Bukan Salah Takdir
Sheerin, kepribadiannya yang pendiam, penakut, pemalu, lugu dan penurut terbentuk akibat sikap semena-mena ibu tirinya yang membuat Sheerin selalu tunduk kepada semua orang, dia tidak bisa berkata tidak atas semua perintah yang ibu tirinya berikan.
Hingga akhirnya permintaan untuk menikah dengan anak teman mama Anya terucap, lidah Sheerin terasa kelu untuk berkata iya. apalagi sampai harus pernikahannya dilaksanakan tanpa sepengetahuan ayahnya.
"Tapi Ma, aku belum siap untuk menikah, kuliah aja baru semester 2." Ucap Sheerin sambil menunduk lesu, enggan menatap wajah menyeramkan ibu tirinya yang sudah merah menyala.
"Mama tidak meminta persetujuan dari kamu, tapi mama memerintahkan kamu untuk menikah dengan Bima. Kamu tau kan, perintah mama selalu tidak bisa untuk ditolak." Balas mama Anya dengan nada tinggi.
Sheerin tidak habis fikir, apa yang sebenarnya diinginkan oleh ibu tirinya itu? Kenapa saat dihadapan sang ayah sikapnya sangat keibuan dan seolah sangat menyayangi Sheerin layaknya anak kandung sendiri. Tapi saat ayah tidak ada, sikapnya berubah sangat menyeramkan, selalu menyiksa Sheerin dengan caranya sendiri.
"Selama ini, apa aku pernah menolak permintaan mama, pekerjaan pembantu pun aku kerjakan kalau mama yang minta. Tapi kali ini kenapa harus menikah?" Sheerin memberanikan diri untuk membela dirinya sendiri.
"Semua ini demi kebaikan keluarga kita, apa kamu mau melihat perusahaan ayahmu gulung tikar?" Mama Anya mulai berdiri dan berdecak pinggang dihadapan Sheerin, membuat peringatan keras supaya Sheerin mau menuruti keinginannya.
"Tapi kenapa pernikahannya harus dirahasiakan dari ayah? Dan kenapa mama sangat memaksakan hal ini. Mama nggak bisa seperti ini terus ma, aku akan laporkan ini semua sama ayah. Sudah cukup selama ini mama semena-mena sama aku dan aku hanya diam saja." Untuk pertama kalinya Sheerin berani bicara lancang terhadap ibu sambungnya itu, biasanya dia hanya bisa tunduk dan patuh dengan semua yang mama Anya katakan.
Kali ini ibu tirinya itu benar-benar keterlaluan, Sheerin tidak ingin masa depannya ikut hancur seperti masa kecil yang kebahagiaannya direnggut paksa oleh perlakuan kejam mama Anya.
"Berani sekali kamu menaikkan nada bicaramu!" Tanpa aba-aba, mama Anya menarik paksa rambut Sheerin yang terurai, membuat si pemilik rambut meringis kesakitan.
"Sakit ma, aww!" Sheerin berusaha melepaskan cengkeraman tangan mama Anya, tapi mama Anya malah semakin kuat saja menjambak rambut hitam panjang Sheerin.
"Kira-kira hukuman apa yang pantas untuk anak pembangkang seperti kamu ini? Apa kamu ingin direbus dalam air yang mendidih, atau di ditenggelamkan kedalam tong air? Kamu pilih yang mana?" Ucap mama Anya penuh penekanan dan ancaman.
Hal itu sontak membuat Sheerin ketakutan, membayangkan air mendidih yang meletup-letup dalam kuali besar. Sheerin menelan salivanya dengan susah payah, sembari merasakan sakit yang menjalar ke seluruh kepalanya akibat jambakan sang ibu tiri.
Dia tau kalau ancaman yang dilontarkan mama Anya itu tidak pernah main-main, dalam sekejap ancaman itu akan berubah menjadi kenyataan, bukan tanpa alasan Sheerin menyimpulkan hal itu, dia sudah banyak belajar dari pengalaman sebelumnya.
"Mulai besok, mama akan mempersiapkan pernikahan itu. Jangan sampai ayahmu tau! Paham?" Tegas mama Anya. Sebelum benar-benar melepaskan cengkraman nya pada rambut Sheerin, dia menarik dengan kasar sekali lagi rambut Sheerin. Lalu kemudian tanpa rasa bersalah sedikitpun, dia berlalu pergi meninggalkan Sheerin yang mulai menangis.
