She Is My Love
"Ayah.....bunda, kenapa kalian meninggalkan ku?"wanita itu terus menangis di samping jazad orang tuanya.
"Nona tenangkan diri mu."ucap pria tinggi lebih tua 10 tahun darinya. "Kemapa aku memanggilnya nona orang tua bodohnya itu audah pergi tidak ada lagi yang perlu ku hormati."
"Kenapa mereka tega meninggalkan ku paman?"tanya wanita itu
"Mely tenangkan diri mu, ini sudah jalannya...."ucap pamannya wanita bernama mely itu menggeleng dia tidak terima atas semua ini.
Pria itu menghelakan nafasnya kenapa begitu susah mengatur wanita ini. "Dasar keras kepala."batin pria itu.
Ditariknya paksa tangan wanita itu membuatnya berdiri. "Aku akan mengantar mu kerumah nenek besok setelah pemakaman orang tua mu"ucap pamannya
Mely menatap pamannya bingung, kenapa pria itu berubah drastis.
Keesokan harinya slesai dari pemakaman Mely di bawa pergi oleh pamannya kesebuah kota yang jauh dari kota kelahirannya.
"Ayah bunda...aku akan merindukan kalian."batinnya mantap awan-awan putih dari luar jendela.
Hampir 3 jam perjalanan dia sampai dikota yang sudah lama tidak dia kunjungi lebih dari 10 tahun lamanya. Setelah turun dari pesawat mely dan pamannya pergi menggunakan sebuah mobil mewah yang menjemput mereka, satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah ruah putih yang di hiasi banyak tanaman.
"Paman kenapa aku di kirim kerumah nenek? Bukan kah aku bisa tinggal di rumah lama ku?"tanya Mely.
"Itu bukan lagi rumah mu."jawab pamannya dingin.
"Hy selamat datang cucu ku, oh maaf calon pembantu ku lebih tepatnya."ucap wanita tua yang menyambut kedatangan mereka.
"Maksud nenek?"tanya Mely.
Neneknya hanya tertawa tidak menjawab pertanyaan dari Mely. "Sekarang kau pergi kebelakang,elis akan mengajari mu bagaimana menjadi pelayan pintar dirumah ini."ucap wanita tua itu membuat Mely terkejud.
"Elis."terika wanita tua itu.
"Iya nyonya."ucap wanita yang lebih tua sedikit darinya Mely.
"Ajari cucu ku ini seperti yang aku jelaskan tadi, jika dia melawan berikan saja dia hukuman."ucal wanita tua itu lalu melangkah pergi menaiki tangga.
"Nenek apa maksud nenek? Paman, paman tidak akan meninggalkan ku kan?"tanya Mely.
"Kau bukan lagi keponakan ku, orang tua mu sudah bukan dari keluarga ini jadi kau bukan keluarga kami, bawa dia kebelakang dan jika dia melawan kurung saja dia."ucap pamanya terseyum miring lalu melangkah pergi.
"Baik tuan."balas elis.
"Tidak....aku tidak mau."tolak Mely saat di tarik paksa oleh elis kepala pelayan di rumah itu.
"TIDAK...."
^^^^^
"EMELY"teriak seorang pria yang terbangun dari tidurnya.
"Hah.....hah....hah...."dia bermimpi wanita itu lagi
"Dimas sayang apa yang terjadj kenapa kau berteriak?"tanya seseorang dari balik pintu
"Tidak papa mah, Dimas hanya mimpi buruk saja"jawab Dimas mengusap wajahnya yang berkeringat.
"Benarkah?, ya sudah sekarang bersiap lah kau taukan hari ini hari apa, adik kesayangan mu itu akan marah jika kau tidak membantunya hari ini."ucap ibunya Dimas seikit terseyum.
"Baiklah Dimas akan bersiap."balas Dimas dia beranjak dari ranjangnya dan melangkah menuju kamar mandi.
Dia berdiri tepat di depan kaca kamar mandinya menatap pantulan dirinya. Wajah tampan dan tubuh tinggi membuatnya menjadi tipe ideal para wanita.
"Kau di mana ly, aku terus mencari mu."gumam Dimas
Dia masih terus setia menunggu wanita itu kembali selama lima tahun lebih Dimas tidak lagi mendengar kabarnya. Dia wanita yang Dimas cintai wanita yang dimana kagumi selama ini dan sekarang hilang tanpa jejak yang dia tau hanyalah orang tua dari wanita itu sudah tiada.
"Aku merindukan mu."
Selesai dari bersiap Dimas menuruni tangga rumahnya dan melihat semua barang-barang persiapan hari ulang tahun adiknya.
