Suasana di kelas semakin sepi, Nindi hanya melihat tinggal Levin yang masih berkutat di mejanya. Nindi tidak menganggap kalau Levin adalah makhluk yang sama dengan dirinya, sehingga laki-laki itu tidak masuk dalam kategori daftar manusia yang dia kenal.
Vena berjalan didepan Nindi, saat Nindi melewati bangku Levin, tanpa diduga laki-laki itu bangun dari duduknya, hingga bahu merekapun bertabrakan.
"Aww." Nindi meringis sambil memegangi bahunya.
"Mata loe dimana sih? Main tabrak-tabrak orang sembarangan! Nggak liat apa gue segede gini?" Levin malah memarahi Nindi.
Nindi menganga tak percaya, harusnya dia bukan, yang memarahi Levin, tapi ini kenapa malah sebaliknya?
Tadinya, untuk sekarang Nindi sedang tidak ingin beradu mulut dengan Levin karena harus cepat-cepat pulang dan menjaga ibunya. Kalau hari-hari biasa, Nindi dengan senang hati meladeni kemarahan Levin dan akhirnya terjadilah keributan yang tidak berujung diantara keduanya.
"Malah bengong loe, ayo minta maaf sama gue!" Seru Levin dengan penuh penekanan.
'Apa? Dia yang salah kenapa gue yang harus minta maaf?' Batin Nindi.
Saat mendengar Levin yang mulai naik pitam, Nindipun merasa tertantang untuk memarahi laki-laki itu balik, tanpa memikirkan lagi ibu dan kakaknya yang sudah menunggu di kontrakan.
Nindi mendorong bahu Levin cukup kencang, agar laki-laki itu merasakan kesakitan yang sama dengannya. Tenaganya yang cukup kuat, membuat Levin sedikit merasa kesakitan, tapi tidak menunjukkan rasa sakitnya dihadapan Nindi.
Levin tidak membalasnya, karena dia anti dengan yang namanya kekerasan fisik, hanya saja mulutnya yang tidak bisa ditahan jika dihadapkan dengan Nindi yang sama-sama keras kepala dan gengsian.
"Gurih banget loe bicara! Loe yang main tabrak gue, harusnya loe yang minta maaf sama gue! Ayo minta maaf!" Ucap Nindi menyamai nada bicara Levin.
"Loe pikir di depan gue ini ada kaca spion dan gue bisa liat loe mau lewat dibelakang gue?" Levin semakin nyolot.
Nindi semakin murka, wajahnya sudah terlihat tidak bersahabat.
"Loe itu jadi cowo ngalah sedikit kenapa sama cewe, loe itu kaya banci tau nggak beraninya sama cewe. Malu dong sama umur, udah tua bangka masih aja pakai seragam SMA." Nindi bicara sambil terus mendorong bahu Levin berkali-kali.
Levin terperangah, perkataan Nindi membuatnya kalah telak. Di umurnya yang sudah menginjak 20 tahun, tapi Levin masih duduk di kelas 3 SMA. Itu karena dulu waktu pertama kali masuk SD Levin berumur 8 tahun, dikarenakan dia sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti ayahnya yang dipindah tugaskan.
Nindi tersenyum sinis, perkataannya itu mampu membungkam mulut nyinyir laki-laki tengil itu.
Tapi bukan Levin namanya kalau tidak bisa membalas ejekan dari Nindi. Dia tersenyum sinis ke arah Nindi.
"Hey! Budayakan berkaca sebelum loe bicara, loe pikir berapa umur loe sekarang? Punya otak kurang dari seperempat aja belagu banget loe. Makanya punya otak itu pake buat berpikiran yang baik, bukan berpikiran buruk terus. Maka dari itu taun lalu loe nggak lulus, dan gue yakin 100 % tahun ini loe nggak akan lulus lagi, gue doa'a in biar loe jadi penghuni abadi di kelas ini. Haha." Levin tertawa puas setelah mematahkan kepercayaan diri Nindi.
Nindi tak berkutik, kepercayaan dirinya sudah runtuh, lagi-lagi Levin tau titik kelemahan Nindi, yaitu otaknya yang memang selalu sulit untuk diajak berpikir masalah pelajaran. Sehingga dirinya selalu mendapat nilai anjlok di hampir setiap mata pelajaran. Itu sebabnya tahun lalu Nindi tidak lulus ujian dan harus mengulangnya tahun ini.
Wajah Nindi memerah, mulai merasa jengah juga marah.
"Loe yang belagu, gue tau loe murid paling PINTER disini, tapi sayang mulut sama otak loe itu berbanding terbalik, mulut loe itu kaya cewe, NYINYIR tau nggak!" Ucap Nindi penuh penekanan pada kata nyinyir.
"Dan loe, mana ada cewe kelakuannya kaya preman, jangan-jangan loe itu cewe jadi-jadian. Cewe kok nggak ada lembut-lembutnya sama sekali." Levin tidak mau kalah.
Yah, begitulah keseharian mereka di sekolah, setiap bertatap wajah pasti ujung-ujungnya beradu mulut.
Nindi dengan sengaja menginjak kaki Levin dengan kencang. Sudah benar-benar kesal karena Levin selalu saja bisa membalikkan perkataannya.
