Benar Kata Mamah
Ayam berkokok di waktu subuh itu memperdengarkan suara indahnya. Di dalam sebuah kamar yang sederhana seorang gadis mengerjap tanda dia sudah terbangun dari tidur malam dan tentu saja tersadar dari mimpinya.
"Anan (panggilan Ananda Larasathi)," panggil mama Yati.
Mama Yati adalah ibu dari Anan. Mereka hanya tinggal berdua, sedangkan papa Anan, Anan sendiri tidak tau papanya berada dimana.
"Bangun nak, udah waktunya shalat subuh," kata mama Yati mengingatkan.
"Iya Mah, Anan udah bangun," sahut Anan.
Anan langsung beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, mandi lalu berwudhu untuk mengerjakan ibadah shalat subuh.
Selesai melaksanakan ibadah shalat subuh, seperti biasa Anan menuju dapur untuk membuat sarapan. Anan memiliki riwayat penyakit maag, ia memiliki penyakit ini sejak duduk di bangku kelas 1 SMA. Dan berlanjut hingga sekarang. Makanya ia harus selalu makan tepat waktu.
"Apa kamu tidak ke kampus hari ini nak?" tanya mamah begitu tiba di dapur.
"Hari ini Anan ke kampus Mah, ada tugas yang harus Anan kumpul. Sekalian ketemu dosen pembimbing," jawab Anan.
"Memangnya kenapa Mah?Apa Mamah butuh bantuan Anan di toko pagi ini?" tanya Anan. Seperti biasa Anan membantu mamah Yati di toko kue jika tidak ada kegiatan lain.
"Sebenarnya Mamah ada pesanan kue untuk acara arisan dan ulang tahun sore hari ini. Kalau untuk satu acara sih Mamah masih bisa, tapi ini dua acara sekaligus dalam sehari. Belum lagi mengantarnya," jelas mamah.
Selama ini mamah Yati hanya mau menerima pesanan kue untuk satu acara saja setiap harinya mengingat mamah Yati tidak bisa terlalu capek dan hanya mempunyai satu karyawan yaitu Rasmi, anak tetangga yang sudah dianggap anak sendiri oleh mamah Yati. Maklum Rasmi merupakan anak yatim sejak 2 tahun lalu. Dan pengantaran, juga merupakan tugas Rasmi.
"Ya sudah, Mamah jangan Khawatir. Begitu urusan Anan selesai, Anan secepatnya pulang," ucap Anan menenangkan mamah.
"Terima kasih ya sayang, maaf merepotkan," kata mamah sambil mengelus kepala Anan.
"Apaan sih Mah. Anan sama sekali tidak repot. Justru Anan itu selalu bersyukur punya Mamah, Mamah Yati. Udah cantik, baik, sabar dan sayang sama Anan meskipun Anan kadang bandel," ucap Anan sambil memeluk mamah.
"Anan sayang banget sama Mamah," ucap Anan lagi.
"Mamah lebih sayang sama kamu, sayang," kata mamah menimpali.
Sebenarnya Anan adalah anak yang manja, tapi semenjak masuk bangku kuliah, Anan selalu berusaha menjadi anak yang mandiri. Padahal mamah Yati juga tidak menuntut anaknya untuk tidak bermanja kepadanya. Mengingat Anan adalah anak satu-satunya.
Jam 9 pagi Anan harus mengumpulkan tugas yang tertinggal, maka dari itu ia sudah harus tiba di kampus sebelum jam tersebut. Anan merupakan mahasiswi yang cerdas, hanya saja minggu lalu ia tidak sempat mengumpulkan tugasnya karena harus menjaga mamah Yati yang sedang sakit. Dan dosen untuk tugas tersebut memberinya waktu pengumpulan tugas hari ini.
Dan di sinilah Anan saat ini berada, di sebuah taman kampus bersama dengan sahabat-sahabatnya sambil menikmati minuman jus yang dibelinya dari kantin kampus.
"Gimana tugas kamu Nan?" tanya Rara salah satu sahabat Anan.
"Alhamdulillah, aku udah serahin ke dosen. Sekarang tinggal tunggu dosen pembimbing," jawab Anan.
"Jadi kamu udah ada judul untuk diajuin?" tanya Salma, sahabat Anan juga.
"Sebenarnya udah ada judul, cuma masih nimbang-nimbang," jawab Anan lagi.
"Btw, Adji kok hari ini tidak kelihatan ya?" tanya Salma lagi.
