chapter 2 - Musim Ujian

Melati masuk ke kelasnya. Ini semester terakhir di kelas 12. Dan hari ini ujian akhir dimulai. Melati rasanya sudah siap menghadapi semua, meski dia tahu masih ada yang belum dia kuasai dari semua pelajaran yang dia pelajari.

"Yang terjadi terjadilah. Just try to do your best," gumamnya menyemangati diri sendiri.

"Mela, ntar kasih contekan, ya..." Ranita langsung duduk di sebelah Melati begitu sohibnya itu sampai di bangkunya.

"Apa? Ini ujian kali." Melati meletakkan tasnya di meja lalu mengeluarkan alat tulisnya.

"Semalam ga belajar kamu, Ran?" tanya Melati.

"Belajar laa... Tapi dikit..." sahut Ranita. "Otakku ini kayak porak poranda kalau diajak mikir banyak-banyak. Beda sama kamu."

"Haa... Haaa..." Melati ngakak mendengar itu. "Porak poranda, memangnya abis bencana angin ****** beliung."

"Gitu, deh... Bantulah sahabatmu yang baik, cantik, murah hati, dan tidak sombong ini." Ranita merayu.

"Kalau mau ngajari waktu belajar ok. Kalau ujian mau celaka bareng? Aku atuttt..." tukas Melati sambil mengepalkan kedua tangan di dada pura-pura gemetar.

Ihh.... Pelit..." Ranita manyun.

"Percaya diri aja. Yang penting kita sudah berusaha yang terbaik. Hasilnya serahkan sama yang di atas. Toh, ujian akhir ini bukan penentu kelulusan satu-satunya, kan?" hibur Melati.

"Yang di atas? Cicak?" kata Ranita sambil melirik ke plafon kelas.

"Memang bisa aja jawab, yaa..." Melati menarik ujung lengan baju temannya itu. Ranita cuma ngakak.

Kelas mulai ramai. Teman-teman yang lain sudah berdatangan dan duduk di tempatnya masing-masing. Lima menit setelah itu bel berbunyi dan ujian segera mulai.

Jam 1 siang, tuntas sudah perjuangan hari itu. Sebelum pulang Ranita mengajak Melati ke kantin. Dia ingin minum es mendinginkan kepala yang rasanya sudah mendidih. Di kantin mereka duduk di kursi paling ujung. Bagian sini lebih sering sepi daripada yang dekat stand penjual.

"Hei... Ada si ganteng keren," ucap Ranita girang.

Di kursi sebelah ada Elvan salah satu cowok beken di sekolah ini. Pemain basket andalan. Dia juga wakil ketua OSIS. Musiknya jago gitar dan keyboard. Beberapa kali membawa band sekolah juara di festival musik antar sekolah dan sekota. Ganteng dan dari keluarga yang lumayan tajir. Siapa coba cewek yang ga klepek-klepek sama cowok model begini.

"Hai..." sapanya ramah. Senyumnya mengembang ke arah Melati dan Ranita yang duduk tak jauh darinya.

"Hai..." sahut Ranita. "Belum langsung pulang, El?" tanya Ranita lagi.

"Janjian sama Pak Diko. Mau pulang bareng," jawab Elvan. Iya, dia keponakan Pak Diko. Guru olahraga, salah satu guru favorit sekolah ini. Orangnya energik dan selalu tersenyum. Sedikit menular sama ponakannya ini, tapi Elvan lebih kalem, sih.

"Ooo..." Kedua cewek itu bareng membulatkan mulutnya. Membuat cowok dengan mata coklat terang itu terkekeh. Melati dan Ranita ikut tertawa kecil.

"Gimana ujiannya tadi, susah?" Elvan bertanya. Lalu dia menyeruput es jeruk di depannya.

"Hmm, gitu deh. Makanya cari es, nih... Biar kepala adem," sahut Ranita.

Lagi-lagi cowok itu terkekeh. "Tahun depan giliranku. Ngeri-ngeri sedap kayaknya, ya," ujarnya. Tetap kalem mesti kata-katanya ngajak bercanda.

"Iya laa... Kecuali kamu berencana tinggal kelas atau drop out aja dari sekolah." Mulut tajam Ranita langsung nyahut.

"Ngomong tuh dipikir, Mbak." Melati memencet hidungnya sebel dengan model Ranita yang selalu suka sekenanya kalau bicara.

"Aduh, sakit. Bisa mancung ke dalam ntar aku." Ranita menarik tangan Melati dan mengusap hidungnya yang sedikit ngilu.

