tidak berubah

Sebuah mobil berhenti di depan rumah besar berwarna putih gading beradu dengan coklat, seseorang keluar dari mobil itu di sambut oleh salah satu pelayan yang menunggu kedatangannta.

"Selamat datang tuan muda Dimas."ucap kepala pelayan di rumah itu.

"Apa kau sudah merapikan semuanya?"tanya Dimas.

"sudah tuan, dan kamar untuk nona Mely sudah saya bersihkan."jawab kepala pelayan itu.

"Baiklah."Dimas membalikan badannya menghadap Mely yang sibuk memperhatikan sekitar.

"Masuklah."ucap Dimas.

"Kau...kau tidak masuk?"tanya Mely menatap Dimas.

"Aku akan pulang kerumah."jawab Dimas.

Mely menunduk. Apa dia akan tinggal sendiri dirumah sebesar ini, lalu untuk apa Dimas membawanya kesini jika pria itu tidak bersamanya.

"Aku juga akan tinggal disini. Aku hanya pulang sebentar, tidak mungkin kau tingga di rumah sebesar ini sendirian."ucap Dimas Mely mendanga menatap Dimas.

Dimas mendekat pada Mely dan...

Cup

Mely terdiam mematung saat merasakan Dimas mencium keningnya, lalu Dimas melangkah mendekati mobil dan masuk kedalam mobil.

Hati Mely bergemuruh, sejak awal sikap Dimas terlihat dingin tapi apa tadi pria itu mencium keningnya.

"Apa kau berniat membalas dendam Dimas."guam Mely.

Didalam mobil Dimas tidak bisa menahan seyumnya melihat wajah merona Mely membuatnya terlihat lucu.

"Kau tidak pernah berubah."gumam Dimas.

Sesampainya dimas dirumah, pria itu melangkah masuk disambut oleh kepala pelayan dirumah itu

"Selamat datang tuan muda."ucap Vivi kepala pelayan. Dimas hanya membalasnya dengan deheman.

"Kakak."Leni berlari memeluk Dimas yang baru saja pulang.

"Kau sudah merindukan ku, baru dua hari saja tidak bertemu kau sudah seperti ini."ucap Dimas membalas pelukan adiknya.

"Ya aku merindukan kakak tampan ku ini."balas Leny Dimas hanya terseyum.

"Dimas.."panggil Rose mendekati Dimas dan Leni.

"Kau baru pulang? Dimana dia?"tanya Rose.

"Mah...aku tinggal di rumah ku sendiri."ucap Dimas Leni menatapnya.

"Kakak tidak tinggal disini lagi?"tanya Leni.

"Iya..."jawab Dimas.

"Tapi kenapa? Kakak masih bisa tinggal disini bersama kami. Apa kakak akan tinggal bersama wanita itu? kenapa kakak baik padanya dia sudah menyakiti kakak, apa kakak lupa dia memilih meninggalkan kakak dari pada bersama kakak."ucap Leni tidak terima.

"Itu dulu Leni, dan kau tidak tau apa alasannya meninggalkan kakak."ucap Dimas.

Leni menatapnya dengan kesal. "Sampai kapan pun aku tidak akan memaafkannya, karena dia dulu kakak menderita."ucap Leni lalu pergi begitu saja.

"Leni..."Dimas menahan Rose yang ingin mengejar putrinya.

"Biarkan saja mah, satu hari nanti dia akan paham apa yang terjadi sebenarnya."ucap Dimas Rose menghelakan nafasnya.

"Jadi dia ada dirumah mu?"tanya Rose Dimas mengangguk.

"Dimas kesini hanya ingin mengambil beberapa dokumen penting perusahaan, karena Dimas mulai sekarang tinggal disana."jawab Dimas.

"Okey...tidak papa, aku hanya bisa mendukung mu dan Dimas ingat pesan mamah. Jangan pernah membalas perbuatan seseorang yang telah menyakiti mu, karena itu hanya akan membuat mu menyesal."ucap Rose.

"Iya mah Dimas mengerti."ucap Dimas lalu memeluk Rose erat.

"Mamah akan merindukan mu, dari dulu setiap pagi wajah mu yang selalu mamah lihat tapi sekarang anak mamah yang tampan ini sudah besar dan sudah saatnya menjalani kehidupannya sendiri."ucap Rose Dimas terseyum mendengar ucapan Rose.

"Jika tidak ingin aku pergi, ubah saja aku jadi jagoan kecil mamah."ucap Dimas Rose terkekeh mendengarnya.

