Tentang Bima

Beberapa hari kemudian.

Disebuah restoran yang jauh, tepatnya dipinggiran kota, mama Anya sedang berbicara serius dengan seorang pria paruh baya yang terlihat misterius.

Kacamata hitam dan masker tebal melekat dengan sempurna diwajah pria itu.

"Ini sudah saatnya Luis, aku sudah muak tinggal disana." Ucap mama Anya pada pria yang dipanggilnya Luis itu.

"Apa kamu yakin setelah anak itu menikah, Lukman akan mengalihkan seluruh aset kekayaannya kepada putrinya itu?" Tanya Luis kemudian.

"Aku yakin Luis, dia selalu berkata seperti itu jika aku bertanya tentang pengalihan harta untuk Sheerin." Jawab mama Anya mantap.

Luis menyeringai penuh kelicikan, dia menyandarkan punggungnya kesadaran kursi.

"Jadi, aku minta kamu atur pernikahan mereka. Aku mau mereka secepatnya menikah agar kita bisa dengan mudah mengambil seluruh aset Lukman setelah menjadi milik Sheerin nanti." Ucap mama Anya.

"Baiklah, malam ini akan aku bicarakan dengan Bima. Dan bersiaplah untuk pernikahan mereka." Balas Luis.

Mereka memang sudah mengatur rencana ini dengan sangat matang, jika sekarang Lukman, ayahnya Sheerin yang masih memegang kendali atas semua kekayaannya, mereka akan sulit untuk mengelabuinya.

Lain halnya jika Sheerin yang menjadi pewaris tunggal harta kekayaan Lukman telah memiliki sepenuhnya harta kekayaan itu, mama Anya bisa dengan mudah mengendalikan anak itu. Bukankah selama ini Sheerin sangat takut terhadap dirinya dan selalu menuruti setiap perkataannya.

Dan tujuannya selama ini akan segera terwujud, dia akan segera melepas topeng yang melekat di wajahnya untuk selamanya di hadapan suaminya.

"Ide mu memang brilian Anya, ha ha." Luis kembali menyeringai, tertawa mengerikkan, kemudian membuka masker wajahnya, meraih gelas kopi yang berada diatas meja, dan menyeruputnya perlahan.

Mama Anya ikut menyeringai, selangkah lagi dia akan menuju kemenangannya.

***

Sheerin melihat ayahnya sedang membaca koran diruang tengah, dia ragu untuk menghampirinya dan berbicara tentang mama Anya yang akan menikahkan dirinya dengan laki-laki yang tidak dia kenal.

Sedangkan mama Anya sudah memperingatkan dirinya dengan sangat keras untuk tidak memberitahu persoalan ini kepada ayahnya.

Sheerin dilanda kebingungan, dia meremas bajunya sendiri, menatap papanya dari kejauhan.

Lukman yang menyadari keberadaan putrinya itu melipat kembali koran yang sedari tadi di bacanya, melihat tingkah aneh Sheerin dengan dahi yang mengerut.

"Kamu sedang apa disana nak?" Tanya Lukman.

Sheerin terhenyak mendapat teguran dari sang ayah, perasaannya mulai gusar, apa yang harus dia katakan? Bicara yang sebenarnya atau tidak?

Lukman yang melihat Sheerin masih tidak bereaksi kembali memanggilnya.

"Kemari lah nak, sudah lama kita tidak berbincang. Ayah terlalu sibuk bekerja." Lukman melambaikan tangannya kearah Sheerin.

Dengan ragu, Sheerin mulai melangkah menghampiri sang ayah kemudian duduk di sampingnya.

"Ayah rasa ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan kepada ayah. Apa perasaan ayah ini benar nak?" Lukman mengelus kepala putrinya itu dengan sayang, membuat Sheerin semakin dilema.

Ingin sekali rasanya ia mengadu tentang kekejaman ibu tiri terhadap dirinya, tapi Sheerin takut jika penyakit jantung sang ayah akan kambuh jika mengetahui sifat asli istrinya itu. Sheerin tidak ingin sampai kehilangan ayahnya, ayahnya adalah satu-satunya manusia yang dia miliki didunia ini.

"Ayo cerita pada ayah, ada apa?" Tanya pak Lukman yang bisa membaca gurat kecemasan diwajah putrinya itu.

"Sebenarnya..." Ucap Sheerin menggantung, dia menatap sang ayah masih dengan keraguan. Lukman menanti kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh Sheerin.

"Mama Anya..." Sambungnya.

