Kisah ini bermula dari seorang seorang pelajar yang bernama Hans yang gemar berpetualang, mempunyai kelebihan dengan bisa berbicara dan melihat makhluk halus dan sehingga bisa berkomunikasi dengan mereka.Walaupun alam lain hanya dapat berbicara dan mengerti bahasa makhluk lain ketika mereka menginginkannya saja.
Kelebihan yang ia dapatkan bukan secara instan tapi merupakan keturunan dari sang ayah yang juga dapat berbicara dan melihat makhluk kasat mata ketika mereka menginginkannya saja.
Febri dan Andika adalah sabahat Hans yang mempunyai hoby sama berpetualang. Mereka adalah teman main Hans sejak kecil. Mereka terbiasa melakukan pekerjaan bersama dan saling menolong ketika ada teman yang lain membutuhkannya.
****
Hans sedang duduk di teras memikirkan ayah dan ibunya yang sedang pergi keluar kota belum juga datang.Padahal hari sudah beranjak sore.
"Ibu ayah kenapa belum pulang.Kata Hans dalam hati."
Hans memang tidak mempunyai saudara kandung,dia anak tunggal.Tapi dia punya dua orang sahabat Andika dan Febri, sehingga tidak merasa kesepian. Mereka bersama-sama menempuh sekolah di SMA, tapi berbeda.
Hans yang ekonominya kurang mampu sehingga tidak bisa melanjutkan sekolah favorit bersama kedua temannya.Tapi tidak merubah rasa persahabatan mereka. Dan hari ini mereka bersama-sama menemani Hans di rumah menunggu orang tuanya datang.
"Hai brow, kenapa melamun ?Awas kesambet kamu ya!" ucap Febri yang datang bersama Andika.
"Ayah dan ibuku belum pulang, aku takut terjadi apa-apa di jalan, tidak biasanya mereka seperti ini." Ucap Hans.
"Sabar tenanglah mungkin mampir kemana dulu, kita temani sampai ayah dan ibumu datang." Kata Andika menghibur.
"Iya, em ... bagaimana sekolah kalian di sana lebih enak tentunya ya?” kata Hans
“Biasa saja kog dimana- sekolah sama saja." Andika menghibur Hans supaya sahabatnya itu tidak berkecil hati ketika mereka tidak sekolah ditempat yang sama.
“Eh, ngomong–ngomong kenapa tidak kamu telpon saja Hans?”
“Sudah tapi telponnya mati makanya aku khawatir. Jangan -jangan ada apa-apa di jalan.“ kata Hans cemas dengan raut muka masam.
“Sabar Hans semoga tidak ada apa-apa. Oh ya, sudah hampir magrib, kita sholat dulu!” kata Andika. Mereka masuk ke dalam rumah Hans dan mengambil air wudhu.
Mereka memang sudah terbiasa saling mengunjungi. Setelah berjamaah bareng mereka menuju ke dapur karena lapar. Karena di dapur hanya ada mie instan, maka itulah yang dimasak untuk mengganjal perut mereka sudah terbiasa dengan hal itu.
Selesai makan mereka mendengar deru sepeda motor dari halaman depan. Saling memandang satu sama lain dengan pikiran yang sama.
“Itu sepertinya orang tuamu Hans?” kata Andika.
“Iya mungkin saja.” Kata Hans mengajak kedua temannya ke ruang tamu. Bersamaan dengan itu kedua orang tua Hans masuk rumah.
“Eh, ada nak Andika dan Febri sudah lama nak?” kata ayah Hans mengulurkan tangan kepada teman-teman Hans yang mendekat. Mereka mencium tangan ayah dan ibu Hans bergantian.
“Sudah pak kita juga sudah makan tadi he ... he ...” kata Andika tersenyum.
“Tadi ban sepedanya bocor dan tambal bannya agak jauh.” kata ayah Hans menceritakan.