"Kau masih ingat panggil masa kecil mu ternyata."ucap Rose.

"Ingatan ku tajam."ucap Dimas Rose melepas pelukannya.

"Hah....kau sama saja seperti ayah mu, suka membanggakan diri."ucap Rose.

"Bukan kah aku memiliki sifat yang sama denganya."ucap Dimas Rose hanya terseyum.

^^^^^^^

"Ini kamar nona."ucap kepala pelayan yang mengantar Mely.

Mely memasuki kamar itu, dirinya dibuat kagum dengan dekorasi kamar ini. Cat berwarna putih di padukan dengan warna coklat muda sungat indah.

"Keperluan nona sudah tersedia, dan tuan mengirim pesan setelah nona selesai membersihkan diri nona bisa turun untuk makan siang."ucap pelayan itu.

"Baiklah terimakasih..."

"Kika...nama saya Kika nona."ucap Kika.

"Baiklah terimakasih Kika."ucap Mely terseyum pada Kika yang dibalas anggukan.

Setelah pintu itu tertutup, Mely melangkah mengitari kamar itu, kamar ini terlalu luas untuk dirinya sendiri.

Tidak sengaja mata Mely melihat sebuah foto yang terpajang di atas meja. Mely meraih foto itu, bibirnya terseyum melihat siapa yang ada di foto tersebut.

"Kau masih menyimpan foto kita berdua ternyata. Dimas, apa kau membenci ku?"gumam Mely menatap foto dirinya dan Dimas yang saling berpelukan.

"Aku sudah jahat pada mu, kenapa kau menyelamatkan ku?" air mata itu kembali mengalir.

Dia menyesal kenapa dulu dia meninggalkan Dimas sendirian. Seharusnya dia bisa mempertahankan hubungannya dengan Dimas walau terhalang oleh jarak.

"Aku wanita yang egois."

"Ya itulah kau."Mely membalikan badannya dan melihat Dimas berdiri di depan pintu kamarnya.

"Bersihkan diri mu."ucap Dimas lalu kembali menutup pintu kamar.

Mely mentap pintu itu, "seharus kau tidak menyelamatkan ku, aku bukan wanita yang baik untuk mu."ucap Mely.

Diletakannya kembali foto itu dan melangkah menuju kamar mandi. Dia butuh menenangkan dirinya.

Dimas masih berdirk didepan pintu kamar Mely. "Kau memang wanita egois, tapi aku masih mencintai mu"ucap Dimas.

Lalu melangkah pergi ninggalkan kamar Mely.

.....

Selesai dari ritual mandinya Mely bersiap memakai baju yanga sudah di siapkan. Dimas sepertinya sudah merencanakan ini semua, semua yang diperlukan oleh Mely sudah lengkap di kamar itu.

"Bahkan dia mesih mengingat parfum kesukaan ku."ucap Mely melihat lemari kecil yang berisi sederetan parfum yang Mely suka.

Tok tok

"Nona...tuan muda meminta anda turun."ucap Kika dari balik pintu kamar.

"Baik aku akan turun."balas Mely.

Dia menyemprotkan salah satu parfum yang ada dilemari itu. "Dia pasti menyukainya."gumam Mely terseyum.

Mely menuruni tangga dan melangkah menuju ruang makan. Dimas sudah duduk menunggu kedatanganya, Pria itu sama sekali tidak meliriknya padahal Mely sudah memakai parfum itu.

"Makanlah."ucap Dimas saat Mely sudah duduk dimeja makan.

Mereka menikmati makan siang dengan tenang tanpa obrolan, tanpa suara kecuali suara sendok yang beradu dengan piring keramit itu.

"Aku sudah selesai. Jika kau ada perlu sesuatu aku ada diruang kerja ku di lantai bawah samping ruang olahraga."ucap Dimas lalu beranjak dari duduknya.

Wajah Mely berubah pias, Dimas tidak memuji bau parfumnya.

"Oh iya, aku suka bau parfum mu."ucap Dimas lalu melanjutkan langkahnya.

Bibir Mely melengkuh indah, kalimat itu yang dia tunggu. "Mendengar kalimat itu saja sudah membuat ku senang."gumamnya.

Mely melanjutkan makannya dengan senang, seyum itu tidak hilang dari bibirnya. Hatinya berbunga setiap.

Didalam ruang kerja sepertinya ada yang juga sedang berbunga. "Hah...kau selalu membuat ku gila."guman Dimas dia sedari tadi tidak bisa menahan seyumnya.

Mely masih mengingat parfum yang biasa Dimas suka setiap Mely memakainya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!