Sheerin meremas rambutnya yang tadi dijambak mama Anya dengan kedua tangannya, mengutuki nasibnya yang kurang beruntung.
Kenapa takdir begitu kejam memberinya ibu tiri jahat seperti mama Anya, tidak bisakan takdir sedikit berbaik hati kepadanya? Setidaknya berikan sedikit saja kebebasan untuk menentukan jalan hidup mana yang akan di tempuhnya.
Menangis sendiri, tanpa ada yang tau bagaimana tertekannya hati Sheerin saat itu, dipaksa melakukan hal yang sama sekali tidak ingin dia lakukan, tanpa adanya bahu yang bisa digunakan untuk bersandar, meskipun itu bahu ayahnya sendiri.
*Ayah, tidakkah kau tau di setiap hariku aku merasa ketakutan?
Ayah, tolong bebaskan aku dari belenggu yang menyiksa ini*.
***
Nindi, ilmu bela diri yang di milikinya sekarang tidak begitu saja dia dapatkan dengan mudah. Sedari kecil, dia berlatih dengan keras bersama sang kakek buyutnya. Kakek buyutnya itu memanglah orang yang sangat hebat, selain memiliki ilmu bela diri yang sudah tidak perlu diragukan lagi, dia juga mampu mengobati orang yang sakit parah hanya dengan tanaman herbal, tak ayal banyak yang menyebutnya dengan sebutan tabib juga.
Di desanya dulu, kakek buyut Nindi sangat disegani oleh warga sekitar, bahkan sampai warga kampung sebelahnya hampir semua mengenal kakek buyut. Bisa dibilang dia adalah sesepuh di desa Nindi dulu, bahkan umurnya bisa terbilang sangat panjang di zaman sekarang, namun saat menginjak umur 98 tahun, kakek buyut pun tutup usia.
Sekitar 3 tahun yang lalu, setelah kematian sang kakek buyut, keluarga kecil Nindi memutuskan untuk merantau ke Kota untuk mengadu nasib, kakak perempuan Nindi yang bernama Yuvi, diterima bekerja sebagai buruh pabrik textile di kota ini. Sedangkan ibu membuka usaha warung makan sederhana didepan rumah kontrakan.
Sayang disayang, penyakit asma ibu sering kambuh semenjak pindah ke kota ini, udara yang tercemar, polusi dimana-mana, tidak cocok untuk paru-paru ibu yang memang memiliki riwayat penyakit pernafasan.
Warung ibupun semakin sepi pengunjung, mungkin para pembeli takut akan tertular oleh penyakit ibu. Tidak ada untung yang didapat oleh ibu, bahkan uang modal pun tidak pernah kembali lagi.
Hingga akhirnya ibu terpaksa menutup warungnya.
Penyakit ibu semakin parah, dokter menyarankan untuk ibu melakukan pengobatan berjalan selama 6 bulan berturut-turut lamanya. Gajih kak Yuvi yang hanya sebagai buruh pabrik, tentu masih jauh dari kata cukup untuk membiayai pengobatan ibu, keperluan sekolah Nindi dan biaya hidup mereka sehari-hari.
Ternyata hidup di perantauan tidak semudah yang keluarga kecil itu bayangkan sebelumnya.
***
Suasana kelas terdengar riuh saat Pak Wid, guru matematika menyatakan pelajaran hari ini telah berakhir, Pak Wid meninggalkan kelas itu terlebih dahulu, lalu disusul oleh murid-murid yang sudah tak tahan berada diruang kelas yang bagaikan ruang sidang pengadilan.
Bagaimana tidak, sepanjang pelajaran berlangsung Pak Wid terus melontarkan soal pertanyaan dengan rumus-rumus rumit yang susah dicerna oleh otak manusia yang isinya hanya kurang dari seperempat.
Jika sampai salah menjawab, maka habislah kita diceramahi panjang lebar oleh guru killer itu. Dan yang lebih memalukannya lagi, murid seisi kelas menyaksikan secara langsung drama menyedihkan itu. Tentu saja kejadian itu akan menjadi bahan bullyan untuk murid yang tidak bisa menjawab soal dari pak Wid.