“Ayah dan ibu gak pa-pa kan?” tanya Hans melihat dengan seksama kedua orang tuanya Hans memang anak yang baik dan berbakti dan pintar tapi pendiam dan dingin. Kedua temannya yang selalu mencairkan suasana ketika ada sesuatu yang membutuhkan suasana tidak tegang.
“Alhamdulillah bapak dan ibu baik-baik saja, kita tadi sempat cemas ketika ponsel bapak tidak bisa dihubungi.” kata Andika
“Iya tadi ponselnya mati untung sudah dekat dengan rumah. Kita ke belakang dulu ya nak, lanjutkan ngobrol dengan Hans. Ayah dan ibu Hans pergi ke belakang, sementara mereka bertiga ngobrol di ruang tamu.
“Nanti setelah MOS kita bermain lagi ya ke lapangan, kita belum sempat ke gedung tua itu.” kata Andika.
“Memang kamu tahu siapa yang memiliki gedung tua itu?” kata Hans.
“Dulu kata pak Sarmin itu punya orang cina yang menghilang, jadi gedung itu tidak ada yang merawatnya.” jelas Andika
“Tapi kudengar dari mang Ujang gedung itu sering terdengar suara aneh, hingga tidak ada yang berani mendekat apalagi masuk.
“Tapi kayak bagus lo ya bangunannya buat main sangat luas halamannya.” kata Andika bersemangat.
“Jadi setelah MOS kita bisa main ke sana ya?” kata Andika minta persetujuan kedua temannya.
“Gimana Hans kamu mau kan? takut ya ?“ Febri berucap mengejeknya bercanda. Mana mungkin Hans takut, yang ada Febri sendiri yang lari ketakutan melihat hantu he he ...
“Enggak siapa takut? ”kata Hans.
“Eh, sudah hampir isyak kita pulang dulu ya.” kata Andika
Mereka memanggil kedua orang tua Hans untuk pamitan pulang ,tapi keduanya tidak muncul. Hans khawatir kemudian ke belakang ke kamar orang tuanya .
Tok ... tok ...
“Assalamualaikum ayah, ibu ,Andika dan Febri mau pamitan yah, bu!” Hans berusaha membuka pintu ternyata tidak dikunci.
"Alhamdulillah ternyata mereka sudah tidur, membuatku cemas, kata Hans dalam hati."
“Ayah dan ibu sudah tidur mungkin capek habis dorong motor he he ... sebaiknya gak usah pamit.” kata Hans kepada teman-temannya.
Kedua teman Hans pun berpamitan, rumah mereka berdekatan di ujung jalan raya. Sementara Hans yang ditinggal menutup pintu rumahnya, karena memang suasana yang mendung gerimis membuat orang-orang malas untuk keluar rumah.
Masuk kamar dan sholat isya kemudian membangunkan kedua orang tuanya untuk sholat.“ Ayah, ibu, bangun dulu sholat isyak yah,bu!” kata Hans.
Kedua orang tuanya menggeliat bangun kelihatan lelah.
“Iya nak, terima kasih sudah membangunkan kami.” kata ayah beranjak ke kamar mandi.
“Yah aku buatkan mie instan ya pasti kalian belum makan?” kata Hans.
“Iya nak, ayah dan ibu mie goreng pakai telur ya ! terima kasih kamu memang anak sholeh.” Sembari mengelus kepala anaknya ayah dan ibu lanjut berjamaah sholat isyak.
Setelah selesai sholat kedua orang tuanya makan di dapur. Hans sangat bahagia dan bersyukur walaupun hidup sederhana tapi mereka selalu rukun melihat orang tuanya.Tidak seperti sahabatnya, Andika yang kaya tapi yang kedua orang tuanya bercerai.
“Ayah dan ibu sangat capek ya?Biar Hans nanti yang bereskan ayah dan ibu istirahat saja.” kata Hans beranjak membereskan dapur.