"Wah, kalau aku tinggal kelas atau drop out ketinggalan serunya perjuangan menyelesaikan sisa-sisa masa SMA. Padahal justru itu tantangannya, kan?" Elvan mengangkat bahunya.

"Belum tahu saja. Kalau boleh, waktu ujian gini asyiknya di-skip, deh. Aku ingin langsung sampai di hari wisuda." Ranita menjawab sambil menatap ke atas, membayangkan apa yang dikatakannya.

"Emang film kartun, bisa di-skip." Melati geleng-geleng. Sahabatnya ini selalu bisa saja menjawab.

Elvan tertawa lirih. "Kalian asyik, yaa... berdua..." ucapnya.

"Asyik apa? Kami sahabatan doang, El. Murni. Kami bukan pasangan loo... masih di jalur yang lurus," sahut Ranita sambil membelalakkan matanya.

"Tahu, Ran..." Elvan makin melebarkan senyumnya. Dan gantengnya bertambah lagi.

"Ya Tuhan... kok bisa ya, aku tahan punya teman kayak gini..." gerutu Melati.

"Ya iya laa... Masa masih belum paham aku ini makhluk langka, tiada duanya. Beruntung kamu bisa sedekat ini denganku. Takdir memang berpihak padamu," kata Ranita sambil mendekatkan wajahnya pada sahabatnya itu.

Melati menarik ujung rambut Ranita karena sebal dengan candaannya itu. "Aaauhh... sakit, Mel!" Kontan Ranita berteriak kaget.

"Biarin," ujar Melati. Elvan lagi-lagi tertawa melihat tingkah dua sahabat itu.

"El, kamu ditaksir banyak cewek loo... sadar, kan?" kata Ranita sambil dia menghabiskan minumannya.

"Hmmm... kenapa memang?" tanya Elvan, bukan menjawab Ranita. Wajah cowok itu berubah sedikit serius.

"Ga ada yang nyantol di hati apa? Mulai dari kelas 10 sampai 12, ada lo yang hatinya terpaut pada dirimu." Ranita memancing pembicaraan soal hati.

Elvan menoleh dan menatap Ranita lurus. Gadis itu santai sekali gayanya. Tidak ada beban menanyakan hal begini pada cowok.

"Kalau ada kenapa? Kalau nggak kenapa?" Elvan berusaha menjawab dengan santai juga.

"Aiihhh... ini nggak asyik banget. Bukan menjawab pertanyaan, El," ujar Ranita gemes. Melati tidak tahu harus komen apa dengan pembicaraan makhluk unik di depannya ini.

Elvan hanya tertawa kecil. Dia menyeruput es jeruknya lagi. "Itu masalah hati, Ran. Sebaiknya dijaga baik-baik. Kalau pas, baru..."

Tinggg!!

Elvan melihat ke HP yang dipegangnya. Pesan masuk. "Aku uda ditunggu. Duluan, ya," kata Elvan sambil berdiri.

"El, belum selesai kalimatnya tadi... Baru apa??" Ranita penasaran.

"Hmmm... lain kali aja, ya... episode selanjutnya..." tandas Elvan.

"Hei... bukan sinetron ini..." Ranita masih ngotot.

Elvan hanya melambaikan tangan kanannya.

"Oke. See yaa.." ujar Melati.

"TTDJ. Kalau jatuh bangun sendiri, ga usah sebut namaku tiga kali." Masih nyahut lagi Ranita.

"Hah?" Elvan menatap Ranita.

"Ga ngefek. Kan aku jauh darimu," jelas Ranita sambil mengerjapkan mata beberapa kali.

Elvan cuma bisa ngakak sambil geleng-geleng. Dia mengambil gelas plastik kosong bekas es jeruknya dan membuangnya ke tempat sampah. Lalu meninggalkan dia cewek cantik itu. Memang anak baik ya, ga ninggalin sampah sembarangan.

"Hmm... aku suka cowok kayak Elvan itu. Coba dia mau memperhatikan aku sedikit saja, mungkin bisa jatuh cinta dia," ujar Ranita.

"Mulai lagi, deh... Lalu si Iwan, anak kelas sebelah? Katanya dia mantap punya," sahut Melati.

"Iya, dia boleh juga. Tapi mereka kayak tertutup kabut apa gitu ga pernah noleh padaku. Aku ini jelas-jelas cantik loo..." tambah Ranita. Dia memainkan pipinya yang memang bagus bentuknya.

"Kabut asap," kata Melati datar. Lalu meneguk es di gelasnya sampai habis.

