NovelToon NovelToon

She Is My Love

dimana

"Ayah.....bunda, kenapa kalian meninggalkan ku?"wanita itu terus menangis di samping jazad orang tuanya.

"Nona tenangkan diri mu."ucap pria tinggi lebih tua 10 tahun darinya. "Kemapa aku memanggilnya nona orang tua bodohnya itu audah pergi tidak ada lagi yang perlu ku hormati."

"Kenapa mereka tega meninggalkan ku paman?"tanya wanita itu

"Mely tenangkan diri mu, ini sudah jalannya...."ucap pamannya wanita bernama mely itu menggeleng dia tidak terima atas semua ini.

Pria itu menghelakan nafasnya kenapa begitu susah mengatur wanita ini. "Dasar keras kepala."batin pria itu.

Ditariknya paksa tangan wanita itu membuatnya berdiri. "Aku akan mengantar mu kerumah nenek besok setelah pemakaman orang tua mu"ucap pamannya

Mely menatap pamannya bingung, kenapa pria itu berubah drastis.

Keesokan harinya slesai dari pemakaman Mely di bawa pergi oleh pamannya kesebuah kota yang jauh dari kota kelahirannya.

"Ayah bunda...aku akan merindukan kalian."batinnya mantap awan-awan putih dari luar jendela.

Hampir 3 jam perjalanan dia sampai dikota yang sudah lama tidak dia kunjungi lebih dari 10 tahun lamanya. Setelah turun dari pesawat mely dan pamannya pergi menggunakan sebuah mobil mewah yang menjemput mereka, satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah ruah putih yang di hiasi banyak tanaman.

"Paman kenapa aku di kirim kerumah nenek? Bukan kah aku bisa tinggal di rumah lama ku?"tanya Mely.

"Itu bukan lagi rumah mu."jawab pamannya dingin.

"Hy selamat datang cucu ku, oh maaf calon pembantu ku lebih tepatnya."ucap wanita tua yang menyambut kedatangan mereka.

"Maksud nenek?"tanya Mely.

Neneknya hanya tertawa tidak menjawab pertanyaan dari Mely. "Sekarang kau pergi kebelakang,elis akan mengajari mu bagaimana menjadi pelayan pintar dirumah ini."ucap wanita tua itu membuat Mely terkejud.

"Elis."terika wanita tua itu.

"Iya nyonya."ucap wanita yang lebih tua sedikit darinya Mely.

"Ajari cucu ku ini seperti yang aku jelaskan tadi, jika dia melawan berikan saja dia hukuman."ucal wanita tua itu lalu melangkah pergi menaiki tangga.

"Nenek apa maksud nenek? Paman, paman tidak akan meninggalkan ku kan?"tanya Mely.

"Kau bukan lagi keponakan ku, orang tua mu sudah bukan dari keluarga ini jadi kau bukan keluarga kami, bawa dia kebelakang dan jika dia melawan kurung saja dia."ucap pamanya terseyum miring lalu melangkah pergi.

"Baik tuan."balas elis.

"Tidak....aku tidak mau."tolak Mely saat di tarik paksa oleh elis kepala pelayan di rumah itu.

"TIDAK...."

^^^^^

"EMELY"teriak seorang pria yang terbangun dari tidurnya.

"Hah.....hah....hah...."dia bermimpi wanita itu lagi

"Dimas sayang apa yang terjadj kenapa kau berteriak?"tanya seseorang dari balik pintu

"Tidak papa mah, Dimas hanya mimpi buruk saja"jawab Dimas mengusap wajahnya yang berkeringat.

"Benarkah?, ya sudah sekarang bersiap lah kau taukan hari ini hari apa, adik kesayangan mu itu akan marah jika kau tidak membantunya hari ini."ucap ibunya Dimas seikit terseyum.

"Baiklah Dimas akan bersiap."balas Dimas dia beranjak dari ranjangnya dan melangkah menuju kamar mandi.

Dia berdiri tepat di depan kaca kamar mandinya menatap pantulan dirinya. Wajah tampan dan tubuh tinggi membuatnya menjadi tipe ideal para wanita.