Walaupun anak tunggal Hans terbiasa mandiri ayah dan ibunya bekerja jualan di pasar. Dia sering sendiri di rumah, maka teman-temannya selalu menemaninya.Tetapi dia tak pernah menuntut kedua orang tuanya, karena sadar mereka butuh makan untuk sehari-harinya. Hans masuk kamar dan mulai memejamkan mata karena besuk sudah mulai kegiatan MOS tingkat SMA nya.
****
Pagi hari
Hans sudah bersiap untuk berangkat sekolah ,ketika melihat kedua orang tuanya juga bersiap untuk berangkat ke pasar.“ Nak, apa sudah tidak ada yang ketinggalan?" kata ibu Hans
“Insyaallah sudah semua bu, Hans nanti pulang agak sore karena jadwalnya molor bisa katanya,” ucap Hans
“Iya nak hati - hati belajar yang baik ya kamu anak pintar, semoga bisa membanggakan kami,” Kata ayahnya.
Hans mengeluarkan sepeda ontelnya, karena memang hanya satu sepeda motornya dipakai kerja orang tuanya. Lagi pula jaraknya dekat dengan rumah hanya 3 kilometer.
Ditengah jalan berpapasan dengan teman-temannya dengan sekolah yang sama. Hans memang anak pendiam kalau belum mengenalnya, hingga terkesan angkuh dan sombong buat teman yang baru mengenalnya.
“Hans, ayo parkir sini!“ kata Andi teman SMP nya dulu.
“Iya kamu sudah tahu jadwal Mos kita hari ini ? Kita di ruang G aula sekolah,” kata Hans.
“Iya ayo kita ke sana! aku juga belum tahu tempatnya, kita sama-sama cari ya!" Kata Andi.
Mereka bersama-sama mencari ruang Aula dengan petunjuk peta sekolah. Belum banyak yang datang ,sehingga kursi bisa memilih. Mereka duduk di deretan bangku ke dua. Mereka dengan seksama menerima arahan dari sekolah tentang kegiatan MOS yang akan dilakukan selama 3 hari kedepan. Mencatat jadwal dan seragam yang harus digunakan pada hari tersebut.
Acara berjalan lancar dan waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore lebih molor dari jadwal satu jam. Mereka duduk sebentar istirahat sambil minum air yang jadi bekalnya.
Mereka pulang dan berpisah tepat di perempatan gedung tua yang diceritakan Andika kemarin. Sedikit merinding bulu kuduknya mengingat gedung itu terlihat seram dari luar.
“Aku duluan ya !” kata Andi
“Oke.” Hans mengangguk.
Hans mengayuh sepeda agak kencang menuju ke rumahnya. Berdebar-debar membayangkan seramnya Gedung itu. Sampai di rumah menyenderkan sepedanya di gudang yang juga dipakai sebagai ruang parkir selama ini.Ternyata orang tuanya sudah sampai rumah sedang istirahat.
****
**Terimakasih kakak kritik sarannya kakak sangat author harapkan 💖
ditunggu like nya 💖💖🌸🌸🌸🌸
😄😄😄😄📖✒**
Hans yang baru sampai rumah melihat ayah dan ibunya nya duduk di kursi depan kelihatan lelahnya.“Assalamu'alaikum “ucap Hans membuka pintu ruang tamu.
“Wa'alaikumsallam, sudah pulang nak?” kata ibu Hans. Menyiapkan makan untuk anak dan suaminya.
Hans mengangguk dan masuk ke dalam kamar untuk meletakkan tas dan berganti seragam sekolahnya kemudian pergi ke kamar mandi membersihkan diri untuk sholat ashar. Selesai sholat menghampiri ibunya di dapur.
“Ibu masak apa? kelihatannya enak ?” Hans tersenyum duduk di kursi makan dekat dapur.
“Kesukaanmu sayur sup sama tempe goreng “ucap ibunya dan beranjak memanggil suaminya untuk makan bersama.
