Bab 3

Jam 5 sore Anan dan mamah Yati bersiap pulang ke rumah, begitu juga dengan Rasmi. Rasmi pulang dengan mengendarai motor maticnya sendiri, sedang Anan dan mamah Yati menggunakan jasa taksi online. Mamah sendiri tidak mau bertanya perihal kenapa anaknya itu ke toko diantar oleh Rara dan dimana kendaraan miliknya sekarang.

Sekitar 15 menit kemudian, Anan dan mamah Yati tiba di rumahnya di kompleks perumahan yang sangat sederhana yang memang diperuntukkan untuk kalangan menengah ke bawah.

Dulu, dengan alasan pekerjaan papa Anan pergi meninggalkan mamah Yati. Namun, semakin hari mamah Yati tak kunjung mendapat kabar sama sekali. Hingga genap sebulan setelah kepergian sang suami, mamah Yati dinyatakan positif hamil sepuluh minggu oleh bidan puskesmas di kampungnya.

Ada kebahagiaan tersendiri saat mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ibu. Akan tetapi, semakin mamah Yati memikirkan kehamilannya, semakin sedih pula hatinya, mengingat dirinya hamil tanpa didampingi oleh suami.

Beruntung, masih ada Nurhayani yang akrab disapa Yani, adik kandung dari mamah Yati menemaninya. Namun demikian, mamah Yati selalu mencoba untuk ikhlas dan tersenyum.

Begitu Anan lulus SMA, mamah Yati dan Anan pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikan Anan di bangku kuliah. Apalagi, Yani, tante Anan telah menikah dan hidup bersama suaminya di kota lain sejak Anan masih berusia 10 tahun dan menetap di sana hingga saat ini.

"Kamu baik-baik saja kan sayang?" tanya mamah begitu berada di ruang tamu.

Sambil tersenyum Anan menjawab, "Anan baik kok Mah" ucapnya.

"Ya sudah, kamu mandi kemudian istirahat. Hari ini biar Mamah saja yang nyiapin makan malam" kata mamah.

"Iya, Mah" ucap Anan.

Anan kemudian masuk ke kamarnya dan segera membersihkan diri. Setelah membersihkan diri sambil menunggu ibadah shalat magrib, Anan memainkan ponsel miliknya. Belum satu menit dia mainkan ponselnya, tiba-tiba androidnya itu berdering dan menampilkan Rara memanggil pada layarnya.

"Aku yakin ini ada hubungannya dengan Septi and the gank."

Kalimat yang pertama kali terdengar oleh indera pendengaran Anan yang merupakan suara dari Rara.

"Waalaikumsalam, kebiasaan deh" ucap Anan.

"Hehehe.. maaf, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Gimana menurut kamu, Nan?"

"Entahlah, aku tidak tau. Kalo pun iya, kali ini aku salah apa lagi."

"Paling juga seperti biasa, karena kamu lebih unggul dari mereka."

"Tanaman kalee, bibit unggul."

"Ya.. apa lagi coba, kalo bukan karena mereka sirik. Sirik kan tanda tak laku."

"Jadi menurutmu aku dah laku gitu?.. Itu mulut asal jeplak aja."

"Yeee..bukannya bersyukur dibantu mikir, malah dikatain asal aja."

"Maacih sahabatku Rara yang muanizzznya sekompleks. Aku baru ngeh, kalo tuh otak bisa mikir. Kirain cuma pelengkap."

"Anannnn.. !!! pokoknya aku yakin, kalo ini ulah mereka. Dan aku siap buat perhitungan dengan mereka. Ya udah, aku tutup ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah Anan dan Rata menyudahi percakapan mereka melalui ponsel, pintu kamar Anan terketuk oleh mamah Yati.

"Boleh Mamah masuk, nak?" pinta mamah Yati yang sebenarnya tidak mau mengganggu waktu istirahat anaknya. Namun karena terbesit kegelisahan di hatinya, terpaksa ia lakukan.

"Silahkan Mah, tidak terkunci" ucap Anan.

Setelah berada di dalam kamar Anan, mamah Yati duduk di atas tempat tidur berhadapan dengan Anan.

Sambil menggenggam tangan Anan, mamah berucap, "Sayang..Mamah masih tidak menyangka kalo anak perempuan yang mamah rawat sejak lahir, kini sudah jadi seorang gadis yang cantik, pintar dan mandiri. Walaupun terkadang Mamah kangen kamu bermanja-manja dengan mamah, kamu nangis dipelukan Mamah, kamu ceritakan semua hal yang kamu jumpai di luar sana ke Mamah. Jujur Mamah kangen sayang dengan semua itu. Tapi kalau memang kamu merasa berat untuk cerita ke Mamah, Mamah tidak akan maksa sayang. Mamah yakin, kamu punya cara sendiri untuk menyelesaikan apapun permasalahan yang kamu hadapi" ucap mamah dengan bijak dan dengan mata yang berkaca-kaca.