"Sialan." Ranita tertawa. "Kamu, setelah ditembak Viko? Kan kamu tolak. Terus apa masih berharap sama Alfaro?" Ranita menoleh pada Melati.

"Aku kan sudah bilang, ga mau pacaran dulu. Fokus belajar. Biar hati suka, ga harus ngotot jadian. Lagian Alfaro juga sudah pindah kota. Masa depan masih panjang, Ran," jawab Melati.

"Bisa ya ada cewek model begini. Kamu ini langka tahu ga..." Ranita berdiri. Merapikan roknya lalu mengambil tasnya dan bersiap meninggalkan kantin. Melati mengikutinya.

Tidak lama setelah itu Melati dan Ranita pulang. Mereka berpisah di depan gerbang sekolah. Dengan motornya Ranita duluan. Sedang Melati seperti biasa naik angkot. Rumah Ranita memang ke arah yang berbeda makanya ga bisa pulang sama-sama.

Hari-hari berikutnya benar-benar diisi dengan sibuknya ujian. Ujian tulis dan ujian praktek. Ada beberapa proyek yang juga mesti diselesaikan untuk menentukan kelulusan. Rasanya waktu hanya habis untuk menuntaskan semua itu.

Melati mencurahkan semua kemampuannya untuk ini. Ujian ini adalah pembuktian dirinya yang paling puncak dari semua pembelajaran yang dia lalui di SMA. Jadi jangan sampai menyesal nanti kalau hasilnya tidak maksimal. Karena hasil yang dia raih juga akan berpengaruh pada rencananya mencapai universitas yang dia inginkan.

