereka seperti ini." Ucap Hans.

"Sabar tenanglah mungkin mampir kemana dulu, kita temani sampai ayah dan ibumu datang." Kata Andika menghibur.

"Iya, em ... bagaimana sekolah kalian di sana lebih enak tentunya ya?” kata Hans

“Biasa saja kog dimana- sekolah sama saja." Andika menghibur Hans supaya sahabatnya itu tidak berkecil hati ketika mereka tidak sekolah ditempat yang sama.

“Eh, ngomong–ngomong kenapa tidak kamu telpon saja Hans?”

“Sudah tapi telponnya mati makanya aku khawatir. Jangan -jangan ada apa-apa di jalan.“ kata Hans cemas dengan raut muka masam.

“Sabar Hans semoga tidak ada apa-apa. Oh ya, sudah hampir magrib, kita sholat dulu!” kata Andika. Mereka masuk ke dalam rumah Hans dan mengambil air wudhu.

Mereka memang sudah terbiasa saling mengunjungi. Setelah berjamaah bareng mereka menuju ke dapur karena lapar. Karena di dapur hanya ada mie instan, maka itulah yang dimasak untuk mengganjal perut mereka sudah terbiasa dengan hal itu.

Selesai makan  mereka mendengar deru sepeda motor dari halaman depan. Saling memandang satu sama lain dengan pikiran yang sama.

“Itu sepertinya orang tuamu Hans?” kata Andika.

“Iya mungkin saja.” Kata Hans mengajak kedua temannya ke ruang tamu. Bersamaan dengan itu kedua orang tua Hans masuk rumah.

“Eh, ada nak Andika dan Febri sudah lama nak?” kata ayah Hans mengulurkan tangan kepada teman-teman Hans yang mendekat. Mereka mencium tangan ayah dan ibu Hans bergantian.

“Sudah pak kita juga sudah makan tadi he ... he ...” kata Andika tersenyum.

“Tadi ban sepedanya bocor dan tambal bannya agak jauh.” kata ayah Hans menceritakan.

“Ayah dan ibu gak pa-pa kan?” tanya Hans melihat dengan seksama kedua orang tuanya Hans memang anak yang baik dan berbakti dan pintar tapi pendiam dan dingin. Kedua temannya yang selalu mencairkan suasana ketika ada sesuatu yang membutuhkan suasana tidak tegang.

“Alhamdulillah bapak dan ibu baik-baik saja, kita tadi sempat cemas ketika ponsel bapak tidak bisa dihubungi.” kata Andika

“Iya tadi ponselnya mati untung sudah dekat dengan rumah. Kita ke belakang dulu ya nak, lanjutkan ngobrol dengan Hans. Ayah dan ibu Hans pergi ke belakang, sementara mereka bertiga ngobrol di ruang tamu.

“Nanti setelah MOS kita bermain lagi ya ke lapangan, kita belum sempat ke gedung tua itu.” kata Andika.

“Memang kamu tahu siapa yang memiliki gedung tua itu?” kata Hans.

“Dulu kata pak Sarmin itu punya orang cina yang menghilang, jadi gedung itu tidak ada yang merawatnya.” jelas Andika

“Tapi kudengar dari mang Ujang gedung itu sering  terdengar suara aneh, hingga tidak ada yang berani mendekat apalagi masuk.

“Tapi kayak bagus lo ya bangunannya buat main sangat luas halamannya.” kata Andika bersemangat.

“Jadi setelah MOS kita bisa main ke sana ya?” kata Andika minta persetujuan kedua temannya.

“Gimana Hans kamu mau kan? takut ya ?“ Febri berucap mengejeknya bercanda. Mana mungkin Hans takut, yang ada Febri sendiri yang lari ketakutan melihat hantu he he ...

“Enggak siapa takut? ”kata Hans.

“Eh, sudah hampir isyak kita pulang dulu ya.” kata Andika

Mereka memanggil kedua orang tua Hans untuk pamitan pulang ,tapi keduanya tidak muncul. Hans khawatir kemudian ke belakang ke kamar orang tuanya .

Tok ... tok ...

“Assalamualaikum ayah, ibu ,Andika dan Febri mau pamitan yah, bu!” Hans berusaha membuka pintu ternyata tidak dikunci.

"Alhamdulillah ternyata mereka sudah tidur, membuatku cemas, kata Hans  dalam hati."

“Ayah dan ibu sudah tidur mungkin capek habis dorong motor he he ... sebaiknya gak usah pamit.” kata Hans kepada teman-temannya.

Kedua teman Hans pun berpamitan, rumah mereka berdekatan di ujung jalan raya. Sementara Hans yang ditinggal menutup pintu rumahnya, karena memang suasana yang mendung gerimis membuat orang-orang malas untuk keluar rumah.

