TRULY HAPPINESS (KUMPULAN CERPEN)
Ana menguap lebar. Matanya sudah terlihat merah dan nanar, berat banget untuk diajak melek. Wajar, karena jam weker di samping laptopnya sudah menunjukkan angka 1:30. Artinya dia senasib dengan satpam komplek rumahnya yang dia yakini masih melek juga untuk ronda.
Gila! Nih tugas kapan kelarnya coba? Sungutnya dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya yang sudah kusut dari tadi.
Sebenarnya paper membedah puisi sastra yang diberikan dosennya ini sudah ada sejak seminggu yang lalu. Tapi seperti biasa, Ana seneng banget mengerjakan semua tugas kuliahnya sistem kebut semalam alias dadakan. Akhirnya seperti ini deh, dia jadi kalang kabut sendiri dan menyalahkan siapapun atau apapun yang dia mau. Padahal yang salah sebenarnya dia sendiri.
Ana menguap lagi. Dia lalu meraih mug kopi keduanya dan meminum kopinya hingga tak bersisa lagi dan berharap itu bisa membantu dia menyelesaikan tugasnya. Dia menghela nafas panjang sambil meletakkan mugnya di samping laptop. Seperti ada beban berat yang mau dia lepas. Beban jadi anak kuliah yang saban hari ada tugas paper yang harus kudu wajib dikerjakan kalau tidak mau dapat nilai E ditranskrip nilai dan mesti ikut kuliah tambahan di hari libur.
OH NO!!
Dengan pasrah akhirnya dia memaksakan jari-jarinya yang sudah setengah kaku untuk kembali mengetik di keyboard dan matanya yang semakin merah dan berair juga sudah lekat lagi sama layar laptopnya.
Pokoknya nih paper harus selesai, biar rencana gue enggak berantakan. Tekadnya dalam hati.
"Busyet, Nto. Mata lo kenapa?"
Keesokan paginya Abed dengan semena-mena mengangkat kepala Ana yang sedang menempel di atas meja kantin dan memastikan kalau dia tidak salah lihat.
"Sejak kapan lo suka mabok-mabokkan?"
Lanjutnya semakin semena-mena dan membuat beberapa mahasiswa dari berbagai angkatan yang sedang nongkrong-kalau kata anak jaman dulu dan sekarang- di beberapa titik di sekitar meja mereka menengok ke arah mereka.
(Jangan bingung juga ya. Emang cuma Abed yang manggil Ana dengan Anto. Ntar juga tahu apa sebabnya.)
"Sembarangan lo kalau ngomong."
Balas Ana ketus sambil melepaskan tangan Abed di kedua sisi kepalanya dan kembali menempelkan sisi samping kepalanya di meja.
Abed pun tertawa sambil membetulkan ikatan rambutnya. (Beberapa anak cowok Green Edelweis memang berambut gondrong, salah satunya Abed)
"Ini semua gara-gara tugas sastra ini tahu." Lanjut Ana lagi masih dengan posisi menempel di meja kantin yang terbuat dari kayu.
Abed pun mengambil hasil paper Ana yang dikerjakan dengan penuh perjuangan dan sudah di jilid rapih di meja lalu membaca judulnya dan kembali tertawa.
"Salah lo sendiri, kenapa suka banget mengerjakan semuanya dadakan."
"Bodo amatlah, yang penting sudah kelar dan kita bisa ke Bandung besok."
Abed hanya bisa senyum-senyum sambil menggelengkan kepala lalu membiarkan Ana terpejam.
Kyrana Felessia tiba-tiba saja suka dengan hal yang bersifat petualangan ketika pertama kalinya dia masuk kuliah. Jujur dia tidak pernah punya pengalaman naik gunung, paling ekstrem yang pernah dia lakukan ya ikutan kemping di alam, itupun bukan alam liar tapi di alam bumi perkemahan.
