Beberapa tahun lalu. Ana –yang saat itu sudah jadi senior- dan para senior Green Edelweis lainnya mengadakan acara tahunan mereka yaitu Diklat untuk para calon anggota (caang) baru. Dan rapat dari panitia inti memutuskan untuk mengadakan acara tersebut di Gn. Burangrang, daerah Situ Lembang Bandung lalu berakhir di Gn. Tangkuban Perahu yang masih ada di sekitar Bandung juga.
Dari segi persiapan termasuk proposal tidak ada masalah sama sekali karena memang sudah jago melobi orang kampus. Logistik dan bahan makanan juga tidak ada kendala. Calon anggota yang tadinya 6 orang tapi akhirnya menyusut jadi 2 orang yang bernyali juga sudah terlihat percaya diri bakal sanggup jadi “pesakitan” untuk menjalankan Diklat selama seminggu. FYI, salah satu calon anggota yang bakal Ana kasih diklat adalah cowok yang harusnya ada di angkatannya tapi sebelum hari H dia mundur, ingat?
Langsung ke hari H-nya saja ya biar cepat^^.
Dan hari H pun tiba..
Berangkatlah 13 orang para senior Green Edelweis (termasuk Ana) dengan 2 orang caang mereka dari titik awal di kampus tercinta yang berada di selatan Jakarta. Selama perjalanan, tetap tidak ada masalah karena pembagian tugasnya sudah jelas dan masing-masing tahu harus melakukan apa.
Seksi transportasi sudah jago dan hapal mana bis luar kota yang sering mereka tumpangi kalau mau ke lokasi naik gunung dan yang lebih penting tarifnya bisa ditawar sampai limit termurah. Setelah beberapa kali bergonta-ganti kendaraan akhirnya sampailah mereka di tujuan pertama (pemukiman di kaki Gn. Burangrang) menjelang sore.
Setelah meminta ijin ke penduduk sekitar, mereka bisa mendirikan tenda atau istilahnya ngecamp di lapangan bulu tangkis dan mulai mengerjakan tugas masing-masing. Ada yang mendirikan tenda, masak, ada juga yang sibuk mem-plotting peta untuk perjalanan besok. Yang pasti, 2 orang caang harus mempersiapkan fisik dan mental mereka untuk menghadapi saat-saat “penyiksaan” yang bakal dimulai hanya dalam hitungan jam.
"Besok yang naik, Ochid, Tangguh, Hendru karena dia yang bakal buka jalur, Keke sama Ana." Kata Ando, sang ketua dari acara kali ini saat evaluasi rutin sebelum tidur.
Mereka-kecuali caang- duduk memutari peta topografi (salah satu nyawanya anak gunung) dan lilin sebagai penerangan. Mereka seperti prajurit dan jendral yang lagi menyusun strategi peperangan.
Ada yang sambil memegang gelas plastik yang berisi teh hangat dan juga kopi untuk mengusir rasa dingin. Ada yang semakin merapatkan jaket dan duduknya. Tidak sedikit juga ada yang sudah setengah nyawa mendengarkan instruksi Ando karena rasa kantuk yang teramat sangat.
Dan ngomongin soal Ando, orangnya tuh keliatan sangar tapi ada saatnya mereka lagi bercanda, dia bakal bisa membuat semuanya tertawa sama leluconnya.
"Peta sudah di plot, jadi, teknisnya besok, Hendru bakal jalan duluan buat membuka jalur, habis itu baru kalian menyusul sama caang, ada pertanyaan?" Tambahnya lagi sambil menatap orang-orang disekelilingnya.
Tim lapangan yang bakal dapat tugas pertama besok menggeleng bareng. Mereka sudah mengerti sama masalah teknisnya. Kalau memang ada yang berubah, tinggal improve saja asal tetap koordinasi sama semuanya biar tidak ada yang miss communication alias tidak mudeng. Hari pun ditutup dengan istirahat. Terlebih buat 7 orang yang bakal menempuh perjalanan jauh besok.
Hari pertama dimulai. Ana senang bisa bergabung di tim lapangan yang naik ke Gn. Burangrang yang tingginya kurang lebih 2050 mdpl. Bukan hanya dia memang belum pernah naik ke sana, tapi senang karena bisa bareng sama Ochid, Tangguh dan Hendru, senior sebelum angkatan dia dan Keke.