Terpopuler

Comments

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

lanjuttt

2020-09-26

0

NaEm_FN

NaEm_FN

boom like bin 5 kak🥰

2020-08-28

0

Yaumi Amalia

Yaumi Amalia

aku mampir'kak kak 🤗 mampir juga di ceritaku"friend but married 🤗🙏

2020-08-08

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kerinduan Melati
2 chapter 2 - Musim Ujian
3 Chapter 3 - Ibu Sakit
4 Chapter 4 - Menjaga Ibu
5 Chapter 5 - Kesedihan Ranita
6 Chapter 6 - Ayah Pulang
7 Chapter 7 - Suka Kamu
8 Chapter 8 - Aku Tidak Bisa!
9 Chapter 9 - Ingat Aku Terus
10 Chapter 10 - Batas Air dan Awan
11 Chapter 11 - Tidak Akan Terlupakan
12 Chapter 12 - Perjalanan Tiada Tara
13 Chapter 13 - Siap Terbang ke Langit
14 Chapter 14 - Rumah Elvan
15 Chapter 15 - Akan Tetap Bersama
16 Chapter 16 - Pertolongan Tak Terduga
17 Chapter 17 - Kencan Pertama?
18 Chapter 18 - Terima Kasih
19 Chapter 19 - Pengakuan Melati
20 Chapter 20 - Sampai Jumpa
21 Chapter 21 - Memasuki Masa Baru
22 Chapter 22 - Alfaro?
23 Chapter 23 - Curhat Total
24 Chapter 24 - Be With Me
25 Chapter 25 - Permintaan Alfaro
26 Chapter 26 - Liburan!!
27 Chapter 27 - Surprise Elvan
28 Chapter 28 - Kamu Cemburu?
29 Chapter 29 - Ada Apa dengan Hatiku?
30 Chapter 30 - Keputusan Elvan
31 Chapter 31 - Nama Kontak Jelek
32 Chapter 32 - Malam yang Menakutkan
33 Chapter 33 - Berpisah dengan Red Sky
34 Chapter 34 - Maafkan Aku
35 Chapter 35 - Rahasia Ranita
36 Chapter 36 - Mengikuti Ranita
37 Chapter 37 - Aku Memang Bodoh!
38 Chapter 38 - Sampai Kapanpun Jaga Hatimu untukku
39 Chapter 39 - Bisakah Kita Bersama?
40 Chapter 40 - Elvan di mana?
41 Chapter 41 - Anakku Telah Kembali
42 Chapter 42 - Elvan Pasti Pulang
43 Chapter 43 - Mati Rasa Buat yang Lain
44 Chapter 44 - Hidup Elvan Hidup Bagus
45 Chapter 45 - Kapan Kamu Pulang?
46 Chapter 46 - Aku Hanya Ingin Kamu Bahagia
47 Chapter 47 - Aku Ingat Janjiku... Aku Ingat...
48 Chapter 48 - Terima Kasih untuk Semuanya
49 Chapter 49 - Akhirnya Dia Pulang!
50 Chapter 50 - Kejutan Lagi dari Elvan
51 Chapter 51 - Married, Azka dan Adista
52 Chapter 52 - It is My Prayer
53 Chapter 53 - Di Stasiun TV
54 Chapter 54 - Lily dan Fara
55 Chapter 55 - Kamu Cuma Anak Magang!
56 Chapter 56 - Pembelaan Krista
57 Chapter 57 - Melepas Rindu
58 Chapter 58 - Bertemu Dewi
59 Chapter 59 - Aku Tetap Anak Bapak dan Ibu
60 Chapter 60 - Haruskah Aku Percaya?
61 Chapter 61 - Aku Sangat Cinta Kamu
62 Chapter 62 - Aku Kangen Kamu
63 Chapter 63 - Apapun Caranya Aku akan Mendapatkanmu
64 Chapter 64 - Itu Tidak Mungkin!
65 Chapter 65 - Perjuangan Hampir Berakhir
66 Chapter 66 - Tetap Percaya padaku, Please
67 Chapter 67 - Jadilah Lelaki Sejati
68 Chapter 68 - Lepaskan Aku
69 Chapter 69 - Lebih Baik Kabur
70 Chapter 70 - Ke Mana Elvan?
71 Chapter 71 - Pembuktian Elvan
72 Chapter 72 - Maafkan Aku, El
73 Chapter 73 - Happy Birthday, Bunga Cintaku
74 Chapter 74 - Meraih Impian
75 Chapter 75 - Bye Bye Sunny TV
76 Chapter 76 - Memulai Langkah Baru
77 Chapter 77 - Selalu Ada Maaf
78 Chapter 78 - A Different Dream
79 Chapter 79 - Guncangan Besar
80 Chapter 80 - Hati yang selalu Lapang
81 Chapter 81 - Our Step is Started
82 Chapter 82 - Kangen Kamu, Ran...
83 Chapter 83 - Apa Tidak Apa-apa?
84 Chapter 84 - Congrats for you!!
85 Chapter 85 - Menemui Bondan
86 Chapter 86 - Marah
87 Chapter 87 - Anakku Bukan Urusanmu!
88 Chapter 88 - Biarkan Saja, Mel!
89 Chapter 89 - Jangan Pernah Tinggalkan Dia
90 Chapter 90 - Peluk Aku Erat
91 Chapter 91 - Kencan Tak Sengaja
92 Chapter 92 - Jangan Bawa Anakku!
93 Chapter 93 - Galau dan Sesal
94 Chapter 94 - Mulai Langkah Baru
95 Chapter 95 - Lompat Sama-sama...
96 Chapter 96 - Menetapkan Hari Istimewa
97 Chapter 97 - Ke Sunny TV
98 Chapter 98 - Tinggal Selangkah Lagi
99 Chapter 99 - Tangisan Bondan
100 Chapter 100 - Memulai Lagi dari Awal
101 Chapter 101 - This is the Day
102 Chapter 102 - Apa yang Terjadi?
103 Chapter 103 - Hanya Bisa Menunggu
104 Chapter 104 - Akhirnya....