Masuk kamar dan sholat isya kemudian membangunkan kedua orang tuanya untuk sholat.“ Ayah, ibu, bangun dulu sholat isyak yah,bu!” kata Hans.

Kedua orang tuanya menggeliat bangun kelihatan lelah.

“Iya nak, terima kasih sudah membangunkan kami.” kata ayah beranjak ke kamar mandi.

“Yah aku buatkan mie instan ya pasti kalian belum makan?” kata Hans.

“Iya nak, ayah dan ibu mie goreng pakai telur ya ! terima kasih kamu memang anak sholeh.” Sembari mengelus kepala anaknya ayah dan ibu lanjut berjamaah sholat isyak.

Setelah selesai sholat kedua orang tuanya makan di dapur. Hans sangat bahagia dan bersyukur walaupun hidup sederhana tapi mereka selalu rukun melihat orang tuanya.Tidak seperti sahabatnya, Andika yang kaya tapi yang kedua orang tuanya bercerai.

“Ayah dan ibu sangat capek ya?Biar Hans nanti yang bereskan ayah dan ibu istirahat saja.” kata Hans beranjak membereskan dapur.

Walaupun anak tunggal Hans terbiasa  mandiri ayah dan ibunya bekerja jualan di pasar. Dia sering sendiri di rumah, maka teman-temannya selalu menemaninya.Tetapi dia tak pernah menuntut kedua orang tuanya, karena sadar mereka butuh makan untuk sehari-harinya. Hans masuk kamar dan mulai memejamkan mata karena besuk sudah mulai kegiatan MOS tingkat SMA nya.

****

Pagi hari

Hans sudah bersiap untuk berangkat sekolah ,ketika melihat kedua orang tuanya juga bersiap untuk berangkat ke pasar.“ Nak, apa sudah tidak ada yang ketinggalan?" kata ibu Hans

“Insyaallah sudah semua bu, Hans nanti pulang agak sore karena jadwalnya molor bisa katanya,” ucap Hans

“Iya nak hati - hati belajar yang baik ya kamu anak pintar, semoga bisa membanggakan kami,” Kata ayahnya.

Hans mengeluarkan sepeda ontelnya, karena memang hanya satu sepeda motornya dipakai kerja orang tuanya. Lagi pula jaraknya dekat dengan rumah hanya 3 kilometer.

Ditengah jalan berpapasan dengan teman-temannya dengan sekolah yang sama. Hans memang anak pendiam kalau belum mengenalnya, hingga terkesan angkuh dan sombong buat teman yang baru mengenalnya.

“Hans, ayo parkir sini!“ kata Andi teman SMP nya dulu.

“Iya kamu sudah tahu jadwal  Mos kita hari ini ? Kita di ruang  G aula sekolah,” kata Hans.

“Iya ayo kita ke sana! aku juga belum tahu tempatnya, kita sama-sama cari ya!" Kata Andi.

Mereka bersama-sama mencari ruang Aula dengan petunjuk peta sekolah. Belum banyak  yang datang ,sehingga kursi  bisa memilih. Mereka duduk di deretan bangku ke dua. Mereka dengan seksama menerima arahan dari sekolah tentang kegiatan MOS yang akan dilakukan selama 3 hari kedepan. Mencatat jadwal dan seragam yang harus digunakan pada hari tersebut.

Acara berjalan lancar dan waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore lebih molor dari jadwal satu jam. Mereka duduk sebentar istirahat sambil minum air yang jadi bekalnya.

Mereka pulang dan berpisah tepat di perempatan gedung tua yang diceritakan Andika kemarin. Sedikit merinding bulu kuduknya mengingat gedung itu  terlihat seram dari luar.

“Aku duluan ya !” kata Andi

“Oke.” Hans mengangguk.

Hans mengayuh sepeda agak kencang menuju  ke rumahnya. Berdebar-debar membayangkan seramnya Gedung itu. Sampai di rumah menyenderkan sepedanya di gudang yang juga dipakai sebagai ruang parkir selama ini.Ternyata orang tuanya sudah sampai rumah sedang istirahat.

****

**Terimakasih kakak kritik sarannya kakak sangat author harapkan 💖

ditunggu like nya 💖💖🌸🌸🌸🌸

😄😄😄😄📖✒**

Terpopuler

Comments

Indah Nihayati

Indah Nihayati

aku mampir thor semangar

2022-03-05

1

Nur kholimah

Nur kholimah

Q baru mampir thor....

2021-12-28

1

Li Permana

Li Permana

Semangat thor! like 3 bab

2021-10-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!