"Duarr!!"
"Eh?" Zhen Xi menoleh ke arah sumber suara. Beberapa ledakan terjadi di mana-mana, percikan api, dan asap mengepung Desa Yu.
"Pasukan satu! Berjaga di sebelah selatan!! Pasukan dua! Bergerak memadamkan api di desa dengan jurus tsunami! Pasukan tiga! Tiup asap dengan jurus angin kalian! Cari naga jadi-jadian yang menggila itu dan serang! Pasukan empat! Cari bantuan dari Master Yu Rong, kakakku!" aba-aba Yu Han.
"Baik!"
"Ke-kebakaran!!" teriak Zhen Xi panik, sambil menoleh dan menatap Ming Wei seakan ketakutan.
Ming Wei hanya tertegun melihat ekspresi panik gadis berpakaian pendekar pemberani di depannya.
"Ternyata kau penakut, Nona." komentar Ming Wei.
Zhen Xi tak menghiraukan komentar sarkastik barusan. Ia segera berlari kembali ke arah Ming Wei untuk mengatakan sesuatu.
Zhen Xi menunjuk ke arah langit sambil bertanya. "A-apa Negara Naga Langit itu menyerang lagi? Sebenarnya apa yang ia inginkan??"
"Jangan bicarakan soal ini dulu, cari tempat yang aman!" Ming Wei menggenggam tangan Zhen Xi dan menariknya masuk ke hutan dan bersembunyi di balik gundukan tanah yang ditumbuhi pohon besar.
Zhen Xi masih tertegun merasakan genggaman hangat tangan besar yang menariknya ini.
"Tuan, k-kau kan asisten ketua keamanan. Kenapa kau sembunyi seperti ini?" tanya Zhen Xi heran sekaligus tak percaya melihat kepengecutan pemuda tegap di depannya.
Tiba-tiba wajah Ming Wei mendekat bersama dengan jari telunjuknya yang menekan bibir Zhen Xi. "Ssssst!!"
Zhen Xi pun mengangguk dengan mata melebar seakan ikut tegang.
"Aku lihat, kau punya elemen angin ya? Aku takut kalau kau diculik mereka." Ming Wei kembali menengok ke belakang sambil memastikan keamanan sekitar tempat mereka bersembunyi.
Zhen Xi mengerutkan alisnya berusaha paham, tapi ia masih bingung juga.
"Elemenku angin? Saat pergi ke stan ramalan sih katanya begitu." Zhen Xi mengetuk-ngetuk dagunya sendiri sambil mengingat.
Ming Wei melepaskan genggaman tangannya. Seketika Zhen Xi memejamkan mata menahan perih. "Sssh..."
Ming Wei memperhatikan telapak tangannya sendiri yang kini terbercaki dengan cairan merah, alias darah dari telapak tangan Zhen Xi.
"Tanganmu berdarah. Sejak main pedang tadi." ujar Ming Wei sembari menarik tangan Zhen Xi kepadanya lagi dengan hati-hati.
Mata Ming Wei terlihat mencari-cari sesuatu. Ia melihati pakaian besinya dari atas ke bawah, lalu giliran menoleh ke pakaian hitam super panjang dan rumit dari pakaian Zhen Xi.
Perlahan jarinya mendekat ke arah pakaian lengan panjang Zhen Xi bagian pergelangan tangannya.
Sreeeet!
"Ah! Apa yang kau lakukan?!!" marah Zhen Xi.
Dengan terpaksa Ming Wei membekap mulut Zhen Xi. "Diam!"
"Ummm!"
"Tck." Ming Wei berdecak kesal sambil membebat luka di telapak tangan Zhen Xi perlahan-lahan.
Zhen Xi melihat semua itu, akhirnya ia merasa lebih tenang. Malahan ia jadi sedikit terharu sekarang. Sesekali ia memandangi ekspresi dan gerakan telaten Ming Wei saat membebat lukanya.
"Terimakasih..." ucap Zhen Xi tiba-tiba seakan menyesal meneriaki Ming Wei barusan.
Ming Wei masih fokus pada bebatan super rapinya, tak menjawab atau menoleh sedikitpun pada ucapan terimakasih Zhen Xi.
"Kalau saja aku punya energi medis. Petugas jurus medisnya ada di depan..." celetuk Ming Wei.
"Wah! Jurus medis?? Disini belum pernah ada kan? Bukannya cuma bangsawan dan dunia langit ke tujuh yang punya??" Zhen Xi berseru dengan antusias.
Ming Wei menggeleng sambil terkekeh. "Warga langit ke enam ternyata sepolos manusia biasa."
"Hm? Memangnya Tuan dari mana?" Zhen Xi memiringkan kepalanya, ia benar-benar terlihat imut sampai wajah Ming Wei memerah tanpa disengaja. Ming Wei segera memalingkan wajahnya dan menjaga ekspresi agar terlihat biasa saja.