"Mama kenapa nak?" Tanya Lukman tak sabaran saat Sheerin bicara setengah-setengah seperti itu.

"Mama Anya mau..."

"Memangnya mama mau apa sayang?" Tiba-tiba saja suara yang asing masuk kedalam percakapan antara ayah dan anak itu. Sontak Sheerin dan Lukman menoleh kearah sumber suara, terlihat mama Anya sedang berjalan mendekat kearah mereka.

Sheerin cepat-cepat membetulkan posisi duduknya, kedatangan mama Anya bagai sebuah ancaman untuk dirinya.

"Mama sudah pulang?" Tanya Lukman.

"Iya yah, maaf ya pulangnya ke sorean, tadi di mall mama bertemu teman lama jadi ngobrol dulu agak lama." Jawab mama Anya penuh kebohongan.

"Iya tidak apa-apa, apa mama sudah makan?" Tanya Lukman.

"Sudah yah, tadi sempat mampir juga di restoran. Oh ya, tadi Sheerin bilang kalau mama mau apa?" Tanya mama Anya melirik kearah Sheerin, Sheerin cepat-cepat menghindari tatapan mama Anya yang menurutnya selalu mengerikkan. Dia gelagapan, mencari alasan yang tepat. Untungnya Sheerin dikaruniai otak yang cerdas, sehingga dia mampu berpikir dengan cepat dalam situasi genting sekalipun.

"Aku bilang sama ayah kalau mama WA aku tadi mau pulangnya agak sore begitu." Jawab Sheerin gugup, dia berpikir apa kali ini dia bisa selamat dari ibu tirinya itu? Entahlah.

"Oh, seperti itu ya. Ya sudah, kalau gitu mama mau ganti baju dulu, kalian bisa lanjutkan ngobrolnya."

"Iya ma." Ucap Lukman dan Sheerin bersamaan. Mama Anyapun berlalu, sebelum melangkah pergi, dia menatap kearah Sheerin, Sheerin menoleh kearah mama Anya yang sudah pergi, tapi mama tirinya itu belum benar-benar pergi, Sheerin malah mendapatkan pelototan darinya, sorot matanya itu memancarkan sebuah ancaman, seperti mengatakan,

'Awas saja kalau kamu sampai ngadu, tamat riwayatmu malam ini juga!' Seperti itu yang bisa Sheerin baca. Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya kearah lain, menghindari tatapan tajam sang ibu tiri.

Mama Anyapun mulai memijak satu persatu anak tangga, terdengar derap langkah kaki yang menggema, Sheerin memastikan sekali lagi jika ibu tirinya benar-benar telah lenyap dari pandangannya.

Setelah dirasa mama Anya telah masuk ke kamarnya, Sheerin mulai mengumpulkan keberaniannya untuk bicara dengan sang ayah.

"Yah." Ucap Sheerin.

"Ada apa nak?" Tanya Lukman.

"Apa ayah akan marah dan mau memaafkan aku kalau seandainya aku melakukan kesalahan yang fatal?" Tanya Sheerin harap-harap cemas.

Lukman yang mendapat pertanyaan seperti itu kembali mengerutkan kening.

"Memangnya kamu melakukan kesalahan apa sampai papa harus marah sama putri kesayangan ayah ini?" Tanya Lukman, dia merangkul pundak putrinya itu.

"...atau jangan-jangan kamu sedang berencana untuk melakukan kesalahan dan meminta maaf terlebih dulu pada ayah?" Sambung pak Lukman menggoda putrinya itu.

Sheerin menelan saliva nya kasar, bagaimana mungkin ayahnya itu bisa menebak apa isi kepala Sheerin sekarang? Tunggu-tunggu! Kepala Sheerin tidak transparan, kan?

"Nggak yah, bukan gitu. Ini cuma pertanyaan biasa aja, nggak ada sangkut pautnya sama kenyataan. Plis, ayah jawab dong." Sheerin mengelak, memegang tangan sang ayah dengan wajah yang dibuat memelas. Membuat Lukman terkekeh kecil.

"Ayah hanya bercanda saja. Oke ayah akan jawab pertanyaan kamu tadi." Lukman membetulkan posisi duduknya agar sedikit lebih nyaman.

Sheerin menatap serius wajah ayahnya itu.

"...ayah tidak akan pernah marah dan ayah akan selalu memaafkan sebesar apapun kesalahan yang kamu lakukan. Kecuali satu." Ucap pak Lukman menggantungkan kalimat.