“Wah, makan enak nih lama ibu tidak masak sup ya Hans?”ucap ayahnya tersenyum melihat istrinya.
“Iya yah, ini enak sekali ada jamurnya lagi he he ...” ucap Hans.
“Besuk setelah dari pasar ayah dan ibu mau belanja barang Hans, mungkin pulangnya malam, kamu bisa mengajak temanmu ke rumah kalau gak berani” kata ayah Hans.
“Ya yah, lihat saja besuk kalau gak hujan Hans berani di rumah sendiri, apalagi Hans belum banyak kegiatan sekolah”ucap Hans.
“Yah, besuk tolong belikan buku tulis dan alat tulis atau kalau ayah sibuk Hans beli sendiri saja nanti minta antar Andika dan Febri” Hans menaruh sendok di piring karena sudah selesai makan.
“Nanti ayah beri uang saja kamu beli sendiri takutnya gak sesuai dengan keinginanmu.Kamu kan sudah besar he he ... seleranya tentu berbeda dengan kami ”ucap ayah Hans.
“Besuk pagi ayah dan ibu diingatkan lagi ya uang bukunya ? Biasalah kita kan sering lupa nak hem ... ”sambung ibu Hans.
“Oh ya, tadi kog kamu masukin sepeda buru - buru ada apa ya ?Seperti dikejar hantu?” lanjut ayah setelah menyelesaikan makannya.
“Itu yah, tadi aku lewat depan gedung tua itu karena ada barengan pulang dari sekolah. Biasanya kan memutar agak jauh kog serem ya di lihat dari luar, padahal kelihatan bagus lo gedungnya” ucap Hans bercerita.
“Gak pa-pa ayah biasa lewat sana tidak masalah tuh, berpikir positif saja itu imun yang baik lo “ kata ayah.
“Iya yah, kita bertiga rencana mau main-main ke sana, halamannya luas kalau buat main bola”lanjut Hans.
“Ya mainnya siang saja jangan malam seperti kemaren, jadi aman” ucap ibu.
“He..he...iya bu maaf ya habis kalau malam gak panas “kata Frans.
“Tetap saja membuat ibu bingung cari kamu, apalagi HP mu kamu tinggal di rumah” lanjut ibu.
“Ya bu tidak Hans ulangi lagi sudah yah bu, Hans mau Wudhu dulu sudah magrib” ucap Hans berlalu dari dapur.
Ayah dan ibu Hans membereskan meja makan dan persiapan sholat magrib ,setelah itu mereka ngaji sampai waktu sholat isyak.
Hans masuk kamar dan membaringkan tubuhnya.Masih teringat ketika dia melewati gedung tua itu,seperti ada bayangan didalam rumah.
"Masa itu halusinasi ku ,seperti ada bayang-bayang lalu lalang dalam gedung itu. Sebaiknya aku telpon Andika, dia kan yang bersemangat ajak ke gedung itu kata Hans dalam hati."
Tut..tut..
📱“Assalamu'alaikum ada apa Hans” ucap Andika dari sebrang.
“Wa'alaikumsallam itu Dik, tadi aku lewat gedung itu kelihatannya ada bayangan dari dalam terlihat dari kacanya apa aku salah lihat ya?” ucap Hans.
📱“Mungkin saja mengingat gedung itu sudah lama tidak ada yang menempati, jadi penasaran aku Hans he he..”kata Andika
“Kamu ini kebiasaan Dik,selalu ingin tahu jadi ya setelah MOS kita main di sana biar ramai” kata Hans.
📱“Ya iya lah, jangan takut ada aku he he..”kata Andika.
“Tadi aku sedikit merinding lo pas lewat “ kata Hans mengingat.
📱“Paling kamu bonceng sesuatu ha ha..”kata Andika menakuti.
“Mungkin juga ha ha ... sudah jangan bercanda nanti beneran kejadian terkencing-kencing kamu” kata Hans.
