Hari ini aku belajar berbohong untuk pertama kalinya. Ternyata rasanya sangat tidak tenang ya. batin Ci Hui sambil mengusap keringat yang tiba-tiba mengaliri pelipisnya.
"Ci Hui kalau kau melihat Zhen Xi, tolong langsung beri tahu paman ya?" pinta Se Lik dengan sungguh-sungguh.
Ci Hui sempat tertegun ragu sebelum mengangguk-angguk cepat.
"Kalungmu jatuh." Yen Li menyahut sebuah kalung emas yang terpampang di atas permukaan tanah.
"Ah itu, mungkin ada yang lepas. Sepertinya pengaitnya rusak hahaha..."
Ci Hui tidak pandai berbohong. Zhen Xi menggeleng sambil menutupi wajahnya di atas sana.
"Rusak? Biar paman betulkan." Se Lik menengadahkan tangannya.
Ups. Paman adalah ahli logam. Aku benar-benar bodoh. sungut Ci Hui dalam hati.
Ci Hui menarik kembali tangannya dan memasukkan kalungnya ke dalam kantong baju. "Ep, paman cari Zhen Xi dulu saja! Ci Hui akan ikut. Anak itu pasti belum jauh kan? Sejak kapan dia kabur??" hebohnya untuk mengalihkan perhatian.
Se Lik yang tampak frustrasi itu sampai mengacak rambutnya sendiri dan mendesis pasrah. "Benar. Kita harus mencarinya dulu."
"Jika tidak bisa diketemukan sampai besok pagi, aku terpaksa meminta bantuan penjaga wilayah." gumam Se Lik.
"Penjaga wilayah? Bukannya memakai jasa mereka itu sangat mahal??" Mulut Yen Li sampai ternganga.
Semantara Zhen Xi, melotot.
"Lebih baik tidak memaksakan diri, Ibu bisa semakin marah..." Yen Li menyentuh bibirnya sendiri, dia jadi bingung harus berbuat apa.
Ayahnya itu tampak berfikir ulang.
Zhen Xi mengamati wajah sedih ayahnya itu dari atas. Selamat tinggal kalian semua. Maafkan aku Ayah, nanti Ayah pasti perlahan bisa melupakan Zhen Xi. Zhen Xi sangat menyayangi Ayah dan Kak Yen Li. Jangan mencariku dengan bantuan penjaga wilayah ya! batin Zhen Xi dengan tatapan teduh.
Swush!
"Zhen Xi?" Suara kain yang terterpa angin itu membuat Se Lik menoleh ke segala arah.
Zhen Xi melompati atap-atap rumah warga untuk melewati lima pemukiman dalam waktu singkat, untuk menyingkir dari keramaian.
Setelah dirasa suasana menjadi sunyi dan tenang, Zhen Xi mendudukkan dirinya di atas rerumputan tanpa mempedulikan betapa sepinya perbatasan antara pemukiman dan hutan tempat ia berada itu.
"Hiks. Hiks. Hiks hiks..."
Sebenarnya ia tak rela pergi, tapi dia harus sadar diri. Anak pungut tetaplah anak pungut, anak sial tetaplah anak sial. Dirinya tak bisa tinggal lebih lama disana.
Srek.
"Hiks hiks. Hiks hiks..."
Tep tep tep.
Sebuah kaki melangkah mendekati Zhen Xi.
"Hah?" Zhen Xi menoleh kesana kemari.
"Itu dia! Cepat! Jangan biarkan penyusup berbaju hitam itu lolos!!" teriak seorang laki-laki muda beetubuh tegap. Sepertinya, ia adalah ketua pasukan keamanan wilayah.
Zhen Xi melotot. "Penyusup??"
"A-aku bukan penyusup. Kalian salah sangka!" panik Zhen Xi.
Pasukan lokal Wilayah Yu pun menyergap Zhen Xi dari berbagai arah.
"Apa seperti ini kemampuan dari Naga Langit? Apa seperti ini caranya berperang?? Memakai pakaian penyusup?"
"Kalian mengajak kami bercanda ya? Sok berani dengan mengajak adu kekuatan di perbatasan malam ini juga, tapi ternyata kalian benar-benar pengecut!!" cerca ketua pasukan keamanan wilayah yang agak tampan itu.
"Hah! Hei! Aku bukan orang jahat!!" seru Zhen Xi dengan suara melengking, tapi semua pasukan itu sudah menodongkan pedang ke arahnya.
"Hiyaaaat!!"
Sriiing-! Zhen Xi terpaksa menarik pedang yang selama ini ia bawa di balik punggungnya.
Tang! Tang! Tang!!