Detak jantung Sheerin seirama dengan jarum jam yang terus bergulir setiap detiknya, menunggu kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut sang ayah dengan perasaan tak menentu. Takut jika pengecualian yang ayahnya berikan adalah sinonim dari permintaan ibu tirinya untuk Sheerin segera menikah.

Tegang, itu yang Sheerin rasakan sekarang, apalagi saat sang ayah tak kunjung melanjutkan kalimatnya.

"Kecuali apa yah?" Tanya Sheerin akhirnya.

"Kecuali kalau kamu sampai hamil diluar nikah. Ayah akan sangat kecewa sama kamu." Jawab Lukman.

Sheerin terdiam, entahlah dia harus merasa lega atau tidak dengan jawaban yang diberikan ayahnya. Sheerin memang tidak melakukan hal yang menjadi pengecualian dari sang ayah tadi, tapi bagaimana jika nanti tiba-tiba Sheerin datang pada ayah dan memperkenalkan laki-laki yang dijodohkan dengannya sebagai suami sahnya.

Apa ayah akan berpikir jika Sheerin melakukan kesalahan yang dianggap ayah sebagai kesalahan terfatal?

"Ayah memang tidak bisa memperhatikan kamu setiap saat, tapi ayah titip satu hal kepadamu, jagalah kehormatan mu, karena itu yang akan menentukan cara pandang orang terhadap diri kamu nantinya." Lukman menyentuh lembut pucuk kepala Sheerin.

Sheerin menunduk, mencoba mencerna dengan baik nasehat yang diberikan ayahnya.

"Iya yah, aku janji." Ucap Sheerin kemudian. Lukman tersenyum mendengarnya.

"Ya sudah, ayah mau ke ruang kerja dulu. Kamu istirahatlah!" Lukman beranjak dari duduknya dan meninggal kan Sheerin yang masih berkutat dengan pemikirannya sendiri.

Ayah, maafkan aku jika nanti akhirnya aku mengambil keputusan yang akan membuat mu kecewa, tapi percayalah yah, aku sangat menyanyangi mu, aku tidak ingin ayah terluka jika tau semua kebenaran tentang mama.

***

Luis dan Bima terlihat sedang bicara serius disalah satu ruangan rumah mereka. Jika Luis dengan panjang lebar menjelaskan maksud dan tujuannya, maka lain halnya dengan Bima yang hanya mangut-mangut saja sambil sandaran di sofa.

"Siap tidak siap kamu harus menikahinya, kamu tenang saja, dia tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik dan lemah lembut." Ucap Luis, Bima kembali menganggukkan kepalanya beberapa kali, seolah tidak perduli dengan ocehan sang ayah.

"Dia juga anaknya penurut, kalau kamu tidak menyukainya, terserah kamu mau apakan dia, jika kamu mau, kamu bisa menjadikannya budak sesuka hatimu. Haha." Luis tertawa, berbangga diri atas penderitaan putrinya Lukman yang belum tentu akan terjadi.

Bima tidak tau apa maksud dan tujuan sang ayah ingin sekali menjodohkan dirinya dengan perempuan bernama Sheerin itu, Luis terlihat bersemangat saat membicarakan perjodohan ini.

Tapi Bima sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui apa niat pasti sang ayah ingin menjodohkannya.

Hidupnya hanya dia habiskan untuk menuruti semua perintah sang ayah, keinginan ayahnya adalah prioritas dalam hidupnya, jika sedikit saja Bima membantah keinginan ayahnya, maka akan habislah dirinya dipukuli.

Ya, Luis sangatlah kejam, dia tidak akan segan-segan menyiksa fisik anak kandungnya sendiri jika anak itu membangkang dan tidak menuruti keinginannya.

Bima sangat segan terhadap ayahnya itu, sehingga Bima yang kaku dan datar sekarang terbentuk akibat kekerasan fisik yang dialaminya selama masa kecil sampai remaja.

Memang sekarang Luis jarang melakukan kekerasan terhadap Bima karena Bima yang sekarang hampir tidak pernah membangkang kepadanya. Tapi tetap saja jauh didalam lubuk hati Bima yang paling dalam, dia merasa ketakutan setiap kali bertatap wajah dengan ayahnya, ketakutannya itu selalu dia tutupi dengan sikap kakunya.

"Hey, kenapa kamu diam saja?" Luis menendang kaki Bima yang menjuntai ke lantai, Bima bergeming, dia hanya menggeser sedikit posisi kakinya yang terasa ngilu.