“Bukannya kamu yang takut Hans?”
“Halah, siapapun juga takut kalau lihat penampakan, kamu saja yang sombong bilang tidak kalau ketemu paling kamu yang kabur duluan sudah ya, udah malam persiapan buat MOS besuk jangan telat, assalamu'alaikum ” ucap Hans menutup telponnya.
📱“Wa'alaikumsallam”
Hans kemudian melanjutkan persiapannya untuk sekolah besuk. MOS hari kedua besuk terjadwal materi ,setelah siap kemudian tidur.
**
Pagi hari
Seperti biasa Hans melakukan rutinitasnya bangun subuh dan aktifitas membantu orang tuanya membersihkan rumah.“ Bu, sapunya sudah rusak minta ganti” kata Hans menghampiri ibunya di dapur.
Sedangkan ayahnya menyiapkan dagangan yang akan dibawa ke pasar.
“Ya nanti kamu beli saja, ibu beri uang sama beli buku sekalian, ini tolong berikan kopi ke ayahmu” kata ibu.
Hans menerima secangkir kopi dan diberikan kepada ayahnya di ruang samping tempat menata barang ke sepeda.
“Hans bantu yah?”kata Hans mendekati ayahnya.
“Boleh tinggal memasukkan ke dalam keranjang kog”kata ayah
Setelah selesai bersiap mereka sarapan pagi
“Hans ini uang buat beli buku dan sapu,nanti kalau sisa ditabung saja ya”kata ibu
“Iya bu Hans akan berhemat ,biar bisa kuliah nanti” kata Hans bercita-cita.
“Ayah dan ibu selalu mendukungmu nak,belajarlah yang rajin biar lebih baik masa depanmu nanti” kata ayah.
Mereka berangkat ke tempat masing-masing.Hans mengayuh sepedanya menuju sekolah.Sampai di sekolah Hans bertemu lagi dengan teman-teman barunya. Berhubung hari ini waktunya materi maka semua siswa klas X dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jurusannya. Hans yang masuk di kelas IPS berada dilantai dua, yang lain dilantai satu dan tiga.
“Hai, kenalkan namaku Hans dari SMP 1”kata Hans pada teman sebangkunya.
“Namaku Radit dari SMP 2 sekarang materinya apa ?”tanya Radit.
“Wawasan wiyata mandala” ucap Hans. Mereka sibuk menyimak materi yang diberikan oleh guru pengajar sampai waktu istirahat tiba.
“Kamu mau ke kantin Hans?" tanya Radit.
“Oh tidak aku sudah bawa bekal tadi takut antri juga sih kita kan masih baru belum tahu sekolah sini” jawab Hans
“Iya juga ya,tapi ibuku kalau pagi belum masak makanannya sekarang saja aku belum sarapan” ucap Radit lesu.
“Ini aku bawa agak banyak ada kue juga walaupun bukan kue mahal kamu mau ambillah !” kata Hans menyodorkan bekalnya pada Radit.
“Memang gak pa-pa kalau aku ikut makan nanti kamu kurang?”kata Radit ragu.
“Tidak cukup kog apalagi kita kan hari ini tidak ke lapangan jadi gak gampang lapar he he..”ucap Hans.
“Terimakasih ya, besuk aku juga bawa bekal saja seperti kamu” kata Radit mengambil kue dari tangan Hans.
“Punya minum gak?” tanya Hans sambil meraih botol miliknya di tas.
“Ada kalau minum aku selalu bawa takutnya kelaparan gak bisa beli karena antri he he ... ”jawab Radit. Mereka terlihat rukun walaupun istirahat pertama hanya makan kue. Masuk kelas masih ada waktu lima menit.
“Aku ke kamar mandi dulu ya“ kata Hans
Hans pergi ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kelasnya di sudut pojok.
" Kog sepi ya batin Hans."
Cekrek ...