"Kau di mana ly, aku terus mencari mu."gumam Dimas

Dia masih terus setia menunggu wanita itu kembali selama lima tahun lebih Dimas tidak lagi mendengar kabarnya. Dia wanita yang Dimas cintai wanita yang dimana kagumi selama ini dan sekarang hilang tanpa jejak yang dia tau hanyalah orang tua dari wanita itu sudah tiada.

"Aku merindukan mu."

Selesai dari bersiap Dimas menuruni tangga rumahnya dan melihat semua barang-barang persiapan hari ulang tahun adiknya.

"Akhirnya kakak turun juga, aku pikir kakak akan mengurung diri didalam kamar seharian saat libur seperti ini."ucap Leni sambil berkacak pinggang.

Dimas mendekat dan mengelus pucuk kepalanya. "Bagaimana mungkin kakak melewatkan hari penting ini hah? Hari ulangtahun adik kesayangan ku ini."ucap Dimas sambil mencubit pipi Leni pelan.

Mereka mempersiapkan acara dengan begitu semangatnya, dibantu oleh pelayan di rumah itu dan beberapa pemdekor lainnya.

"Selamat siang tuan"sapa seseorang mengalihkan perhatian Dimas dan Leni.

"Bagaimana apa kau menemukannya?"tanya Dimas Leni menatap kakaknya kenapa dia masih mencari wanita itu.

"Untuk saat ini kami masih berusaha mencarinya, tapi kami menemukan infomasi penting, kalau nona Emely masih hidup tapi dia tidak tinggal di kota ini, hanya ini yang bisa saya sampaikan tuan."jelas sekretaris Dimas

"Baiklah kalau begitu,lanjutkan pekerjaan mu."pria itu mengangguk hormat lalu pergi dari hadapan Dimas dan Leni

"Kakak masih mencari wanita itu?"tanya Leni menatap Dimas.

"Iya."jawab Dimas.

"Kakak masih saja mencari wanita yang tidak tau terimakasih itu....Kak dia dulu pernah menyakiti kakak, kenapa kakak masih mengharapkannya?"tanya Leni.

"Kau tak perlu menanyakannya."jawab Dimas lalu pergi dari hadapan Leni.

"Kak.....kak Dimas..."Dimas tidak menghiraukan panggil adiknya itu yang dia pikirkan sekarang hanya wanitanya.

"Kau telah menghancurkan kebahagiaan kakak ku, aku tidak akan pernah memaafkan mu Emely."gumam Leni

^^^^^^

Dalam pun tiba acara yang sudah di persiapkan berjalan dengan lancar. Merayakan ulang tahun putri keluarga hardiwijaya sekaligus kesusesan karir anak mereka adalah suatu keharusan.

"Mah, dimana ayah?"tanya Leni pada Rose yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.

"Ayahmu masih di kamarnya, entah sedang apa mamah saja tidak tau. Ayah mu itu seperti wanita dia akan lama hanya untuk mempertampan dirinya saja."jawab Rose.

Leni menghelakan nafasnya lalu menatap seseorang yang datang bersama kakaknya.

"Leni datangin kak Dimas dulu mah."ucap Leni Rose hanya mengangguk.

Leni mendekati kakaknya yang sedang asik mengobrol.

"Kak, hy kak dev."sapa Leni terseyum pada teman Dimas. Deva.

"Hy, kau tambah cantik saja Len."ucap Deva Leni terseyum malu.

"Gak usah malu kaya gitu, centil amat baru di puji canti udah senang."ucap Dimas Leni hanya mengerucutkan bibirnya.

"Wanita mana sih yang gak mau di bilang cantik, kakak juga kadang mau di bilang tampan terus oleh mamah."balas Leni Deva tertawa pelan mendengar perdebatan kakak beradik itu.

"Suka-suka aku lah."balas Dimas Leni hanya menatap kakaknya malas.

"Kak Dev udah mencicipin masakannya?"tanya Leni Pria itu terseyum.

"Belum, kau ingin menemaniku?"tanya Deva Leni terseyum senang dan mengangguk.