Dan alasannya yang paling utama kenapa dia nekat mendaftar jadi salah satu calon anggota di organisasi Pecinta Alam di kampusnya karena dia kepincut sama salah satu senior di kampusnya dan Anapun baru tahu kalau si Senior kasep itu ada di dalam keanggotaan Pecinta Alam. Tanpa pikir panjang, dia minta formulir yang wajib mengikut-sertakan ijin orang tua. Dan seperti dapat anugerah terindah, orang tuanya mengijinkan si anak bontot itu ikut kegiatan ekstrem selama tidak membahayakan jiwa dan raganya^^.
Di dunia barunya-Pecinta Alam-, Ana tidak hanya diajarkan gimana caranya naik gunung dan materi fisik yang membuat badan bisa kekar, tapi juga diberikan beberapa materi yang bisa membuat keahliannya dalam bidang alam pegunungan semakin meningkat, seperti teori tentang survival atau bertahan hidup di alam, P3K, sampai materi climbing atau panjat tebing yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya apalagi melakukannya.
Kawan senasib sepenanggungannya ada 6 orang. 5 cewek dan 2 cowok-pada awalnya, tapi 1 cowok mundur beberapa hari sebelum hari H-nya-, dan angkatan Ana adalah angkatan cewek pertama yang belum pernah ada di sejarah organisasi Green Edelweis. Jadi bisa dibilang, angkatan Ana berisi cewek-cewek pemberani dan 1 cowok gagah yang bisa mengawal si cewek-cewek pemberani.
Sebelum adanya Diklat atau Pendidikan dan Latihan yang diadakan selama seminggu, sebulan sebelumnya, mereka-Ana cs- digembleng melakukan pelatihan yang menguras tenaga dan juga ke mental.
Mereka diwajibkan lari memutari lapangan basket kampus atau kadang, mereka harus berlari sambil mengukur luasnya kampus. Naik – turun tangga gedung perpustakaan kampus mereka, yang berada terpisah dari gedung utama pun jadi makanan mereka dengan tambahan bonus setiap kaki diikat beban pasir yang membuat kaki mereka terasa lebih berat. Itu untuk simulasi menaiki gunung dengan semua tumpuan ada di kaki. Dijamin bakal membuat nafas jadi senin-kamis apalagi Ana tidak terbiasa berolahraga.
Daaann.... Perjuangan mereka pun dimulai.
Mereka Diklat di Gunung Salak, tapi hanya sampai Kawah Ratu karena pertimbangan cuaca yang selalu hujan. Wajar sih, namanya juga hutan hujan tropis. Tapi Ana khususnya tidak pernah membayangkan kalau bakal sebegitunya hujan menemani perjalanan mereka. Bawaan mereka terasa semakin berat karena banyaknya air hujan yang merembes masuk di setiap perbekalan mereka.
Mereka pun lama kelamaan jadi terbiasa dengan rasa dingin atau tanah becek yang mengotori tiap sudut sepatu mereka. Para senior akhirnya berbaik hati merubah settingan perjalanan mereka yang tadinya sampai puncak Salak, hanya sampai Kawah Ratu. Dan itu jadi nama angkatan Ana cs. Srikandi Kawah Ratu. Cool!!^^
Petualangan pertamanya selama Diklat jadi hal yang paling tidak terlupakan buat Ana. Dimomen itulah dia bisa ke gunung yang sebenarnya. Bisa melakukan hal-hal yang belum pernah dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Di sana juga dia bisa merasakan nikmatnya daging cacing tanah pada materi survival.
(Enggak bisa membayangkan lo gimana rasanya? Tapi kalau lo mau tahu, coba makan tanah saja, 'coz rasa tanahlah yang lebih dominan, hehe..)
Pokoknya banyak hal lain yang seru, tidak terlupakan dan tidak sampai disitu saja ya petualangan yang diberikan oleh Green Edelweis. Masih buanyaakk.
Dan.. Salah satunya ini..
_To be continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
rednow
baru mampir....awal yg cukup menarik
2021-02-18
1
🇪rna_Wibowo
Baru nemu cerita ini. Bagus menurutku. Alur dan gaya berceritanya runtut. Minim bgt typo dan yg penting ikuti kaidah EYD, macam huruf besar sesudah titik. Bagiku ganggu bgt klo pengarang cerita ga paham aturan sederhana itu.
Semangat Author! 💪
2021-02-14
1