"Aku dari langit ke tujuh, harus turun kesini untuk melindungi desa yang diincar musuh bebuyutan langit ke tujuh." jelas Ming Wei.
"Tapi memangnya kenapa kalau aku berelemen angin? Kenapa Negara Naga Langit akan menculikku? Lalu kenapa Tuan peduli??" tanya Zhen Xi bertubi-tubi.
Benar juga. Kenapa aku peduli? Ming Wei menepuk pipinya sendiri.
Tapi aku harus memastikan sesuatu dengan gadis ini. Aku sedikit meragukan ini, tapi... Ming Wei mengangguk kecil sambil berfikir seorang diri.
"Kenapa? Kenapa? Kenapa??"
"Tck. Sangat cerewet. Sudah ditolong malah bertanya mengapa! Sudah tugasku melindungi warga!" sangkal Ming Wei.
Zhen Xi pun terdiam merasa bersalah sambil cengengesan.
Ming Wei menengok memastikan keamanan lagi, setelah itu menghela nafas seraya mencari posisi duduk yang enak.
"Setelah lima juta delapan ratus empat puluh tahun tidak menyerang, mereka kembali lagi. Mereka itu sangat tamak..." ujar Ming Wei sambil menengadahkan kepalanya, merenungi sesuatu.
[Setara dengan enam belas tahun dalam waktu bumi.]
"Penjelasanmu kurang jelas. Memangnya, apa yang mereka tamakkan?" desak Zhen Xi.
"Nona pendekar yang payah. Apa Nona tidak tahu? Negara berelemen api itu ingin mendapatkan jantung pewaris elemen air, elemen angin, elemen petir, dan elemen udara untuk mencapai kekuatan yang terhebat!"
Zhen Xi membelalakkan matanya. "Jantung?!"
"Kejam sekali!" panik Zhen Xi.
Ming Wei menggeleng masih tak percaya dengan kebodohan gadis di depannya. Ia kira, pendekar tidak akan kekurangan materi dan berita terkini kan?
"Sebenarnya, Dewa Hujan tidak punya putra lagi. Putranya itu sudah berhasil mereka tangkap dengan cara licik." bisik Ming Wei.
Wajah Zhen Xi mulai pucat pasi.
"Kabarnya, kekuatan jantung itu tidak bekerja. Itu artinya, putranya Dewa Hujan bukan pewaris elemen air terkuat. Mereka masih mengincar beberapa anak petinggi Dewa Hujan, terutama yang terlihat pesat kemajuan kekuatan elemennya."
"Itu mengerikan... tapi mana mungkin putranya Dewa Hujan bukan pewaris elemen terkuat? Jangan-jangan, soal penyatuan jantung lima elemen yang menghasilkan kekuatan terhebat itu hanya mitos yang Negara Naga Langit buat dan percayai sendiri?"
Ming Wei tersenyum miring. "Hmh."
"Imajinasi dan kekritisan berfikirmu bagus, tapi itu agak berlebihan. Itu bisa jadi mitos, tapi sayangnya itu memang benar. Karena, jantung pewaris elemen api sendiri memang terbukti bekerja kekuatannya."
"Kau tahu? Raja Naga membunuh putranya sendiri untuk mendapatkan jantung itu."
Pupil mata Zhen Xi mengecil, bagai mendengar kisah pengantar tidur bergenre kejam, ia menggeleng keras.
"Desa Yu ini mayoritas berelemen air, itupun hanya status elemennya saja, mereka tidak benar-benar kuat seperti bangsawan langit ke tujuh. Tapi siluman naga itu menyerang desa ini sejak lama karena bersikeras tentang pewaris elemen angin. Katanya, kami menyembunyikan pewaris elemen angin di Desa Yu. Padahal, tidak."
Zhen Xi mengerjap beberapa kali untuk memahami penjelasan panjang dari Ming Wei.
"Apa Nona tidak dengar? Dewi Angin yang lama, terbunuh di desa ini. Sayangnya dia bukan pemilik warisan elemen angin terkuat. Putrinya lah yang punya. Malahan kabarnya, bayi yang ia bawa itu ia sembunyikan di sekitar Desa Yu sebelum ia tertangkap. Entah siapa yang membesarkan pemilik warisan elemen angin terkuat itu, atau bayi itu sudah tiada sebenarnya..."
Zhen Xi bergidik ngeri. "Terbunuh di desa ini??"
Ming Wei mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
ara-ara
5like+fav bund
jngn lupa mampir
-perfect love
-aku bukan dia
2021-06-24
1
☘️SuZaan
aku mampir nih,, like buat kamu..
bagus ceritanya,, besok lagi aku lanjut baca..
terus semangat💪💪💪
2021-03-01
1
альфа
dan pewaris elemen Angin terkuat itu adalah Zhen Xi😆😆
2021-02-26
1