Pintu kamar mandi dibukanya, Hans memeriksa setiap sudut ruangan kamar mandi kemudian memeriksa saluran kran air macet apa tidak dan ternyata masih mengalir airnya.
"Sepertinya lama tidak digunakan kamar mandi ini banyak laba-labanya ,tapi alhamdulillah airnya nyala. Padahal gedungnya terlihat baru dari luar, tapi kog seperti tua dari dalam "
Hans keluar dari kamar mandi dengan batin masih bertanya-tanya.
Hari itu kegiatan MOS berlangsung hingga jam dua siang tanpa istirahat kedua. Hans turun dari lantai dua ketemu dengan Andi di lantai bawah, mereka bersama lagi pulang naik sepeda.“ Andi, kita lewat jalan yang lain ya?” kata Hans.
“Kenapa?” kata Andi.
“Gak pa-pa pengen ganti suasana saja” kata Hans pura-pura tidak mau membahas.
“Oke, ayo keburu hujan”ucap Andi
Mereka pulang ke rumah dengan cepat karena terlihat mendung sudah mulai menebal. Pasti hujan turun disertai angin yang hebat go ... go ...
**
Tinggalkan jejak
Like √
Vote √
Komen √
Semoga kalian suka dengan cerita ini
Terimakasih 😄
Ditengah perjalanan pulang sekolah Hans teringat belum membeli sapu dan buku dia mengajak Andi untuk menemani, Padahal rencananya Andika dan Febri yang mau ia ajak tapi mungkin gak keburu mengingat mendung sangat tebal tinggal menunggu detik-detik jatuhnya saja.
“Andi, bisa temani aku ke toko dulu“ kata Hans masih mengayuh sepeda ontel beriringan.
“Oke mumpung belum hujan mau beli apa ?” tanya Andi tanpa menoleh fokus dengan jalan yang sedikit berlobang.
“Beli buku dan sapu, cari di toko depan saja ya ada lengkap !“ sambil meminggirkan sepeda bersama.
Setelah mendapatkan barangnya mereka kembali mengayuh sepeda pulang sebelum hari mulai gelap. Mereka hampir sampai rumah Hans merasakan ada yang mengikutinya dari belakang.
"Siapa ya batinnya agak merinding."
Sampai di rumah Hans masuk dan langsung mengunci pintu rumahnya. Perlahan dia mengintip dari balik kaca jendela rumahnya siapa yang mengikutinya.Tidak ada siapapun yang dia lihat lewat jendela kaca itu.
Tiba-tiba ... tok ...tok
Suara pintu diketuk dari luar. Tak melihat siapapun ketika Hans mengintip.“Siapa ?” tanya Hans
“Aku Andika” Huft, lega batin Hans membukakan pintu.
“Hai kamu kenapa brow, pucat banget ?” Andika menjitak kepala Hans.
“Auww ... sakit tahu lagian ngapain buntuti aku tadi hah! “
“Eh, kenapa kamu takut ya?” Hans mendelik sambil pergi ke dapur memeriksa makanan.
“Dika ini masih ada makanan ayo makan dulu sambil nunggu Febri anak itu jadi kemari gak ya? ”
“Tahu tuh mungkin bannya bocor di jalan “
“Gak baik berpikir negatif ayo makan dulu keburu dingin nanti kalau Febri datang aku panaskan lagi” Mereka makan dengan lahap karena kelaparan pulang sekolah.
Tok ... tok ...
“Nah panjang umurnya tuh anak “ kata Hans.Hans membukakan pintu kyaaa...
“Eh pak RT ada apa pak ?“ ternyata Hans salah menebak.
“Ibu atau bapak ada Hans? Ini mau minta iuran untuk pos ronda“
“Maaf pak ibu dan bapak belanja dagangan mungkin pulangnya malam, berapa iurannya pak?”
“Sepuluh ribu Hans kalau gak ada besuk saja “pak RT mau pergi di cegah.
