Hi, my readers. Aku berharap kalian suka cerita aku. Meskipun tidak gimana-gimana, semoga kalian menikmatinya.
Selamat membaca..
💠💠💠
Belum sempat gemuruh suara yang bersahut-sahutan menghilang, tiba-tiba muncul suara melalui mikrofon.
"Saya yakin orang yang di samping kamu tau jawabannya," ucap Arya dengan melirik ke arah orang yang duduk di samping Rara, yang tak lain dan tak bukan adalah Anan.
Bukan hanya Rara yang memalingkan wajahnya ke arah Anan berada, bahkan seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang ada dalam aula yang penasaran tentang siapa orang yang ditunjuk oleh dosen baru tersebut pun ikutan menoleh.Tentu saja timbul pertanyaan dibenak mereka, jangan ditanya bagaimana reaksi sahabat-sahabat Anan. Sedangkan orang yang dimaksud semakin menundukkan kepalanya. Bukan karena tidak berani menatap orang-orang yang saat ini melihatnya, tapi karena memikirkan nasib selanjutnya di tempat ia menimba ilmu saat ini. Mengingat orang yang ia permalukan tadi di jalan adalah dosen pengganti yang akan menjadi dosen pembimbingnya.
"Kok bisa kebetulan begini sih. Mana dia kentarain aku lagi, aduh... Mamah, bantu anakmu yang cantik tapi sedikit oon ini. Ah, sudahlah. Udah ketahuan juga, hadapin aja. Anan, kamu bisma. Eh salah, kamu bisa!" gerutu Anan dalam hati seraya menyemangati dirinya meskipun gugup.
Rara yang sejak tadi menatap Anan udah gatel ingin bertanya ke sahabatnya yang sejak tadi hanya diam saja ini. Sedang Salma yang duduk di samping kiri Anan segera menyikut Anan karena menyadari tatapan aneh Rara. Ya, walaupun Salma juga penasaran dalam hal ini.
Karena mendapat sikutan dari Salma, Anan pun langsung menoleh ke arah Salma yang dibalas dengan Salma menunjuk ke arah Rara menggunakan dagunya. Hal ini membuat Anan harus memutar wajahnya menghadap Rara.
Mendapat tatapan aneh dari Rara, Anan mengerti apa yang ada di pikiran sahabatnya yang usil, centil dan sedikit gesrek itu.
"Ntar aku cerita ke kalian bertiga," ucap Anan yang tidak mau sahabatnya berpikiran macem-macem terhadapnya. Lalu disambut anggukan oleh ketiga sahabatnya.
Berbeda dengan Anan yang sedang galau, Arya yang saat ini telah duduk kembali setelah dari podium, menarik salah satu sudut bibirnya, puas dengan apa yang dialami oleh Anan.
"Ini kamu yang meminta," ledek Arya dalam hati
"Ada hubungan apa kamu dengan pak Arya?" tanya Rara ke Anan tanpa menunggu lama setelah mereka bubar dan keluar dari aula kampus, lalu duduk kembali di tempat mereka sebelum masuk aula.
"Aku dan pak Arya tidak ada hubungan apa-apa," jawab Anan yang membuat Rara dan Salma memicingkan matanya, tanda belum puas dengan jawaban yang diberikan Anan. Sedangkan Adji hanya duduk santai menyimak obrolan mereka.
"Okey, aku akan cerita, tapi kalian harus diam dan jangan ada yang menyela," ucap Anan kemudian dibalas anggukan oleh Salma dan Rara.
Anan pun mulai menceritakan kronologi bagaimana ia mempunyai nomor handphone pak Arya di ponsel miliknya. Termasuk bagaimana dia menghadang mobil yang dikendarai oleh pak Arya waktu itu.
"Hebat kamu Nan," seru Adji sambil mengangkat jempol tangan kanannya tepat menyentuh hidung Anan. Yang mendapat teriakan dari Anan.
"Adji Abdi Prasetya!!! Awas kalo kamu masih nyentuh hidungku, aku bilang ke Wawa kalo kamu punya gandengan baru."
Sontak Adji langsung melotot dan bingung dari mana Anan bisa tau.
"Apa? Heran ya dari mana aku bisa tau!Makanya jangan macem-macem dengan Anan," seloroh Anan dengan bangganya.
Seperti biasa, Adji selalu terkekeh dan mengacak ringan rambut Anan jika Anan bertingkah seperti itu. Karena menurutnya, itu lucu.
Dan tanpa mereka ketahui, beberapa meter dari tempat mereka berada, yaitu di tempat parkiran dosen, sepasang mata menyaksikan tingkah mereka. Dia adalah Arya.
"Kita menuju kantor pak!" perintah Arya ke sopirnya, setelah memuaskan netranya.
"Baik, tuan," ucap sang sopir dengan hormat.
Kembali ke Anan dss (dan sahabat-sahabatnya).
"Lalu bagaimana reaksi pak Arya setelah kamu teriakin dia?" tanya Salma penasaran.
"Pasti pak Arya malulah," tebak Rara.
"Tapi, bukankah pak Arya yang menggantikan pak Hendrawan sebagai dosen pembimbingmu," ucap Salma ke Anan sedikit khawatir.
"Bonyok kamu Nan," sewot Rara.
"Hussh! Apaan sih kamu Ra," sela Adji yang mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Anan saat ini.