"Akhirnya kakak turun juga, aku pikir kakak akan mengurung diri didalam kamar seharian saat libur seperti ini."ucap Leni sambil berkacak pinggang.
Dimas mendekat dan mengelus pucuk kepalanya. "Bagaimana mungkin kakak melewatkan hari penting ini hah? Hari ulangtahun adik kesayangan ku ini."ucap Dimas sambil mencubit pipi Leni pelan.
Mereka mempersiapkan acara dengan begitu semangatnya, dibantu oleh pelayan di rumah itu dan beberapa pemdekor lainnya.
"Selamat siang tuan"sapa seseorang mengalihkan perhatian Dimas dan Leni.
"Bagaimana apa kau menemukannya?"tanya Dimas Leni menatap kakaknya kenapa dia masih mencari wanita itu.
"Untuk saat ini kami masih berusaha mencarinya, tapi kami menemukan infomasi penting, kalau nona Emely masih hidup tapi dia tidak tinggal di kota ini, hanya ini yang bisa saya sampaikan tuan."jelas sekretaris Dimas
"Baiklah kalau begitu,lanjutkan pekerjaan mu."pria itu mengangguk hormat lalu pergi dari hadapan Dimas dan Leni
"Kakak masih mencari wanita itu?"tanya Leni menatap Dimas.
"Iya."jawab Dimas.
"Kakak masih saja mencari wanita yang tidak tau terimakasih itu....Kak dia dulu pernah menyakiti kakak, kenapa kakak masih mengharapkannya?"tanya Leni.
"Kau tak perlu menanyakannya."jawab Dimas lalu pergi dari hadapan Leni.
"Kak.....kak Dimas..."Dimas tidak menghiraukan panggil adiknya itu yang dia pikirkan sekarang hanya wanitanya.
"Kau telah menghancurkan kebahagiaan kakak ku, aku tidak akan pernah memaafkan mu Emely."gumam Leni
^^^^^^
Dalam pun tiba acara yang sudah di persiapkan berjalan dengan lancar. Merayakan ulang tahun putri keluarga hardiwijaya sekaligus kesusesan karir anak mereka adalah suatu keharusan.
"Mah, dimana ayah?"tanya Leni pada Rose yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.
"Ayahmu masih di kamarnya, entah sedang apa mamah saja tidak tau. Ayah mu itu seperti wanita dia akan lama hanya untuk mempertampan dirinya saja."jawab Rose.
Leni menghelakan nafasnya lalu menatap seseorang yang datang bersama kakaknya.
"Leni datangin kak Dimas dulu mah."ucap Leni Rose hanya mengangguk.
Leni mendekati kakaknya yang sedang asik mengobrol.
"Kak, hy kak dev."sapa Leni terseyum pada teman Dimas. Deva.
"Hy, kau tambah cantik saja Len."ucap Deva Leni terseyum malu.
"Gak usah malu kaya gitu, centil amat baru di puji canti udah senang."ucap Dimas Leni hanya mengerucutkan bibirnya.
"Wanita mana sih yang gak mau di bilang cantik, kakak juga kadang mau di bilang tampan terus oleh mamah."balas Leni Deva tertawa pelan mendengar perdebatan kakak beradik itu.
"Suka-suka aku lah."balas Dimas Leni hanya menatap kakaknya malas.
"Kak Dev udah mencicipin masakannya?"tanya Leni Pria itu terseyum.
"Belum, kau ingin menemaniku?"tanya Deva Leni terseyum senang dan mengangguk.
Deva mengulurkan tanganya yang di sambut baik oleh Leni. "Awas kalau sampai lecek, barang atik tu."ucap Dimas lalu terkekeh melihat tingkah adiknya yang menyukai temannya itu.
"Ya kali sahabat sendiri jadi ipar, kayanya seru deh."gumam Dimas tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya membuat Dimas menoleh terkejud.
"Hy kak dimas."saya orang itu wajah Dimas berubah dingin dan datar.
"Hy"balas Dimas lalu melihat kearah lain.
"Uumm kakak lihat Leni tidak?"tanya orang itu.
Dimas menunjuk dengan dagunya mengarah pada dua orang yang sedang asik tertawa sambil mencicipi kue-kue yang di sediakan di atas meja.
"Wah mereka pasangan serasi."ucap orang itu.
"Jika kau iri datangi saja mereka."ucap Dimas lalu melangkah pergi meninggalkan orang itu.
"Ish kenapa sih,kak Dimas gak pernah yang lembut dikit aja gitu sama aku."ucap orang itu kesal sambil menghentakan kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
เลือดสีน้ำเงิน
jejak dukungan ❤️
2021-01-28
1