Sontak Anan langsung memeluk mamah Yati dan dibalas oleh mamah Yati.

"Maafin Anan Mah, kalau Anan ada salah. Tidak ada sedikit pun niat Anan untuk jauh dari Mamah. Anan akui, kalo Anan kadang asyik dengan dunia Anan sendiri. Tapi Anan mohon, Mamah tetap di sini bersama Anan, menemani Anan sampai kapan pun. Anan ingin buat Mamah bahagia, karena Anan tau, tidak mudah merawat Anan dari lahir sampai sekarang ini. Mamah berjuang sendiri menghidupi Anan, menyekolahkan Anan dan memenuhi segala kebutuhan Anan. Tidak semua ibu bisa seperti Mamah. Terima kasih telah ngelahirin Anan, terima kasih telah merawat Anan, terima kasih karena telah bersedia hidup bersama Anan" ucap Anan yang sejak tadi berurai air mata.

"Mamah adalah Mamah terhebat yang ada di dunia ini. Anan janji, akan selalu buat Mamah bahagia, akan selalu buat Mamah bangga dan akan selalu ada buat Mamah" ucap Anan lagi seraya melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan mamah Yati.

"Mamah bersyukur kamu terlahir dari rahim Mamah sayang. Ingatlah, tidak ada masalah tanpa penyelesaian. Hidup ini tidak selalu mudah, adakalanya kita harus berhadapan dengan sesuatu yang tidak kita inginkan sama sekali. Namun bijaklah dalam menyikapi. Karena dengan adanya permasalahan, bukan sekedar mengajarkan kita tentang cara penyelesaiannya, tapi juga mengajarkan kita tentang arti hidup" ucap mamah.

"Anan sayang Mamah" ucap Anan memeluk mamah lagi.

"Mamah jauh lebih menyayangimu sayang" timpal mamah sambil mengelus kepala bagian belakang Anan.

Setelah pelukan mereka saling terlepas, mamah berkata, "Tidak ada seorang ibu pun yang tak menginginkan kebahagiaan untuk anaknya. Setiap ibu pasti berharap anaknya bahagia dan sukses meraih cita-cita. Tak terkecuali Mamah. Mamah ingin kamu tidak merasakan apa yang pernah Mamah rasakan, karena Mamah tidak ingin kamu terluka dan menangis."

Waktu magrib pun tiba, suara azan magrib berkumandang di masjid kompleks perumahan yang dihuni Anan dan mamah Yati.

Seperti biasa, Anan dan mamah Yati melaksanakan ibadah shalat magrib di kamar masing-masing.

Setelah melaksanakan ibadah shalat magrib, mereka duduk di meja makan menikmati makan malam mereka. Hanya ada suara dentingan sendok dan piring di sana, karena sejak kecil mamah Yati telah mengajarkan agar sebisa mungkin untuk tidak berbicara disaat sedang makan.

Anan segera membersihkan peralatan makan yang ia dan mamah Yati tadi pakai. Tak lupa juga ia membersihkan meja dan dapur. Setelah itu, ia menemui mamah di ruang tv.

Meskipun hunian Anan dan mamah Yati sebuah hunian yang sangat sederhana. Tapi, segala aspek dari sebuah rumah telah ada di dalamnya. Mulai dari teras, ruang tamu, ruang keluarga atau ruang tv, dua buah kamar dimana salah satunya terdapat kamar mandi di dalamnya yang merupakan kamar milik Anan, satu kamar mandi yang berada di luar kamar dan juga dapur. Walaupun setiap bagian itu tidak luas.

Ini karena mamah Yati telah merenovasi sebagian dari rumah tersebut menjadi lebih layak huni.

Setelah beberapa jam Anan di depan tv, Anan izin ke kamarnya untuk tidur lebih dulu.

Begitu sampai di tempat tidur, Anan mendengar ponsel miliknya berbunyi tanda pesan chat masuk. Namun betapa kagetnya Anan setelah membaca isi dari pesan chat tersebut.

💠💠💠

Nah.. pada penasaran kan siapa yang mengirimkan pesan chat ke Anan..

Ikuti cerita selanjutnya, dan jangan lupa tuk selalu like, vote dan komen ya..

Terima kasih😘

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!