Sedikit tentang mereka ya.. Nama angkatan mereka Bucik Purnama (Ando termasuk di dalamnya). Tempat Diklat mereka waktu itu di gunung yang sama yang bakal mereka daki hari ini. Dan kata purnama diambil karena malam pelantikan mereka pas bulan purnama. Keren!
Mereka (Tangguh, Ochid dan Hendru) itu gokil banget, jadi Ana mikir pasti nanti akan menyenangkan banget perjalanan mereka seperti sebelumnya. Biarpun Ana merasakan sedikit sedih sih harus pisah seharian sama Abed, seniornya di atas angkatan Ochid cs. Akhir-akhir ini mereka berdua memang lagi dekat, padahal awalnya tidak ada detik yang mereka lewati tanpa berantem. Sekarang juga masih suka berantem, tapi jedanya lama.
Karena Abed dan Danu adalah angkatan kedua (nama angkatannya Cilember. Anggotanya: Abed, Danu, Ebith dan Ucok) yang termasuk dituakan setelah angkatan Pioneer (angkatan Pendiri: Joseph, Aan, Oding, Kingham dan Julpra), jadi mereka dapat tugas jadi tim basecamp, yang sudah jelas kerjaannya menjaga tenda biar tidak hilang.
Cuaca cerah. Seperti mendukung acara mereka. Terlebih dahulu mereka mengadakan apel pagi dulu untuk membuka acara Diklat secara resmi. Hendru tidak ikut karena subuh tadi, dengan gagah berani dia sudah jalan lebih dulu untuk membuka jalur yang bakal mereka lewati menuju Gn. Burangrang.
Setelah selesai lalu berpamitan, 6 orang akhirnya memulai perjalanan mereka. Awalnya masih biasa karena mereka masih jalan di tanah yang flat alias datar, menyusuri perkebunan jagung dan tebu penduduk sekitar, ya buat pemanasanlah.
Let's begin with the truly journey..
Mereka mulai jalan mendaki. Untungnya Ana pakai sepatu gunung yang dipinjamkan Lia. Kalau tadi dia menolak dipinjamkan, tidak terbayang deh gimana susahnya dia melewati trek terjal begini yang lebarnya cuma cukup 1 orang.
Kanan-kirinya masih berupa jurang dan yang jadi pagar pemisah buat mereka dengan si jurang tersebut cuma pohon-pohon yang masih setengah gede. Maklum, mereka tidak lewat jalur yang sudah ada, tapi lewat jalur sendiri. Yup, jalur yang sudah dibuka sama Hendru, senior yang badannya kurus, tapi tenaga dan skill-nya 4 jempol.
Perjalanan mereka terasa lambat banget karena para caang yang baru sebentar menanjak sudah mengeluh panjang. Emang sih senior yang mengawal mereka hanya bawa satu carriel (tas pendaki gunung), tapi mereka harus bawa sendiri carriel masing-masing yang beratnya bisa 30 Kg, jalan menanjak pula. Gimana tidak mengeluh!! Tapi karena Ana dan yang lain dipesenin buat tegas sama mereka, jadi kesannya tidak sabaran kalau sebentar-sebentar mereka minta berhenti buat istirahat, karena itu bisa makan waktu banget.
"Kita bakal sampai jam berapa kalau terus-terusan kaya gini? Enggak mungkin kita menginap di sini ntar malam kan?" Keluh Keke, cewek yang rempong banget kalau mau naik gunung, soalnya carriel-nya paling tinggi bukan karena bawa logistik banyak, tapi isinya kebanyakan perlengkapan pribadinya, dan dia anggota cewek paling wangi kalau naik gunung, yang langsung disetujuin oleh Ana yang lagi minum dari botol minumnya.
"Masalahnya mereka manja banget." Timpal Tangguh, cowok kurus tinggi, kulit semi oriental dengan rambut gondrong lurusnya dan dia selalu pakai slayer di kepalanya kalau lagi naik gunung begini. Gantenglah pokoknya. Terus dia suka banget ngomong "Yo, whats up, man?" dan kalau lagi ngomong sama dia jangan harap bakal langsung ditanggepin serius. Pasti dibercandain dulu.
