Bab 5

Setelah meninggalkan apartemen M milik Arya, Anan bergegas menuju kafe Rindang. Ketika berada dalam lift tadi, Anan menerima pesan chat dari Salma agar berkumpul di kafenya. Ya, kafe Rindang adalah kafe milik Salma. Karena hari ini mereka tidak ke kampus maka Salma mengajaknya berkumpul. Dan juga, ingin membahas sesuatu.

Begitu tiba di kafe tersebut, Anan masuk lalu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Salma.

"Anan, di sini" panggil Salma yang melihat keberadaan Anan.

Anan pun mengarah ke tempat duduk Salma dan ternyata sudah ada Rara dan juga Adji di sana.

"Kok lama? tanya Salma.

"Oh, itu.. umh..di jalan macet" jawab Anan sedikit gugup. Tidak mungkin kan kalau di bilang habis dari apartemen pak Arya.

"Kita ngumpul di sini, ada apa sih?" tanya Anan penasaran.

"Ini tentang orang yang meneror kamu" jelas Salma.

"Maksudnya?" tanya Anan lagi.

"Aku dan Adji dari kemarin berfikir kalo ini masih orang yang sama" kata Salma.

"Nah.... !!! Apa aku bilang.. " seru Rara dengan suara yang nyaring, membuat beberapa pengunjung yang duduk di sekitarnya menoleh ke arah meja mereka.

"ooppsss.. !!! Maaf.. " ucap Rara lagi menyadari.

"Kalian yakin? Kita tidak punya bukti. Dan kalo pun bukti mengarah ke dia, apa kita bisa memberinya hukuman. Secara, dia kan anak dari salah satu donatur di kampus kita. Tahun lalu aja dia hanya diperingatkan, dan itu pun karena ada pak Hendrawan. Sedangkan sekarang, pak Hendrawan lagi sakit. Bisa apa kita?" terang Anan.

"Untuk bukti, kamu jangan khawatir. Emang sih, kita tidak bakalan dapat rekaman cctv kampus. Tapi, pemilik toko alat tulis di seberang kampus adalah teman aku. Namanya Dewa, dia bersedia menunjukkan rekaman cctv yang mengarah ke jalan. Katanya, tangkapan kameranya ada yang sampai ke parkiran kampus. Semoga saja kejadiannya tertangkap kamera" ucap Adji menenangkan Anan.

Jadi, karena kejadian tahun lalu. Para mahasiswa dilarang meminta bagian cctv kampus untuk membuka rekaman cctv dengan alasan apapun kecuali atas izin pihak kampus. Dalam hal ini rektor, dekan atau dosen.

"Aku udah hubungi dia tadi pagi, dan hari ini juga kami janjian di tokonya. Kalo kalian mau ikut, juga boleh" ucap Adji lagi.

Tak lama kemudian, ponsel milik Adji berdering. Rupanya sang pemilik toko alat tulislah yang menelponnya. Dan memintanya untuk ke tokonya sekarang juga.

Mereka lalu bergegas menuju toko alat tulis yang dimaksud. Mereka berangkat dengan mengendarai mobil Adji karena kebetulan juga, mobil Rara sedang diservis.

Sesampainya mereka di tempat tujuan, meraka langsung di sambut oleh si empunya toko yang tak lain adalah Dewa, teman dari Adji. Mereka lalu masuk ke ruang pribadi Dewa dimana monitor cctv berada.

Dan tidak salah lagi, pelakunya memang orang yang mereka curigai.

"Aku bilang juga apa! Itu pasti ulah mereka. Dasar Septik tank. Pengin aku ulek-ulek dia biar tau rasa" ucap Rara emosi.

"Terus gimana dong?.." tanya Anan.

"Gini aja, untuk sementara, rekaman ini kita simpan. Sambil kita menunggu kegilaan apa lagi yang akan mereka lakukan. Tidak apa kan Nan?" ucap Adji menyarankan.

"Tidak apa-apa sih. Aku juga tidak mau memperpanjang masalah ini" ucap Anan menyetujui.

"Jadi kita diam aja gitu, tanpa membalas perbuatan mereka?" tanya Rara tidak terima. Namun segera ditenangkan oleh Salma karena sahabatnya yang satu ini memang rada emosian.

"Tunggu deh, lalu apa coba motif mereka melakukan ini ke Anan?" tanya Salma setelah menyadari satu hal.

"Itu dia, aku sendiri juga tidak tau" ucap Anan mengingat-ngingat.

"Apa ini ada hubungannya dengan pak Arya ya?" tanya Anan lagi menerka-nerka.

"Bisa jadi, secara kan kamu punya nomor dosen baru itu" seru Rara.

"Dan lagi, pak Arya kan guanteng" cicit Rara dengan gaya centilnya dan melupakan emosinya yang entah menguap kemana.

"Uhh.. dasar giliran mikirin ganteng aja, tuh otak responnya cepat" usil Adji.