Deva mengulurkan tanganya yang di sambut baik oleh Leni. "Awas kalau sampai lecek, barang atik tu."ucap Dimas lalu terkekeh melihat tingkah adiknya yang menyukai temannya itu.

"Ya kali sahabat sendiri jadi ipar, kayanya seru deh."gumam Dimas tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya membuat Dimas menoleh terkejud.

"Hy kak dimas."saya orang itu wajah Dimas berubah dingin dan datar.

"Hy"balas Dimas lalu melihat kearah lain.

"Uumm kakak lihat Leni tidak?"tanya orang itu.

Dimas menunjuk dengan dagunya mengarah pada dua orang yang sedang asik tertawa sambil mencicipi kue-kue yang di sediakan di atas meja.

"Wah mereka pasangan serasi."ucap orang itu.

"Jika kau iri datangi saja mereka."ucap Dimas lalu melangkah pergi meninggalkan orang itu.

"Ish kenapa sih,kak Dimas gak pernah yang lembut dikit aja gitu sama aku."ucap orang itu kesal sambil menghentakan kakinya.

ketemu

Seorang pria tampan berdiri menghadap kaca diruangannya yang memperlihatkan pemandangan kota dengan postur tubuh yang tinggi tegap,bahu yang lebar dan rambut yang tertata rapi memperlihatkan ketampannya

"Tuan"panggil seseorang membuat pria itu berbalik

"Kau menemukannya?"tanya pria itu

"Ya saya menemukannya,dia tinggal disebuah desa jauh dari kota ini tuan dia tinggal bersama neneknya"jawab orang itu

"Di desa?"pria itu tampak bingung dengan penjelasan orang itu

"Iya tuan,dari informasi yang saya dapat orang tuanya meninggal karena kecelakaan lima tahun lalu dan dia dirawat oleh neneknya disebuah desa,tapi dia tidak dirawat dengan baik oleh neneknya dia hanya dijadikan pembantu"jawab orang itu

"Begitu rupanya,kerja mu bagus,sekarang pergilah atur ulang jadwal ku untuk satu minggu kedepan aku akan pergi menjemputnya"ucap pria itu

"Baik tuan"ucap orang terpercayanya

Pria itu terseyum "aku merindukan mu"gumamnya lalu dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya sebuah foto wanita cantik yang selalu dia cari

"Kita akan bertemu lagi"bibir itu melengkung indah memperlihatkan seyum manisnya dengan lesung pipi di kedua pipinya

Ponselnya tiba-tiba berdering menandakan panggilan masuk, diraihnya ponsel itu dari saku celananya lalu melihat siapa sih penelpon itu.

"Cih, kenapa Leni memberikan nomor ku pada teman gilanya ini."gumam Dimas kesal

Walau dimas tidak menyimpan nomor ponsel wanita itu, tapi poto profil dari nomor itu terpampang di layarnya.

"Dasar aneh."gumam Dimas lalu mematikan telpon itu.

\=\=\=\=\=\=

Didalam kamar Dimas sudah menyiapkan pakaiannya yang akan dia bawa besok, dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan wanitanya.

"Dimas."panggil seorang wanita

"Iya mah."balas Dimas menatap Rose yang menghampirinya.

"Kau sudah menemukannya sayang?"tanya Rose sambil mengelus pundak putranya.

"Sudah mah dan Dimas akan menjemputnya besok."jawab Dimas Rose terseyum lalu bersandari pada bahu putranya.

"Mamah akan mendukung keputusan apa pun yang kau ambil."ucap Rose.

"Terimakasih mah."ucap Dimas memeluk ibunya.

"Mamah akan membantu mu."ucap Rose lalu membantu memberesan keperluan Dimas.

Setelah semuanya selesai Rose keluar dari kamar Dimas.

Helaan nafas terdengar dari Dimas. "Semoga keputusan ku benar."gumamnya.

Di pagi harinya

Dimas sudah bersiap akan berangkat pagi ini semua barangnya sudah di bawa oleh fiko sekretarisnya.

Sepanjang perjalanan Dimas terus terseyum harapan bertemu dengan wanitanya sebentar lagi akan terkabulkan.