“Ada pak uangnya sebentar saya ambilkan” Hans masuk ke dalam mengambilkan uang sakunya yang masih utuh.Ia selalu menyimpan uang sakunya setiap hari apabila ada hal mendesak baru ia pakai. Semuanya ia tabung agar tidak menyulitkan keadaan orang tuanya apabila butuh sewaktu-waktu.
“Kamu sama siapa Hans ?” pak RT penasaran melihat Andika yang bersama Hans. Karena sepengetahuan Pak RT Hans tidak punya saudara. Untuk menjaga warganya saja dari orang asing yang belum mereka kenal. Jangan sampai ada kejahatan di lingkungannya.
“Sama teman saya pak Andika namanya rumahnya dijalan raya gang lebar”
“Gitu ya, hati-hati di rumah nak Hans karena banyak sekali kejahatan sekarang ini. Oh ya, hari sabtu tolong ikut kerja bakti desa ya bisa kamu sendiri kalau bapak kerja”
“ Iya pak insyaalah “Pak RT berlalu pergi dan Hans kembali masuk kedalam belum sempat duduk di kursi ada yang mengetok pintu lagi.
Tok ... tok ... kali ini terdengar agak keras.
“Pelan dikit kenapa ? Dikira gak dengar apa !“ kesal kata Hans.
“Keburu lapar mana buatku ?”Febri datang langsung menuju dapur melihat meja makan
“Sebentar aku panaskan dulu sudah dingin soalnya” kata Hans melangkah dekat kompor. Febri duduk di ruang makan dan berbincang dengan Andika.
“Eh ... aku tadi lewat gedung tua itu lo Dik, gak serem kog malah kelihatan tenang suasananya “.
“Makanya aku bilang apa kalian saja yang ketakutan“ timpal Andika.
“Gak gitu sih hanya penasaran saja kog lama gak ditempati takut ada hantunya ha ha ...”
“Hus yang penting kita gak ganggu gak masalah toh mereka juga makhluk Tuhan”Hans menyodorkan makannya pada Febri.
“Kita MOS tinggal sehari besuk sore kita ngumpul di rumah Febri ya ?”
“ Kenapa gak disini saja sih, aku kan selalu sendirian di rumah” kata Hans.
“ Ya sudah kapan - kapan saja kita ke rumah Febri kalau orang tuamu pas di rumah “
Mereka berbincang sampai larut malam sampai orang tua Hans pulang.Tapi mereka sudah terlelap tidur. Orang tua Hans membangunkan anak-anak untuk sholat subuh dan persiapan buat sekolah.
“Kalian pulang dulu nanti keburu telat” kata ayah Hans .
Andika dan Febri mengayuh sepedanya dengan cepat takut kesiangan. Mereka tiba di rumah masing - masing dan persiapan berangkat sekolah karena hari ini MOS berakhir.
**
Di sekolah Hans menerima materi di lapangan Outbound.
Dia bersama Andi bercampur jadi satu kegiatan menikmati pelajaran hingga usai, tiba waktunya untuk pulang.
Ditengah perjalanan tiba-tiba Andi meminta Hans untuk mampir dan berteduh karena sudah mulai gerimis lebat.
“Hans kita berteduh dulu sebentar yuk aku capek tadi dapat giliran lari “ kata Andi ngos-ngosan mengatur nafasnya.
“Nanggung Ndi, ini sudah setengah perjalanan” Hans tetap mengayuh sepedanya, tapi Andi menganyuh menepikan sepedanya akhirnya Hans juga ikut menepi.
“Ini sudah sore Ndi, aku khawatir malah hujan terus gak berhenti bisa kemalaman kita disini” menatap sekeliling yang sepi karena merupakan daerah perkebunan.
Andi berpikir sebentar “ kamu masih ada minum gak? aku haus capek”
“Ada nih kamu kog pucat Ndi, ya sudah duduk sebentar nih kueku juga masih tinggal satu makanlah !” Andi melahap makanan dan minuman dari Hans memejamkan mata sebentar.