"Setidaknya katakanlah sesuatu tentang pernikahan ini!" Seru Luis mulai geram.

"Bisa aku lihat fotonya?" Akhirnya Bima angkat bicara juga setelah ditendang sang ayah. Si Bima ini bisa dikatakan seperti gong, jika tidak dipukul maka tidak akan bersuara, jika dipukul maka dia akan mengeluarkan bunyi.

"Haha. Rupanya kamu penasaran juga dengan calon istrimu itu." Ucap Luis, dia merogoh saku celananya mencari benda pipih di dalamnya.

Kemudian dia membuka galeri, mencari foto yang dikirimkan mama Anya tempo hari.

"Ini, lihatlah sendiri. Kamu pasti menyukainya." Luis menyodorkan ponselnya kedepan wajah Bima. Bima hanya memperhatikan foto yang ada di layar ponsel itu tanpa berkedip, tanpa bersuara.

Perempuan itu memang cantik, Bima mengakuinya. Tapi entah apa yang ada di pikirannya saat melihat foto itu.

"Sudah, kondisikan matamu itu, jangan sampai keluar dari tempat seharusnya!" Luis menarik ponselnya kemudian kembali memasukkannya kedalam saku jasanya kali ini.

"Dengar baik-baik, lusa adalah hari pernikahanmu, maka bersiaplah!" Luis kembali menyeringai.

Bima memijat pelipisnya, apa harus secepat ini? Apa dia siap untuk menerima makhluk asing didalam hidupnya yang selama ini tidak pernah terjamah oleh manusia manapun itu?

 ________________

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca... konfliknya belum keluar, sabar...

Terpopuler

Comments

anthy haryanti

anthy haryanti

mama anya bener2 licik,,

2022-02-04

0

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

Bima Jangan Lemah donk....Masa Anak Cowo Lemah duh,Gimana Bisa Melindungi Pasangannya 🤔🤔🤔

2022-02-01

1

라벤더(labendeo)

라벤더(labendeo)