"Iya, iya, mangap. Eh, maaf," ucap Rara cengengesan.
"Kamu tenang aja Nan, InsyaAllah semua pasti baik-baik aja," ucap Salma menenangkan sambil mengusap punggung tangan milik Anan.
"Iya, betul tuh Nan. Kamu kan pinter, kamu pasti bisa ngehadapi dosen baru itu. Lagian kan belum tentu juga dia killer," jelas Rara.
"Duh, kalian baik banget sih, jadi terharu deh. Oh my sisters," ucap Anan sedikit lebih tenang sambil merentangkan kedua lengannya dan memeluk Salma dan Rara.
"Ini nih, yang aku tidak suka dari kalian bertiga. Giliran adegan peluk memeluk aja, aku seolah tak kasat mata. Sekali-kali ajak aku kek, kayak Teletubbies gitu. Pelukan berempat," komplain Adji namun hanya bercanda.
"Mau?" tanya Rara yang langsung mendapat anggukan penuh semangat dari Adji, meskipun Adji tau kalo itu mustahil.
"Noh, pohon mangga nganggur," ucap Rara sambil menunjuk pohon mangga yang tak jauh dari tempat mereka dengan menggunakan bibir dan dagunya.
"Uhh, dasar! Cantik sih, tapi ngeselin!" kata Adji. "Ihh, sorry ya, aku muanizzz kalee," timpal Rara yang tidak mau dikatain cantik.
"Ya udah, kalo gitu aku pulang duluan ya. Soalnya aku udah janji bantuin mamah di toko kue hari ini. Maklum, mamah dapat orderan banyak hari ini," pamit Anan, juga menjelaskan.
"Alhamdulillah, semoga kue tante Yati semakin laris ya di pasaran, amin," kata Salma mendoakan. Dan yang lain pun mengaminkan.
Anan pun meninggalkan mereka menuju parkiran di mana kendaraan roda dua miliknya terparkir. Namun, betapa kagetnya Anan ketika melihat motor matic miliknya tak seperti waktu terakhir kali dia memarkirnya.
Kedua kaca spionnya pecah walaupun masih terpasang di posisinya. Kedua rodanya kempes dan terdapat selembar kertas yang melekat di atas pedometer motor tersebut.
Tanpa menunggu waktu, Anan langsung meraih kertas tersebut lalu membacanya.
"Akan seperti ini dirimu, jika kamu berulah."
Seketika kening Anan mengernyit. Kemudian kembali menemui sahabatnya yang masih setia duduk di taman kampus. Tak lupa dengan membawa serta selembar kertas tadi.
"Loh, kok balik lagi? Kirain udah nyampe toko" tanya Rara.
"Nih!" seru Anan seraya meletakkan lembaran kertas yang ia bawa di meja taman di hadapan mereka.
"Ini apa maksudnya?" tanya Salma setelah membaca isi dari kertas itu.
"Kamu nemu ini dimana?" Tanya Adji tak mau kalah.
Anan hanya menarik nafas panjang kemudian mengeluarkannya perlahan lalu berkata, "Aku nemu ini di atas motor aku, dan parahnya motor aku dirusakin."
"Apa??" pekik ketiga sahabat Anan bersamaan.
"Kamu pulang bareng aku aja Nan, aku nyalonnya biar besok-besok aja. Untuk urusan motor, serahin sama Adji," ajak Rara.
"Iya, kamu langsung pulang saja. Bukannya kamu buru-buru mau ke toko kue tante Yati? Pokoknya terima beres," ucap Adji membenarkan.
"Maaf ya, jadi ngerepotin," ucap Anan.
Anan pulang bersama Rara sedangkan Salma bersama Adji yang memang searah dengan tempat tinggalnya, setelah Adji menyerahkan motor matic milik Anan ke bengkel langganannya.
Sepanjang perjalanan pulang, Anan terus memikirkan tentang siapa pelaku pengrusakan motornya. Dan apa maksud dan tujuan pelaku melakukannya.
Rara yang menyadari hal itu membuyarkan pikirannya.
"Udah, tidak usah terlalu dipikirin. Kita pasti akan tau siapa pelakunya. Kalo perlu kita balas. Emang dia aja yang bisa, kita juga bisa. Dia belum tau aja, kalo dia telah mengusik dewi Qwan in yang lagi bersemedi," ucapnya menggebu.
Dan kalo Rara sudah seperti ini, Anan pasti tersenyum dibuatnya. Karena terkadang sahabatnya yang satu ini, otak sama mulutnya kadang tidak sejalan.
Jam 11.15 Anan tiba di toko kue milik mamahnya.
"Kamu sudah tiba sayang?" tanya mamah Yati. Anan hanya mencium pipi mamah Yati kemudian berjalan menuju dapur kue dimana terdapat Rasmi yang sedang sibuk dengan adonannya.
Mamah Yati yang menyaksikan hal itu merasa ada yang tidak beres. Biar bagaimana pun naluri seorang ibu pasti peka.
💠💠💠
Jangan lupa like dan vote ya readers yang baik. Terima kasih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
white carol
nyimak
2021-09-08
0
Bundaa Mutiyaa Ajhaa
masih nyimak
2021-04-09
0
Jelo🍊
Waduh ada "Salma" nya, jadi semangat dehhh...... 😄
2021-02-22
1