Untung saja bangku Nindi berada dipojok belakang, sehingga dia bisa sedikit lolos dari perhatian Pak Wid dan terhindar dari pertanyaannya. Beruntung sekali memiliki bangku itu, Nindi yang pada dasarnya pemalas cenderung bodoh, merasa jika itu adalah kursi kejayaannya.
Beberapa murid masih berkutat untuk membereskan alat tulis mereka kedalam tas, termasuk Nindi.
"Acara ulang tahunnya Revi hari ini, kan? Ayo kita langsung ke basecamp sekarang!" Ucap Vena, partner kebodohan Nindi.
Nindi dan Vena ini sebelas dua belas, mereka selalu kompak untuk menyontek jawaban dari teman dibangku depannya, meskipun mereka tau kalau temannya itu juga tidak pintar-pintar amat. Sehingga mereka yang malas berpikir akhirnya selalu mendapat nilai dibawah 60. Jikapun ada jawaban mereka yang benar, itu hanyalah faktor luck.
"Gue nggak bisa, Kakak gue sekarang shift siang. Gue harus gantian jaga ibu." Jawab Nindi sambil menarik resleting tasnya.
"Yah, Revi pasti kecewa loe nggak datang." Nada bicara Vena melemah. Nindi yang mendengar itu menghembuskan nafas asal.
"Gue juga malu kali, datang nggak bawa apa-apa. Saku gue lagi sekarat nih, gue titip salam aja buat dia, bilang sama dia semoga panjang umur dan jangan galak-galak banget sama anak buahnya. Hi hi." Nindi tertawa kecil saat mengingat Revi, ketua geng amburadul yang memarahi anak buahnya saat gagal mempersiapkan acara untuk menembak gebetannya.
"Dan bilang juga, semoga dia punya keberanian lebih buat menyatakan cintanya lagi kepada kak Dio. Hihi." Nindi tak habis fikir, Revi yang tegas di hadapan anak buahnya, melembek saat dihadapkan dengan kak Dio, pemilik konter yang berada disebelah basecamp.
"Cari mati gue kalau berani bilang gitu sama dia. Gue bukan loe yang bisa dengan mudah menjinakkan macan tutul itu."
Keduanya terkekeh bersamaan.
Merekapun beranjak dari bangku kesayangan mereka.
Geng amburadul adalah kumpulan anak-anak remaja yang hanya menghabiskan waktu luangnya di basecamp, mencari kesenangan dengan sekedar bermain-main alat musik disana.
Anggotanya terdiri dari 5 orang, Revi sebagai vokalis, Nindi sebagai pemain gitar, Vena sebagai pemain gendang, Tari sebagai pemain piano, dan Roni sebagai pemain drum. Mereka berlima sama-sama urakan dan pecicilan, sehingga saat digabungkan mereka akan menjadi sangat nyambung sebagai partner dalam hal apapun.
Terkadang Dio, pemilik konter sebelah merasa sangat terganggu dengan kebisingan yang mereka timbulkan. Mereka tetap dengan percaya dirinya membawakan lagu-lagu yang menurut mereka keren, tanpa memikirkan pendapat orang lain.
Berlatih terus berlatih, tapi apalah daya, mereka belum pernah sekalipun menerima tawaran manggung meskipun dalam acara hajatan. Sedih memang, tapi mereka menganggap jika ini adalah sekedar hobi saja. Terbesit di pikiran mereka untuk menjadi terkenal, tapi mereka tidak ingin berangan terlalu tinggi. Jika nanti jatuh, rasanya pasti akan sakit sekali.
Selain basecamp, perempatan yang berdampingan dengan perlintasan kereta di depan juga adalah salah satu titik kumpul mereka. Mereka berlima berperan sebagai juru parkir yang handal disana.
Kembali kepada Nindi dan Vena di kelas.
Suasana di kelas semakin sepi, Nindi hanya melihat tinggal Levin yang masih berkutat di mejanya.
Vena berjalan didepan Nindi lalu...
_________
Mohon dukungannya ya teman-teman, akan ada kejutan apa di episode selanjutnya... simak terus... jangan lupa tinggalkan jejak ya setelah membaca...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
nyimak dl..lanjuut
2022-03-13
0
Asrinda 24
Aku mampir
2022-03-05
0
Siti Afifah
mampir ...
2022-02-11
0