Sher, kalo kamu ga mau, blg aja ga usah takut sama ibu tiri kamu, gemes bgt

2022-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Sheerin dan Nindi berbeda
2 Musuh bebuyutan
3 Mantan sahabat
4 Tentang Bima
5 Cowok tengil vs cewe urakan
6 Nindi melawan begal
7 Perasaan Bima
8 Yuvi be strong
9 PUAS LOE!
10 Pertemuan
11 Simbiosis mutualisme
12 Bertengkar lagi
13 Kagum
14 Malam jum'at
15 Terpesona
16 Jangan main fisik
17 Perasaan yang hangat
18 Aneh
19 Curiga
20 Pasca ijab qabul
21 Penyamaran terbaik
22 Penguntit sejati
23 Rumah kosong itu?
24 Gosong!
25 Awal bertemu
26 Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang
27 Mata indah itu
28 Ayah?
29 Om Arya
30 Lebih sayang ponsel
31 Bertemu lagi
32 Keputusan
33 Aku akan selalu ada untukmu
34 Begal tempo hari
35 Ayah mertua misterius
36 Mencuci pakaian
37 Visual
38 Sory
39 Potong rumput
40 Siapa Clarissa?
41 Kesedihan Sheerin
42 Pengakuan
43 Tidak tega
44 Yuvi dan Doni
45 Levin aneh
46 Kemurkaan Luis
47 Cerita Bima
48 Puncak?
49 Pendek!
50 Mimisan
51 Bis nomor 3
52 Bukan konser dadakan
53 Di scors
54 Ambyar
55 Malam yang hangat
56 Air terjun
57 Nafas buatan
58 Modus
59 Pengakuan
60 Pengganggu
61 Ketus
62 Aku kamu
63 Curhat
64 Oleh-oleh
65 Berselimut sepi
66 Merasa bersalah
67 Jalan rahasia
68 Hantu
69 Sakit
70 Salah paham
71 kompak
72 Perempuan bermuka dua
73 Flash back
74 Dugaan
75 Bukan waktu yang tepat
76 Pertolongan
77 Rindu
78 Lampion
79 Bulan depan
80 Reseller
81 faktanya
82 Bendera kuning
83 Bertemu juga
84 Terungkap
85 Masih baik
86 Pemakaman ayah
87 Kutub utara
88 Bima Galau
89 Kembali
90 Anjing galak
91 Pandai mengancam
92 Bohong
93 Cara membungkam mulut Nindi
94 Diusir
95 Bertemu lagi
96 Menjauh
97 pingsan
98 Bertahanlah
99 Urusan kita belum selesai
100 Bar-bar
101 Story of Mama Anya
102 Kritis
103 Ayah
104 Fira
105 Kisah kelam
106 Mimpi panjang
107 Sok Akrab
108 Pesan Nindi
109 Berbanding terbalik
110 Gawat
111 Rindu kasur dan selimut
112 Salah paham
113 Hampir terciduk
114 Kumpul kebo
115 Terlupakan
116 Move on
117 Jangan bahas hantu
118 Luis' POV
119 Siapa perempuan itu?
120 Sembunyi
121 Dalam bahaya
122 Ketahuan
123 Ketakutan Sheerin
124 Pertolongan
125 Meminta penjelasan
126 Habisi dia!
127 Jangan Gila kamu Anya
128 Akibat penghianatan
129 Naik pelaminan
130 Akhirnya (THE LAST PART -ENDING-)
131 Author menyapa
132 EKSTRA PART #1
133 EKSTRA PART #2
134 EKSTRA PART #3
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Sheerin dan Nindi berbeda
2
Musuh bebuyutan
3
Mantan sahabat
4
Tentang Bima
5
Cowok tengil vs cewe urakan
6
Nindi melawan begal
7
Perasaan Bima
8
Yuvi be strong
9
PUAS LOE!
10
Pertemuan
11
Simbiosis mutualisme
12
Bertengkar lagi
13
Kagum
14
Malam jum'at
15
Terpesona
16
Jangan main fisik
17
Perasaan yang hangat
18
Aneh
19
Curiga
20
Pasca ijab qabul
21
Penyamaran terbaik
22
Penguntit sejati
23
Rumah kosong itu?
24
Gosong!
25
Awal bertemu
26
Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang
27
Mata indah itu
28
Ayah?
29
Om Arya
30
Lebih sayang ponsel
31
Bertemu lagi
32
Keputusan
33
Aku akan selalu ada untukmu
34
Begal tempo hari
35
Ayah mertua misterius
36
Mencuci pakaian
37
Visual
38
Sory
39
Potong rumput
40
Siapa Clarissa?
41
Kesedihan Sheerin
42
Pengakuan
43
Tidak tega
44
Yuvi dan Doni
45
Levin aneh
46
Kemurkaan Luis
47
Cerita Bima
48
Puncak?
49
Pendek!
50
Mimisan
51
Bis nomor 3
52
Bukan konser dadakan
53
Di scors
54
Ambyar
55
Malam yang hangat
56
Air terjun
57
Nafas buatan
58
Modus
59
Pengakuan
60
Pengganggu
61
Ketus
62
Aku kamu
63
Curhat
64
Oleh-oleh
65
Berselimut sepi
66
Merasa bersalah
67
Jalan rahasia
68
Hantu
69
Sakit
70
Salah paham
71
kompak
72
Perempuan bermuka dua
73
Flash back
74
Dugaan
75
Bukan waktu yang tepat
76
Pertolongan
77
Rindu
78
Lampion
79
Bulan depan
80
Reseller
81
faktanya
82
Bendera kuning
83
Bertemu juga
84
Terungkap
85
Masih baik
86
Pemakaman ayah
87
Kutub utara
88
Bima Galau
89
Kembali
90
Anjing galak
91
Pandai mengancam
92
Bohong
93
Cara membungkam mulut Nindi
94
Diusir
95
Bertemu lagi
96
Menjauh
97
pingsan
98
Bertahanlah
99
Urusan kita belum selesai
100
Bar-bar
101
Story of Mama Anya
102
Kritis
103
Ayah
104
Fira
105
Kisah kelam
106
Mimpi panjang
107
Sok Akrab
108
Pesan Nindi
109
Berbanding terbalik
110
Gawat
111
Rindu kasur dan selimut
112
Salah paham
113
Hampir terciduk
114
Kumpul kebo
115
Terlupakan
116
Move on
117
Jangan bahas hantu
118
Luis' POV
119
Siapa perempuan itu?
120
Sembunyi
121
Dalam bahaya
122
Ketahuan
123
Ketakutan Sheerin
124
Pertolongan
125
Meminta penjelasan
126
Habisi dia!
127
Jangan Gila kamu Anya
128
Akibat penghianatan
129
Naik pelaminan
130
Akhirnya (THE LAST PART -ENDING-)
131
Author menyapa
132
EKSTRA PART #1
133
EKSTRA PART #2
134
EKSTRA PART #3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!