"Aku benar-benar sangat merindukan mu."gumam Dimas.

Sesampainya di bandara Dimas langsung masuk kedalam pesawat dan siap berangkat. Setelah 3 jam perjalanan akhirnya Dimas sampai di kota wanitanya berada.

"Bersabarlah aku akan menjemput mu."gumam Dimas terseyum.

_\=_\=_\=_\=_

"Hy kau, berkerjalah dengan baik."ucap wanita tua sambil menunjuk-nunjuk lantai.

"Baik nek."balas cucu dari wanita tua itu.

"Jangan memanggil ku nenek kau bukan cucu ku."ucap nenek itu wanita itu hanya diam dan melanjutkan perkerjaannya yaitu mengepel lantai dengan menggunakan tanganya.

tuk

Wanita itu menoleh saat kulit kacang terlempar kearahnya, lalu melihat kearah wanita tua itu yang asik menikmati acara tv sambil memakan kacang.

"Kerja yang benar,kau hidup tidak gratis disini."ucapnya wanita itu meremas kain pel itu kuat.

Ingin sekali rasanya dia melempar kain pel itu ke wajah neneknya, tapi dia tidak bisa karena bagaimana pun jika bukan neneknya yang merawatnya sekarang dia mungkin tidak akan hidup.

"Hy apa aku menyuruh mu untuk melamun."teriak neneknya membuat wanita itu terkejud.

"Maaf nek."ucap wanita itu.

Neneknya mendekat dan menarik rambutnya "Kerjalah dengan benar atau kau aku lempar dari rumah ini."ucap neneknya tepat disamping wajahnya.

wanita itu hanya bisa memejamkan matanya, merasakan tarikan yang kuat pada rambutnya.

"kau mengerti?"tanya neneknya wanita itu hanya bisa mengangguk.

Dengan kasar neneknya melepas tarikan rambut itu dan melangkah pergi meninggalkan wanita itu sendirian.

"hiks..ayah bunda aku merindukan kalian."gumamnya menangis dilantai itu.

dia merindukan orang tuanya dia merindukan kehidupan yang tenang tanpa siksaan seperti itu.

"Apa salah ku sampai nenek membenci ku."gumamnya lagi disela tangisnya.

air mata itu terus mengalir membasihi lantai tanganya meremas kain pel itu kuat.

******

"Mely"panggil Elis kepala pelayan dirumah itu.

"Iya kak."balas Mely membalikan badannya menghadap Elis.

"Kita akan kedatangan tamu hari ini, dan nyonya meminta mu yang membuat hidangan hari ini."ucap Elis Mely menyerit bingung.

"Kenapa aku kak? Bukan kah kita punya koki rumah ini?"tanya Mely.

"Aku juga tidak tau. Turuti saja dari pada kau dapat marah lagi dari nyonya, akutidak tega melihat mu di perlakukan seperti itu oleh nyonya."ucap Elis sedih.

Mely adalah cucu dari keluarga ini tapi kenapa dia malah di perlakukan seperti itu.

Mely terseyum. "Sudahlah kak aku tidak papa kakak tidak perlu sedih."ucap Mely Elis hanya mengangguk dia tau dibalik kalimat itu Mely sangat terluka.

"Bagus..."ucap seseorang membuat Mely dan Elis terkejud.

"Bukannya berkerja kalian malah mengobrol di sini...Apa kalian ingin aku lempar dari rumah ini?"tanya orang itu Elis menunduk takut berbeda dengan Mely yang menatap orang itu.

"Cih kau seperti orang tua mu, keras kepala dan tidak bisa diatur."ucap orang itu menatap Mely tajam.

Irang itu mendekat pada Mely wanita itu siap menerima pukulan yang akan di berikan oleh pamannya itu.

"Hentikan riko, jangan memukulnya. Kau tau kan siapa yang akan datang nanti, aku tidak mau dia melihat Mely dengan wajah merah karena bekas tamparan mu."ucap wanita tua.Dara.

"Hah....kau benar ibu. Keponakan ku ini akan diambil hari ini."ucap Riko membuat alis Mely mengkerut.