"Bakal percuma saja kalau terus-terusan kita push mereka." Tambahnya lagi. Dia mengambil botol minum yang disodorkan Ana, lalu minum beberapa teguk dan mengembalikan botol itu ke Ana.
"Gue yakin Hendru sudah tidur di puncak nih." Kata Ochid sambil terkekeh. Merasa geli sendiri sama perkataannya. Dia memang suka banget melucu. "Ngguh, gantian ya? Pegel banget." Ochid melepaskan carriel yang menempel di punggungnya lalu menyerahkan ke Tangguh.
"Let's go." Tangguh pun kasih komando setelah melihat caang yang jaraknya sekitar beberapa meter di depan mereka mulai bergerak lagi.
Hari menjelang siang, tapi setengah perjalanan pun belum kelar mereka lalui. Mereka sama-sama sudah yakin bakal turun tengah malam. Padahal estimasi waktunya, kira-kira jam 5 sore pasti bakal sudah sampai di sisi satunya, yaitu di hutan Pinus daerah Situ Lembang.
Jadi Ana, Keke, Tangguh dan Ochid pun sudah merasa cemas banget kalau beneran sampai malam masih ada di badan gunung ini. Karena logistik yang mereka bawa tidak mengikut-sertakan tenda. Jadi mereka tidak bisa apa-apa selain terus bergerak. Untungnya mereka bareng 2 orang gokil, jadi tidak terlalu bete banget perjalanan mereka.
Lagi asyiknya jalan, Ana yang lagi bercanda sama Keke yang jalan di depannya tiba-tiba berhenti dan menoleh ke Ochid yang ada beberapa meter di belakangnya.
"Chid, lo manggil gue?"
Ochid, cowok yang juga berkulit semi oriental alias putih, punya tampang baby face dan berpipi chubby ini kasih ekspresi bingung ke Ana karena merasa tidak memanggil.
"Geer banget lo, Na. Gue enggak manggil."
Ana pun kembali berjalan. Namun beberapa lama kemudian dia kembali berhenti dan berbalik badan ke arah Ochid, kali ini dengan berkacak pinggang.
"Jangan bercanda deh, Chid, lo manggil gue kan? Ada apaan sih?"
"Eh Toa, gue enggak manggil." Ochid sampai manggil Ana pakai nama rimbanya saking kesalnya.
"Tapi jelas banget kaya ada yang manggil gue."
Tangguh dan Keke ikut berhenti mendengar keributan di belakang mereka.
"Ada apaan?"
"Tahu nih si Toa, jelas-jelas gue enggak manggil, tapi katanya ada yang manggil dia."
"Tuhkan ada yang manggil gue lagi."
Ana yakin itu bukan cuma perasaannya dia saja. Tapi dia memang beneran dengar suara yang lagi memanggilnya, dan itu kaya suara.. Abed!
"Tapi kok kaya suara kak Abed ya?"
"Ngaco lo Toa, dia paling sudah sampai Pinus tahu." Sahut Keke yang ikutan memanggil Toa.
Jadi sekarang tahu ya kenapa Abed memanggil Ana dengan Anto. Yup, itu singkatan dari Ana-Toa. Dia dikasih nama rimba itu sama angkatan Bucik Purnama gara-gara suaranya cempreng banget waktu Diklat.
"Atau mungkin Hendru kali?" Kata Tangguh. "Kalau emang benar itu dia, berarti dia enggak jauh di depan kita, ayo deh cepetan, sudah mau sore nih."
Akhirnya mereka kembali berjalan. Ana pun masih keliatan bingung kenapa dia terus-terusan dengar suara Abed di dalam kepalanya.
Semoga bukan feeling buruk. Doanya dalam hati.
_To be continued_
...Peta Topografi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Deviani Susilawati
sukaaaaa pake BANGET Ama ceritanya Thor 🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩
2021-02-18
1
Dia amanah
semangat, "thanks" datang mendukungmu jangan lupa feedback nya
mari saling dukung
2021-02-18
1
lalalisa
Hai kak ceritanya bagus aku suka. Udah aku like and rate.
Btw mampir juga yuk ke karya ku,
judulnya: "Pengagum kakak santri"
2021-01-12
1