"Hiyaaa tolong hentikan! Aku- a,aku bukan penjahat!!"
"Bukan penjahat? Lalu kenapa membawa pedang?" Sang ketua menyilangkan tangannya sambil mengawasi.
Matanya menyipit beberapa kali saat melihat kemampuan Zhen Xi. "Dia tidak mahir menggunakan pedang." gumamnya
Asisten ketua yang tak jauh beda umurnya dengan ketua keamanan wilayah itu buru-buru mendekat. "Yu Han, jangan-jangan dia memang bukan penyusup? Dia terus berteriak takut sambil mengayunkan pedangnya..."
Yu Han kembali mengamatinya. "Kau benar Ming Wei."
"Gerakannya memang berantakan, tapi kenapa bisa secepat itu?" tanya Yu Han seakan meminta pendapat.
"Aku jadi gemas, banyak sekali gerakan yang salah." gumam si asisten yang bernama Ming Wei itu.
Yung Han menertawakan teman sepekerjanya ini, dia memang seorang pengajar di sebuah sekolah pedang yang sangat kritis dalam berfikir.
"Yu Han, jangan tertawa. Aku serius, dia bukan penyusup. Dia benar-benar tidak bisa menerapkan gerakan dasar sedikitpun!"
"Begitukah??" Yu Han langsung berlagak serius.
"Semuanya! Berhenti!!!" Yu Han memberi aba-aba.
Dalam sekejap, puluhan pasukan itu berhenti bergerak.
"Mh... hahh... hah..." Tangan Zhen Xi berusaha menopang tubuhnya yang lelah dengan membungkuk menyentuh lututnya yang bergetar.
"Tuan, orang ini memang penyusup! Pedangnya itu bukan pedang biasa!" Seorang anggota keamanan itu angkat bicara.
Yu Han mendekati Zhen Xi dengan tatapan meremehkan. "Nona... kau mencuri pedang ini dari siapa? Apa ini pakaian pendekar hebat?"
Zhen Xi masih belum bisa bicara dengan baik, belum pernah ia mengayunkan pedangnya secepat dan selama itu sebelumnya. Biasanya hanya untuk menarik pembeli, tidak sampai bertarung sungguhan.
"Dia memang gadis biasa." Yu Han mengangguk membenarkan setelah melihat Zhen Xi yang kelelahan.
"Tuan, tolong dilihat dulu! Pedang kami, beberapa jadi patah setelah mengenai pedang itu!" Seorang anggota lainnya memohon kembali.
"Ya Tuan, kami yang jumlahnya banyak ini juga belum berhasil menyentuhnya sama sekali. Dia bukan gadis biasa!" imbuh yang lainnya.
Telinga Zhen Xi memanas mendengar perkataan semua orang tentangnya. "Aku bukan penyusup! Aku memang suka baju hitam seperti ini." elaknya.
"Kalau pedang kalian patah, itu karena atasan kalian korupsi! Apa pendistribusian uang untuk senjata dikorupsi? Jangan-jangan pedangnya tidak pakai resep logam yang bagus." ejek Zhen Xi.
Yu Han dan Ming Wei saling bertatapan setelah mendengar ucapan Zhen Xi. Keduanya langsung melihat-lihat ulang pedang yang mereka miliki.
Zhen Xi tersenyum bangga. "Aku membeli ini di pasar. Ayah angkatku yang membuatnya."
"Nona, dimana kau tinggal? Sepertinya kami harus membeli yang sama." tanya Yu Han.
Ming Wei mendelik pada Yu Han dengan spontan. "Ketua, kenapa kita jadi merendah padanya??"
"Ah benar." Yu Han berdeham kecil dan mengembalikan kewibawaannya.
"Nama ayah angkatku adalah Se Lik. Kalian cari saja di pasar bagian barat. Pesan yang keluaran terbaru ya, yang ku bawa ini yang keluaran terbaru hihi." Zhen Xi tersenyum menunjukkan gigi-giginya agar ia bisa lolos dari sini.
Zhen Xi sengaja membuat akting terperanjat kecil seakan teringat akan sesuatu. "Ah! Aku harus pergi. Sampai jumpaa..." pamitnya sambil mengayunkan telapak tangannya yang berdarah.
"Ep." Ming Wei dan Yu Han seperti hendak memberi tahu tentang luka di tangan Zhen Xi, tapi mereka menahan langkahnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ig: @pauwffy
butuh kasih sayang
2021-03-02
1
Irawati Pek
menarik....
2021-02-08
1
lalalisa
Hai kak ceritanya menarik aku suka, udah aku like juga. Btw jangan lupa mampir yah ke karya ku, judulnya :
"pengagum kakak santri"
2021-01-11
1