"Aww, tuh kan dasar loe cewek preman." Levin meringis kesakitan memegangi kakinya.
Vena yang baru sampai diambang pintu, harus kembali menghampiri Nindi, sedari tadi dia memperhatikan sahabatnya itu yang sedang berdebat dengan Levin sambil geleng-geleng kepala.
Bukan hal yang aneh baginya melihat pemandangan seperti itu, bahkan telinganya sudah kebal ketika mendengar teriakan demi teriakkan yang Nindi dan Levin keluarkan saat beradu mulut.
Vena sendiripun merasa heran, selalu saja ada bahan untuk diperdebatkan diantara kedua makhluk itu, bahkan hal sekecil apapun pasti mereka jadikan alasan untuk bertengkar.
"Woy! Udah selesai belum debatnya?" Tanya Vena seraya menghampiri keduanya.
"Apa?" Nindi menoleh ke arah Vena, dia pikir jika Vena sudah pulang terlebih dulu tadi, tidak memperhatikan saking asiknya berdebat dengan Levin.
"Gue heran sama loe, kok mau-maunya sih temenan sama tukang pukul kaya dia." Ucap Levin melirik Nindi dengan ekor matanya.
"Apa? Loe mau gue pukul lagi?" Nindi mengepalkan tangannya lalu melayangkan kearah Levin, dengan sigap Levin menghindar sehingga Nindi hanya meninju angin.
"Astaga! Gue nggak habis fikir sama kalian, hal sesepele ini aja kalian jadiin masalah besar. Gue udah nggak tau lagi deh gimana caranya buat memisahkan kalian berdua." Vena menaikkan kedua tangannya ke udara, tandanya dia sudah menyerah menghadapi sikap kekanakkan dua murid paling tua di kelas itu.
"Apa? Loe pikir gue sama dia nggak bisa di pisahkan gitu? Amit-amit, yang ada gue maunya jauh-jauh dari cewe preman ini, kalau nggak, habis gue dipukul terus sama dia." Ucap Levin, Nindi melotot kearahnya, merasa sangat tersinggung dengan perkataan Levin.
"Udah lah Lev, loe nggak cape apa cari ribut terus sama Nindi?" Tanya Vena.
"Gue tau loe belain dia karena loe solmet nya dia." Jawab Levin.
"Nggak gitu juga, gue liat sendiri tadi Nindi diem aja waktu loe tabrak dia, tapi loe nya aja yang nyolot duluan." Ucap Vena.
Levin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dalam hati dia membenarkan apa yang dikatakan Vena. Diapun bingung sendiri, kenapa mulutnya terasa gatal jika sehari saja tidak berdebat dengan Nindi, rasanya itu sangat seru, hatinya seperti diberi warna saat mendengar ocehan Nindi, seperti ada magnet tersendiri yang menarik Levin untuk membuat perempuan itu kesal.
Nindi mengumpat Levin didalam hatinya, sambil ber komat-kamit membacakan mantra kutukan untuk laki-laki tengil itu.
"Hati-hati lho Lev, jangan terlalu benci loe sama Nindi, bisa-bisa nanti loe jatuh cinta sama dia." Ucap Vena yang sontak membuat mata Levin dan Nindi membulat sempurna.
"Apa? Amit-amit jangan sampai." Ucap Nindi dan Levin bersamaan, mengetuk kepala masing-masing dengan kepalan tangan lalu beralih mengetuk meja. Mereka terlihat sangat kompak ketika melakukan itu, membuat Vena terkekeh geli melihat tingkah konyol mereka.
"Tuh kan, udah keliatan kompaknya." Vena terus menggoda Levin dan Nindi, dia sangat senang menggoda mereka, seperti jadi hiburan tersendiri ditengah mumetnya pelajaran sekolah.
Wajah Levin seketika merah menyala, namun tidak menyangkal perkataan Vena.
"Ayo kita pergi aja Ven, bicara loe semakin ngelantur, jangan sampai loe ketularan tengil kaya dia." Nindi menggandeng Vena, mengajaknya melangkah bersama. Merekapun pergi meninggalkan Levin yang masih berdiri mematung, berkutat dengan pikirannya sendiri.
Vena terkekeh dalam rangkulan Nindi.
BRAK!!
Levin tersentak kaget, baru tersadar dari lamunannya saat Nindi dengan sengaja membanting pintu kelas dengan sangat keras. Mengusap dadanya dengan telapak tangan. Untung saja dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung, kalau tidak mungkin dia sudah tumbang di kelas itu tanpa sepengetahuan orang lain.
Kemudian dia tersenyum sendiri mengingat perdebatan panjang antara dirinya dengan Nindi tadi.
Kok ada ya perempuan urakan kayak dia.
___________
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca... jangan lewatkan juga pertengkaran Levin dan Nindi yang akan menghiasi novel ini...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
lama² mereka jatuh cinta de..skrng ribut trs tr sdh berpisah br rindu de
2022-03-13
0
🌷💚SITI.R💚🌷
urakan tp kamu suka kan....🤣🤣
2022-03-13
0
Siti Afifah
jngan2 di jodohin ma musuh bbuyutan itu
2022-02-11
0