“Andi ... Ndi ... Andi ... kamu gak pa-pa kan? ”menggoyangkan tubuh temannya dengan cemas.
"Aduh gimana nich mana mulai hujan lagi, biarlah istirahat sebentar.Mereka duduk dan istirahat di emperan rumah kosong."
Tiba-tiba ada yang membuka pintu rumah kosong itu. Kriett ... seorang perempuan tua dengan wajah tersenyum.“ Temanmu kenapa nak ?“ perempuan itu mendekat hans takut menggeser duduknya mundur menjauh .
“Istirahat nek dia kecapekan “ sambil melihat sekeliling dan memastikan kaki nenek menjamah tanah atau tidak.
“He he .. kamu kenapa? nenek bukan hantu he he .. ”ucapnya menyeringai kesal melihat Hans menatapnya dengan penuh curiga.
“Temanmu kelihatan capek sekali mungkin tadi tidak sarapan ya he he..biar nenek pijat kakinya”
“Kog nenek dari dalam rumah ? memangnya nenek tinggal disini?” Hans penasaran
Nenek melangkah maju duduk di samping Andi melepaskan sepatunya dan memijit telapak kaki Andi. “Nenek numpang tidur di sini baru semalam kebetulan kog tidak dikunci rumahnya “ sambil terus memijit kaki Andi.
Akhirnya Andi bangun dan bingung“ eh siapa?"
“Nenek hanya bantu kamu kecapekan ya belum sarapan itu wajah kamu pucat untung tidak pingsan he he... laki- laki harus kuat “ kata nenek.
“Iya nek terimakasih” Gerimis reda mereka beranjak ke sepeda dan pamitan pada nenek.
Dalam perjalanan pulang mereka sama-sama terdiam berkelut dengan pikiran masing-masing. Hari sudah hampir gelap setibanya Hans di rumah ,ternyata kedua orang tuanya sudah sampai rumah.
“Kamu gak pa-pa kan Hans kenapa kog baru pulang apa ?”diberondong pertanyaan sebelum masuk rumah.
“Tadi gerimis agak lebat Andi ngajak berteduh yah “Hans heran kog gak hujan ya kering tanahnya.
“Ya sudah ayah takut ada apa-apa di jalan sini gak hujan jadi ayah khawatir tadi “ayah ikut masuk kedalam rumah.
Hans membersihkan diri dan menunaikan ibadah walaupun telat karena waktunya hampir magrib. Menuju meja makan ibu telah menyiapkan makanan walaupun sederhana tahu dan sambal. Dia sangat bersyukur masih bisa makan walaupun kadang juga iri dengan temannya Andika dan Febri.
Setelah menunaikan ibadah Hans istirahat dan mengambil ponselnya menghubungi andi teman SMA nya tadi.
Tut...tut ... tidak tersambung .
Mungkin sudah tidur atau ponselnya nya mati pikir Hans. Kemudian menghubungi Andika sahabatnya. Hans memang karakter anak yang terbuka tidak memendam rasa penasarannya sendiri ,selalu bercerita kepada teman -temannya.
Tut ... tut ... menyambung.
📱“Asslamu'alaikum ada apa Hans ?”ucap Andika dari sebrang
“Eh aku punya cerita baru lagi tadi aku berteduh di rumah kosong kiri jalan daerah perkebunan ternyata ada nenek nya di sana”.
📱“Ah yang bener ? wah, seru nih ada sesuatu yang baru harus kita lanjutkan”
“Lanjutkan apanya ceritanya maksudmu ha ha...” Hans gemas mendengar Andika selalu saja anak ini ingin berpetualang dengan sesuatu yang baru bersamanya.
**
lanjut episode berikutnya jangan lupa
Tinggalkan jejak
Like √
Vote √
Komen √
Semoga kalian suka dengan cerita ini ...Terimakasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!