"Ihh..biarin" sewot Rara.

"Masa sih, karena itu?" tanya Anan ragu.

"Ya.. kita liat aja" ucap Salma.

Setelah mendapatkan salinan rekaman cctv, Adji menelpon pihak bengkel agar mengantarkan motor matic milik Anan ke toko alat tulis di seberang kampus mereka.

20 menit kemudian, motor matic milik Anan tiba di tempat yang disebutkan Adji.

Anan pun izin pulang terlebih dahulu. Tepat di perempatan lampu merah, tanpa Anan ketahui, Arya melihatnya berada tidak jauh dari posisi mobil Arya saat ini.

"Oo.. jadi tadi dia ke apartemenku pake motor itu" gumam Arya. Tapi tak terdengar oleh Dimas karena di dalam mobil Arya juga terdengar suara musik. Padahal, Arya tidak tau saja kalo Anan baru menggunakan motornya kembali setelah dari bengkel karena sengaja dirusak.

Selang beberapa detik kemudian, mobil Arya yang dikemudikan oleh Dimas dan motor matic Anan bergerak maju.

"Ikuti motor matic itu" ucap Arya seraya menunjuk ke arah kendaraan yang dimaksud.

"Tapi, bukannya kita harus ke rumah utama? tanya Dimas mengingatkan.

"Udah, ikuti aja" suruh Arya.

Dimas pun mulai mengikuti kemana kendaraan Anan bergerak. Namun, baru beberapa meter Dimas mengikuti Anan, ponsel Arya menerima pesan chat dari maminya yang menyuruhnya ke rumah utama sekarang juga.

Begitulah naluri seorang ibu, dia begitu perasa. Beberapa jam yang lalu mami Arya menelpon agar sepulang dari kantor, anaknya itu mampir ke rumah utama. Namun siapa sangka, begitu melihat Anan di jalan, dia berniat mengikutinya sampai tujuan tanpa mempedulikan permintaan maminya. Mungkin karena terdorong oleh sesuatu, hingga mami Arya mengiriminya pesan, mengingatkan anaknya untuk ke rumahnya.

"Kita langsung ke rumah utama!" titah Arya setelah membaca isi dari pesan chat yang dia terima.

"Mau kamu itu apa sih?" tanya Dimas bingung.

"Trus, siapa juga cewek yang kamu suruh aku ikutin tadi" tanya Dimas lagi, penasaran.

"Tidak usah bawel, jalan!" perintah Arya

Setiba di rumah utama, Arya dan Dimas disambut oleh maminya Arya.

"Sayang.. mami kangen sama kamu" ucap mami Clara memeluk Arya.

"Hai Dim, kamu apa kabar?" tanya mami Clara ke Dimas setelah melepaskan pelukannya.

"Baik tante" jawab Dimas singkat.

"Masuk yuk, papi juga ada di dalam" ucap mami mempersilakan.

Mereka pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ruang keluarga, dan sudah ada pak Wijaya, papi dari Arya di sana, duduk sambil membaca majalah bisnis.

Arya duduk bersebelahan dengan Dimas sedangkan papi Wijaya bersebelahan dengan mami Clara.

"Bagaimana kerjasamamu dengan tuan Kemal?" tanya papi membuka obrolan setelah menyeruput teh hijau miliknya dan meletakkannya kembali ke atas meja.

"Minggu depan rencananya penandatanganan kerjasama pi, dan nanti Arya sendiri yang menghadirinya" jawab Arya.

"Lalu kapan kamu mulai mengajar?" tanya papi lagi.

Belum sempat Arya buka suara, kembali papi berucap, "Jangan kelamaan, kasian mahasiswa dan mahasiswi kamu".

"Pi.. apa tidak ada cara lain?" tanya Arya yang notabennya tidak mau jadi dosen dan belum mau jadi CEO di perusahaan papinya. Karena menolak dijodohkan dengan anak dari sahabat papinya, maka jadilah dia Direktur sekaligus dosen di yayasan milik maminya.

"Ada, menikah dengan Lexa" jawab papi. Membuat Arya mendengus pelan.

Arya bukan tidak mau dijodohkan dengan Lexa, hanya saja Arya belum mau membagi waktunya antara pekerjaan dan wanita.

Setelah perbincangan mereka yang banyak membahas tentang pekerjaan, Arya dan Dimas pun pamit. Mereka berangkat menuju apartemen M. Mereka memang tinggal di gedung apartemen yang sama, tapi beda unit.

💠💠💠

Jangan lupa tinggalkan jejak ya..

Like dan komen selalu..

Terima kasih 😘

Terpopuler

Comments

Kim Aidien

Kim Aidien

Halo mak, jangan lupa semangat😁

2021-03-09

1

Novia Zulfahmi

Novia Zulfahmi

Hayy Thor semangat Terus yah.

salam dari "Apa Salahku???"
si gadis remaja bernama Rina

2021-01-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!