"Elis bawa Mely untuk bersiap, dan setelah itu kau Mely siapkan hidangan lezat untuk tuan muda nanti."ucap Dara Mely yang masih bingung hanya diam.

"Baik nyonya."balas Elis lalu menarik tangan Mely untuk pergi.

"Kak Elis apa maksud nenek bilang tuan muda?"tanya Mely bingung.

"Sudahlah jangan pikirkan itu dulu, kakak pun tidak tau kenapa nyonya seperti itu. Sekarang kau mandi dan bersihkan diri mu dengan benar, aku akan mempersiapkan baju mu."ucap Elis Mely hanya menurut dan pergi ke kamar mandi membersihkan dirinya.

Setelah selesai dari ritual mandinya, Elis membatu Mely untuk bersiap dan merias dirinya. Walau diselimuti rasa bingung Mely hanya bisa menuruti semua yang dikatakan Elis.

"Cah...sudah siap, kau cantik sekali Mely."ucap Elis sambil mencolek dagu Mely membuat wanita itu tersipu malu.

"Kak, kenapa aku merasakan gelisah? Apa yang akan nenek lakukan?"tanya Mely Elis menatap Mely sedih

Dia merasa kasihan pada anak dari paman dan bibinya ini, bagaimana pun Elis sudah menganggap Mely sebagai adiknya.

"Kakak juga tidak tau sayang, tapi sekarang yang terpenting kau menuruti apa pun yang di katakan nyonya."jawab Elis terseyum pada Mely yang di balas dengan seyuman.

Mely menatap dirinya di pantulan cermin itu. Sudah lama dia tidak merias wajahnya seperti itu, tanpa sadar air matanya mengalir. Entah kenapa dia jadi teringat akan seseorang yang dulu pernah diacintai.

"Aku merindukan mu Mas."gumam Mely.

dia milik ku

Mely dan Elis menuruni tangga rumah itu. Dara terseyum pada Mely ini pertama kalinya wanita itu terseyum pada Mely.

"Cantiknya cucu nenek."ucap Dara sambil mengelus bahu Mely.

Mely hanya terdiam melihat perlakuan lembut neneknya itu, karena baginya itu adalah hal langka dalam hidupnya bahkan saat orang tua Mely masih bersamanya wanita itu tidak pernah bersikap lembut.

"Riko, jam berapa mereka akan datang?"tanya Dara.

"Sore ini ibu."jawab Riko lqlu menatap Mely tajam.

"Kau jangan membuat kesalahan, aku akan mengawasi mu."ucap Riko tajam lalu melangkah pergi.

"Paman mu itu memang seperti itu, hanya di depan orang tua mu saja dia akan bersikap lembut tapi sayang orang tua mu telah tiada tidak ada lagi yang melindungi mu, jadi nanti kau harus menurut pada kami."ucap Dara tajam.

"Kapan aku tidak pernah menuruti kalian?"tanya Mely Dara terseyum miring.

"Jangan menatap ku seperti itu, itu tidak ada pengaruhnya bagi ku."ucap Dara lalu pergi dari hadapan Mely.

Tangan Mely tergenggam erat. "Aku paham sekarang. Kalian berniat menjual ku."gumam Mely mata itu berkaca kenapa nasipnya seperti ini dia menyesali keadaannya yang sekarang.

"Jika saja dulu aku tidak pergi dari mu, mungkin aku masih bersama mu Mas."gumam Mely air matanya mengalir dia merindukan pria itu, pria yang dia cintai selama ini bahkan sampai saat ini.

"Mely..kau baik-baik saja?"Elis mendekati Mely dan mengelus bahunya memberi kekuatan.

"Ya, aku baik-baik saja..kau mengaharapkan apa?aku tertawa?atau aku menyoraki kehidupan ku?, semuanya sudah hancur bahkan nenek sihir itu akan menjual ku, apa lagi yang bisa ku anggap baik dalam hidup ku?..aku lelah kak."jawab Mely lalu pergi begitu saja sambil terus manangisi dirinya.

Elis menatap kepergian Mely dengan tatapan sedih. "Aku tau seharusnya kau tidak seperti ini, tapi mereka tidak suka dengan kebahagian mu Ly."gumam Elis.