"Iya ya, padahal Salma udah kangen tuh," ucap Rara menimpali.
Adji juga merupakan sahabat mereka, dan diantara mereka berempat, Rara yang paling cerewet dan suka mengolok-olok meskipun yang lain sesekali ikutan mengolok.
"Enak aja, Adji tuh bukan tipe aku ya, asal kamu tau, lagian dia juga kan sahabat aku," kata Salma.
"Cieee.. yang tidak mau ngaku, padahal itu hati iya-iyain aja," kata Rara semakin mengolok.
"Emang tipe kamu seperti apa sih?" tanya Anan ikutan.
"Yang baik, cakep plus tajir," jawab Adji yang entah nongol dari mana main jawab aja.
"Uluh-uluh...emang ya kalau udah sehati, tau aja jawabnya," ucap Rara membenarkan.
"Adelia Sahara.. !!!" teriak Salma mulai emosi. "Weitzzz.. calm my sist," ucap Rara dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.
"Udah-udah, kebiasaan deh candain sahabat segitunya," ucap Adji menghentikan.
"Yey, aku sayang kali sama Salma, sama kalian juga," ucap Rara.
"Eh, kalian udah pada tau belum, kalo pak Hendrawan lagi sakit?" tanya Adji.
"Dan katanya hari ini pak Johan akan memperkenalkan dosen baru ke kita," ucapnya lagi menerangkan.
"Waduh, gimana dong? Padahal aku udah janjian dengan pak Hendrawan hari ini buat ngabahas judul yang akan aku pakai untuk skripsi nanti" kata Anan seraya menepuk jidatnya.
"Dan untuk itu juga aku menunggu di sini," kata Anan lagi.
Selang beberapa detik setelah Anan mengucapkan kata terakhirnya tadi, speaker kampus menyuarakan agar mahasiswa dan mahasiswi tingkat akhir segera berkumpul di aula.
Gemuruh suara memenuhi ruang aula saat ini. Ada yang bertanya-tanya, ada yang berkelakar, ada yang bergosip dan ada pula suara yang entah apa tidak terdengar dengan jelas. yang pasti semua itu memenuhi indera pendengaran mereka saat ini.
Sampai pada akhirnya, "Semuanya harap tenang," ucap pak Johan memulai dengan menggunakan alat pembesar suara yang ada di hadapannya di atas podium.
"Hari ini kita kedatangan dosen baru, dan beliau akan menggantikan untuk sementara waktu bapak Hendrawan yang saat ini sedang sakit" lanjut pak Johan.
"Tanpa berlama-lama, kita sambut dosen baru kita untuk memperkenalkan diri. Untuk itu, waktu dan tempat dipersilakan," lanjutnya lagi.
"Halo semua, perkenalan nama saya Arya Teguh Wijaya, saya dosen baru kalian," ucap Arya memperkenalkan diri.
"Wow, ganteng juga dosen baru kita, bisa dijadiin gebetan cuiy," celetuk Rara mulai nyeleneh.
Bersamaan dengan itu, Arya mempersilakan bagi mahasiswa dan mahasiswi yang ingin bertanya. Tanpa menunggu waktu Rara langsung unjuk diri. Ibarat pepatah, pucuk dicintai wulan pun tiba, Arya memperkenankan Rara untuk bertanya.
Dengan percaya dirinya yang tingkat dewi Rara bertanya, "Pak dosen yang gantengnya sekampus, nomor handphonenya berapa?"
Tuh kan, Rara selain usil dia juga centil. Mengakibatkan gemuruh dan sorak sorai kembali terdengar di dalam aula. Namun sayangnya, pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban selain lirikan singkat dari Arya.
Berbeda dengan Rara dan sahabat lainnya yang antusias mengikuti acara perkenalan ini, Anan justru berusaha menyembunyikan wajahnya.
Flashback on
"Kenapa kamu menghalangi jalan saya?" tanya Arya setelah turun dari mobilnya.
"Kamu harus tanggung jawab," jawab Anan setengah emosi. Arya hanya memicingkan matanya.
"Minggu lalu mobil ini menyerempet mamah saya hingga mamah saya terluka," terang Anan.