105 Chapter 105 - Berdua Denganmu
106 Chapter 106 - Masih Takut
107 Chapter 107 - Menembus Angkasa...
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Chapter 1 - Kerinduan Melati
2
chapter 2 - Musim Ujian
3
Chapter 3 - Ibu Sakit
4
Chapter 4 - Menjaga Ibu
5
Chapter 5 - Kesedihan Ranita
6
Chapter 6 - Ayah Pulang
7
Chapter 7 - Suka Kamu
8
Chapter 8 - Aku Tidak Bisa!
9
Chapter 9 - Ingat Aku Terus
10
Chapter 10 - Batas Air dan Awan
11
Chapter 11 - Tidak Akan Terlupakan
12
Chapter 12 - Perjalanan Tiada Tara
13
Chapter 13 - Siap Terbang ke Langit
14
Chapter 14 - Rumah Elvan
15
Chapter 15 - Akan Tetap Bersama
16
Chapter 16 - Pertolongan Tak Terduga
17
Chapter 17 - Kencan Pertama?
18
Chapter 18 - Terima Kasih
19
Chapter 19 - Pengakuan Melati
20
Chapter 20 - Sampai Jumpa
21
Chapter 21 - Memasuki Masa Baru
22
Chapter 22 - Alfaro?
23
Chapter 23 - Curhat Total
24
Chapter 24 - Be With Me
25
Chapter 25 - Permintaan Alfaro
26
Chapter 26 - Liburan!!
27
Chapter 27 - Surprise Elvan
28
Chapter 28 - Kamu Cemburu?
29
Chapter 29 - Ada Apa dengan Hatiku?
30
Chapter 30 - Keputusan Elvan
31
Chapter 31 - Nama Kontak Jelek
32
Chapter 32 - Malam yang Menakutkan
33
Chapter 33 - Berpisah dengan Red Sky
34
Chapter 34 - Maafkan Aku
35
Chapter 35 - Rahasia Ranita
36
Chapter 36 - Mengikuti Ranita
37
Chapter 37 - Aku Memang Bodoh!
38
Chapter 38 - Sampai Kapanpun Jaga Hatimu untukku
39
Chapter 39 - Bisakah Kita Bersama?
40
Chapter 40 - Elvan di mana?
41
Chapter 41 - Anakku Telah Kembali
42
Chapter 42 - Elvan Pasti Pulang
43
Chapter 43 - Mati Rasa Buat yang Lain
44
Chapter 44 - Hidup Elvan Hidup Bagus
45
Chapter 45 - Kapan Kamu Pulang?
46
Chapter 46 - Aku Hanya Ingin Kamu Bahagia
47
Chapter 47 - Aku Ingat Janjiku... Aku Ingat...
48
Chapter 48 - Terima Kasih untuk Semuanya
49
Chapter 49 - Akhirnya Dia Pulang!
50
Chapter 50 - Kejutan Lagi dari Elvan
51
Chapter 51 - Married, Azka dan Adista
52
Chapter 52 - It is My Prayer
53
Chapter 53 - Di Stasiun TV
54
Chapter 54 - Lily dan Fara
55
Chapter 55 - Kamu Cuma Anak Magang!
56
Chapter 56 - Pembelaan Krista
57
Chapter 57 - Melepas Rindu
58
Chapter 58 - Bertemu Dewi
59
Chapter 59 - Aku Tetap Anak Bapak dan Ibu
60
Chapter 60 - Haruskah Aku Percaya?
61
Chapter 61 - Aku Sangat Cinta Kamu
62
Chapter 62 - Aku Kangen Kamu
63
Chapter 63 - Apapun Caranya Aku akan Mendapatkanmu
64
Chapter 64 - Itu Tidak Mungkin!
65
Chapter 65 - Perjuangan Hampir Berakhir
66
Chapter 66 - Tetap Percaya padaku, Please
67
Chapter 67 - Jadilah Lelaki Sejati
68
Chapter 68 - Lepaskan Aku
69
Chapter 69 - Lebih Baik Kabur
70
Chapter 70 - Ke Mana Elvan?
71
Chapter 71 - Pembuktian Elvan
72
Chapter 72 - Maafkan Aku, El
73
Chapter 73 - Happy Birthday, Bunga Cintaku
74
Chapter 74 - Meraih Impian
75
Chapter 75 - Bye Bye Sunny TV
76
Chapter 76 - Memulai Langkah Baru
77
Chapter 77 - Selalu Ada Maaf
78
Chapter 78 - A Different Dream
79
Chapter 79 - Guncangan Besar
80
Chapter 80 - Hati yang selalu Lapang
81
Chapter 81 - Our Step is Started
82
Chapter 82 - Kangen Kamu, Ran...
83
Chapter 83 - Apa Tidak Apa-apa?
84
Chapter 84 - Congrats for you!!
85
Chapter 85 - Menemui Bondan
86
Chapter 86 - Marah
87
Chapter 87 - Anakku Bukan Urusanmu!
88
Chapter 88 - Biarkan Saja, Mel!
89
Chapter 89 - Jangan Pernah Tinggalkan Dia
90
Chapter 90 - Peluk Aku Erat
91
Chapter 91 - Kencan Tak Sengaja
92
Chapter 92 - Jangan Bawa Anakku!
93
Chapter 93 - Galau dan Sesal
94
Chapter 94 - Mulai Langkah Baru
95
Chapter 95 - Lompat Sama-sama...
96
Chapter 96 - Menetapkan Hari Istimewa
97
Chapter 97 - Ke Sunny TV
98
Chapter 98 - Tinggal Selangkah Lagi
99
Chapter 99 - Tangisan Bondan
100
Chapter 100 - Memulai Lagi dari Awal
101
Chapter 101 - This is the Day
102
Chapter 102 - Apa yang Terjadi?
103
Chapter 103 - Hanya Bisa Menunggu
104
Chapter 104 - Akhirnya....
105
Chapter 105 - Berdua Denganmu
106
Chapter 106 - Masih Takut
107
Chapter 107 - Menembus Angkasa...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!