.........

"Tuan."panggil Freng sekretaris Dimas

"Apa ada informasi yang kau dapat?"tanya Dimas.

"Ada tuan, neneknya berniat menjual nona Emely pada seorang pengusaha di kota ini dan dia akan datang sore ini."jawab Freng.

Tangan Dimas terkepal. "Beraninya mereka melakukan hal itu pada wanita ku. Kita akan datang sore ini kerumah itu,kita hentikan semua itu. Wanita tua itu perlu diberikan pelajaran."ucap Dimas matanya menyiratkan kebencian.

"Baik tuan muda."balas Freng menunduk hormat lalu pergi dari kamar hotel Dimas.

Pria itu beranjak dari duduknya melangkah mendekati jendela dan menatap hamparan kota.

"Sudah saatnya kau keluar dari neraka itu sayang, bersabarlah aku akan membawa mu pergi."ucap Dimas.

Hari sudah terlihat sore seorang wanita menatap keluar kaca kamarnya dengan gelisah.

"Aku tidak menginginkan ini, aku harus pergi, tapi bagaimana cara ku pergi rumah ini di jaga ketat oleh nenek sihir itu."gumam Mely.

Mely terlihat begitu gusar dan gelisah bagaimana caranya pergi dari tempat neraka ini. Bahkan dulu dia sudah berusaha kabar tapi selalu gagal karena nenenknya itu memiliki mata dimana-mana.

"Aish.....wanita tua itu membuat ku gila saja."Mely hanya bisa terus mengumpat mengeluarkan rasa kesalnya.

"Mely.."Elis mengetuk dan memanggil namanya dari balik pintu kamar.

"Nyonya meminta mu untuk keluar, tuan muda Alex akan datang sebentar lagi."ucap Elis.

"Aku tidak mau keluar, aku tidak mau menemui pria itu. Aku tidak mau di jual oleh nenenk sihir itu."teriak Mely Elis terdiam saat Riko berdiri di sampingnya dan mendengar teriakan Mely.

"Kau yakain tidak ingin keluar?"tanya Riko membuat Mely mematung.

"Paman aku mohon jangan seperti ini....aku tidak mau di jual pada pria kaya itu paman."mohon Mely.

Riko membuka pintu kamar itu tapi sayang Mely telah menguncinya. "Mely jangan memancing amarah ku, kau hanya wanita tidak berguna dalam hidup mu lebih baik kau keluar dan menurutlah sebelum aku masuk dan menarik paksa diri seperti anj*ng peliharaan"acam Riko.

Mely menggigit kuku jarinya, bagaimana ini dia tidak akan bisa lepas.

"Satu"pamanya itu mulai berhitung menandakan bahwa Mely harus keluar sebwlum hidungan itu selesai.

"Dua....jangan memancing ku Mely, KELUAR SEKARANG."teriak Riko di akhir kalimatnya.

"TIDAK... Kenapa kalian begitu membenci ku, salah ku apa pada kalian?"teriak Mely.

"Cih wanita ini, ingin sekali aku mencekiknya."ucap Riko Elis berdigit ngeri mendengar ucapan tuannya.

"Baiklah jika kau tidak keluar, aku akan mendobrak pintu ini."ucap Riko lalu dengan sekali dobrak pintu itu terbuka dan hancur menjadi dua.

Mely gemetar ketakutan, "paman...tidak....Mely tidak ingin di jual."ucap Mely menghindari Riko.

"Sudah ku katakan pada mu menurutlah, tapi kau melanggar ucapan ku, maka ini yang kau dapat."Riko mengakat tubuh Mely seperti karung beras dengan mudahnya

Mely berusaha memberontak tapi gagal kekuatan pria itu lebih besar darinya walau pria itu berumur tua dari ayahnya.

Bruk

"Akh."Riko menjatuhkan Mely begitu saja di lantai membuat Dara terkejud.

"Riko..kenapa kau membantingnya seperti itu, jika dia terluka dan tuan muda Alex melihatnya dia tidak akan mau dengan wanita ini, dan kita akan kehilangan uang itu."ucap Dara Mely menatap neneknya tidak percaya.