Jadi, ketika mamah Yati hendak menyeberang jalan mengarah ke toko tempat keperluan mamah Yati berada, tiba-tiba datang sebuah mobil yang ingin melintas dengan kecepatan di atas rata-rata. Rasmi yang berada tidak jauh dari mamah Yati berusaha menarik mamah Yati ke trotoar, namun usaha Rasmi tidak berjalan mulus. Ia dan mamah Yati terserempet dan terjerembab ke trotoar. Alhasil, mereka pun mendapatkan beberapa luka ringan. Beruntung hanya luka ringan. Dan beruntungnya lagi, Rasmi dapat mengentarai jenis kendaraan tersebut serta menghafal nomor platnya.
Ini terjadi sehari sebelum jadwal pengumpulan tugas. Andai kata dapat diwakilkan, maka dengan senang hati Anan akan menitipkan pada salah satu sahabatnya. Namun hal itu tidak diperbolehkan oleh dosen mata kuliah tersebut. Entah apa alasannya, hanya si dosen yang tau.
"Apa anda sudah amnesia wahai tuan kaya yang sombong?" tanya Anan melirik sekilas ke arah mobil yang dikendarai Arya, yang Anan yakini kalau itu mobil mahal.
"Jadi berapa yang harus saya bayar?" tanya Arya tanpa basa basi dan hanya mengedarkan pandangannya ke orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.
"Apa seratus juta, cukup?" tanyanya lagi.
Hingga emosi Anan makin tersulut.
"Gila ya, kamu harus minta maaf sama mamah aku," ucap Anan emosi.
"Saya tidak ada waktu," ucap Arya sambil berlalu meninggalkan Anan.
Namun belum sempat Arya memegang handle pintu mobilnya Anan berteriak.
"Kamu telah menghacurkan masa depan saya, kamu harus tanggung jawab," teriak Anan yang entah dapat mujizat dari mana berani berkata seperti itu.
Tetapi Anan berusaha tenang, "bodoh amat, yang penting usahaku berhasil," ucap Anan dalam hati.
Akibat dari teriakan itu, sontak saja Arya berbalik begitu juga dengan orang yang berada di sekitar mereka. Tak kalah heboh ibu-ibu yang menyuarakan asumsi dan uneg-uneg masing-masing.
Hingga seorang bapak paruh baya berkata, "Sebaiknya kalian selesaikan masalah kalian dengan cara baik-baik."
"Baik-baik gimana? Saya sendiri tidak paham salah saya dimana," ucap Arya namun hanya dalam hati.
Dengan langkah tenang Arya mendekati Anan yang berjarak sekitar tiga meter darinya.
"Mana handphone kamu," minta Arya.
Arya menghubungi sekumpulan angka yang ia ketik yang tak lain adalah nomor handphonenya sendiri, setelah itu mengembalikannya ke Anan.
"Ini nomor saya, saya akan menghubungi kamu untuk menyelesaikan masalah kita," ucap Arya dengan penekanan.
Lalu Arya berbalik melangkah masuk ke dalam kendaraan yang setia menunggunya sejak tadi bersama sang sopir.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
titik
aq ❤❤ dlu ya kak, lw ada waktu ru ku baca sama uda q ksih bunga
2021-06-05
1
DoReMi18
Hai kak Akuuu datang, SEMANGAT SELALU YAAH SELAMAT BERJUANG 🔥🔥
Thor dapat salam dari Three Sweet Dads datang yah ntar disambut disana muehehehee
Blurb ...
"Kita gak bisa ngerawat dia! bawa saja dia ke panti asuhan!" Kendy sungguh tak habis pikir dengan temannya yang membawa bayi tanpa identitas itu. Dan merawatnya? heh! yang benar saja dikira merawat bayi itu sama dengan merawat kucing.
"Gue kira lo beda sama orang tu lo ternyata lo sama aja!!!" Bentak Abi.
Lasa bergeming melihat kedua sahabatnya yang berdebat. Si pohon pinang ini memang kaku, tak banyak berbicara. Hidupnya lurus-lurus saja seperti batang pohon pinang.
kisah tiga orang Ayah yang sebenarnya tak siap untuk menjadi ayah. Tanpa menikah mereka sudah menjadi ayah? hah, yang benar saja. Awalnya mereka menolak merawat bayi tanpa identitas itu namun keadaan memaksa mereka untuk merawat bayi mungil itu. Siapa sangka kehadiran bayi itu membuat kehidupan mereka penuh dengan warna, memperbaiki banyak kesalah pahaman yang terjadi serta memperbaiki kisah percintaan meraka bertiga.
Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?
2021-04-04
1
.
mulai baca, narasi rapi semangat
2021-03-02
1