Benar dugaannya, ternyata apa yang dikatakan ayahnya benar.

"Keluarga mu ini bukanlah keluarga yang benar, mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan uang."

"Nenek jahat...Emely tidak punya salah pada nenek tapi kenapa nenenk seperti ini pada Emely?"teriak Mely Dara terseyum miring.

"Kau pernah melakukan kesalahan, tapi ibu mu lah yang salah kenapa dia melahirkan mu dikeluarga seperti ini, wanita bohoh seperti mu tidak pantas memberikan keturunan dikeluarga kami."ucap Dara membuat hati Mely berdenyut.

Jadi selama ini ibunya tidak pernah di terima dikeluarga ini.

"Permisi nyonya, tuan muda Alex sudah datang."ucap anak buah pelayan Elis.

"Bagus. Bersiaplah calon suami mu sudah datang, bersikap manislah."ucap Dara.

"Ayo ibu kita sambut kedatangan mereka."ucap Riko

Dara dan Riko pergi begitu saja meninggalkan Mely yang masih terduduk dilantai menahan rasa sakitnya.

"Mely...yang mana yang sakit?"tanya Elis khawatir menghamperi wanita itu,Mely mentapnya dengan mata berkaca.

"Hati Mely yang sakit kak."ucap Mely air matanya mengalir menbuat Elis juga ikut menangis.

"Maaf kakak tidak bisa menjaga mu."ucap Elis memeluk Mely erat.

"Kenapa kehidupan Mely seperti ini kak?apa Mely tidak pastas untuk bahagia?"ucap Mely menangis dalam pelukan Elis.

"Tidak....jangan mengatakan hal seperti itu Mely, kau pantas bahagia. Kakak yakin kamu akan mendapatkan kebahagia itu..."ucap Elis sambil terus mengelus kepala Mely.

×××××××

Mely hanya bisa duduk diam melihat percakapan antara nenek dan pria yang akan membelinya.

"Dia manis."ucap Alex Dara terseyum.

"Tentu saha cucu ku ini sangat manis dan penyayang."ucap Dara.

"Apa dia bisa? kenapa dia hanya diam saja?"tanya Alex terseyum miring.

"Mely bicara lah, tuan muda Alex ingin mendengar kau bicara."printah Dara.

"I...iya tuan Alex."ucap Mely takut.

"Suaranya merdu."ucap Alex menatap Mely dengan tatapan tidak bisa di jelaskan.

"Hahaha cucu ku ini memiliki suara yang indah saat dia bernyanyi."Dara hanya bersikap baik kalau dalam keadaan seperti ini.

"kau wanita licik, kemarin kau menjual sara agar mendapatkan uang tapi sekarang kau menjual ku lagi."batin Mely menatap neneknya tajam.

"Kurasa aku akan membawanya sekarang, uangnya akan aku transfer setelah dia ikut bersama ku."ucap Alex beranjak dari duduknya mendekati Mely.

Mely menghindari tuan muda itu tapi tangannya lebih dulu ditarik oleh pria itu.

"Kau ikut dengan ku."ucap Alex terseyum evil pada Mely.

"Tidak....aku tidak mau, lepaskan aku tuan."Mely terus memberontak berusaha melepas genggaman tangan Alex yang menariknya perginya.

"Nenek kau jahat, kau tega menjual cucu mu sendiri.."teriak Mely Dara hanya terseyum.

"Lepaskan aku tuan....lepas...LEPASKAN AKU."terikak Mely tapi tidak dihiraukan oleh Alex.

Pria itu terus menarik Mely sampai langkahnya terhenti saat seseorang menghalangi jalannya.

"Siapa kau?"tanya Alex.

Dara dan Riko mendekat. Mely mentap orang itu dengan bingung dia seperti pernah melihat pria itu.

Orang itu terseyum miring lalu mengangkat kepalanya. "Kau tidak mengenaliku?"tanyanya Mely membulatkan matanya

"Dimas..."Mely menatap tidak percaya orang yang berada didepannya

"Lepaskan dia.... Dia milik ku"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!