"Siapa kau? beraninya memerintahku seperti itu."ucap Alex menatap Dimas.
"Kau sungguh tidak mengenal ku rupanya, bqiklah perkenalkan saya Dimas Anggara Hardiwijaya dan wanita yang tarik itu adalah wanita ku."ucap Dimas Mely menatap Dimas haru dia begitu merindukan pria itu.
"Apa? Hardiwijaya?" Dara tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Tuan muda Dimas, apa tujuan anda datang kemari?"tanya Dara lembut.
Dimas terseyum miring melihat wajah palsu wanita tua itu.
"kau penuh dengan kepalsuan."ucap Dimas membuat Dara tertegun.
"Apa begini cara kau mencari uang dengan menjual wanita yang tidak berdaya, bahkan cucu pun kau ingin menjualnya. Kau wanita serakah nyonya Dara."ucap Dimas.
"Jaga ucapan mu."ucap Riko tajam Dara menahan pria itu agar tidak terbawa amarah karena akan bahaya jika anak dari keluarga hardiwijaya itu bertindak. Bahkan auranya lebih menakutkan dari pada ayahnya Angga Hardiwijaya.
"Kalian semua sampah ya, tidak mengerti caranya menghargai seseorang. Kenapa kau membeli wanita muda selagi wanita tua itu masih bisa dinikmati."ucap Dimas Riko mengepalkan tanganya.
"Jaga ucapan anda tuan muda Dimas"teriak Riko.
Dimas terkekeh. "Wow aku takut..."ucap Dimas lalu tertawa.
Dimas menatap Mely lirih "kau tidak merindukan ku?"tanya Dimas Mata Mely berkaca menatap Dimas.
Hati Dimas merasa sakit saat melihat mata yang dulu menatapnya dengan cinta sekrang penuh dengan tatapan luka. Dimas terlambat menyelamatkannya dari neraka ini.
"Aku akan menyelamatkan mu, jangan menangis ini terasa sakit."ucap Dimas menunjuk dadanya Mely mengangguk dan menghapus air matanya.
"Ucup omong kosongnya sekarang menyingkirlah, aku yang akan membawanya pergi."ucap Alex tangan Dimas terkepal kuat.
"Jika kau ingin membawanya, langkahi dulu mayat ku."ucap Dimas tajam Mely menggeleng.
"Tidak jangan sakiti dia."ucap Mely.
"Tenang saja sayang aku pasti menang melawannya."ucap Dimas.
Alex memanggil semua pengawalnya membuat Dimas terkepung. Mely berusaha melepas genggaman itu tapi Alex begitu kuat.
"Kau mau kamana hah?"ucap Alex Mely meringis merasakan cengkraman itu semakin keras pada lengannya.
"Lepaskan saya tuan, tolong jangan sakiti dia....hiks.."Mely menangis dia tidak mau Dimas kenapa-kenapa.
"Kau sangat perhatian pada pria itu ternyata, kita lihat bagaimana dia mati ditangan para pengawal ku."ucap Alex mata amely membuat.
Mely melihat kearah Dimas yang sedang berkelahi dengan para pengawal Alex. "ku mohon tuhan selamatkan Dia."batin Mely air matanya terus mengalir menyaksikan Dimas yang di hajar oleh para pengawal itu.
Mely menutup matanya dan telinganya saat mendengar semua rintahan itu, dia tidak ingin melihatnya dia tidak ingin mendengar perkelahian itu.
"Riko lakukan sesuatu."ucap Dara.
Pria itu ikut dalam perkelahian, "kenapa aku memiliki putra bodoh sepertinya."ucap Dara dia terlihat gusar dia takut jika terjadi sesuatu pas Dimas maka nasipnya akan sangat berbahaya.
Dimas terus melayan semua pengawal itu dan tanpa dia sadari dari salah satu pengawal itu mengeluarkan sebuah belati melangkah perlahan mendekati Dimas saat pria itu lengah.
Hampir saja belati itu menancap suara tembakan menghentikan semuanya.
"Berhenti."teria seorang polisi yang datang bersama Freng.
Freng mendekati Dimas "Tuan tidak papa?"tanya Freng Dimas menatapnya lalu mengangguk.
Rumah besar putih itu sudah terkepung oleh banyak polisi.
"Jangan bergerak, nyonya Dara kau ditahan karana kau melakukan penjualan terlarang ini."ucap kepala polisi memborgol tangan Dara.
"Tidak saya tidak mau."Dara terus memberontak.
"Dasar kau wanita sialan, kau hanya membawa musibah bagi ku."teriak Dara Mely semakin keras menutup telinga dan matanya.
Dimas mendekat padanya menyentuh kedua tangan Mely "Tidak jangan sentuh aku tuan.."ucap Mely.
"Buka mata mu."ucap Dimas membuat Mely tertegun.
"Dimas."panggil Mely.
"Aku bilang buka mata mu."ucap Dimas.
Mely perlahan membuka matanya dan melihat semua para pengawal dan yang lainnya di bawa pergi oleh polisi. Mely mendanga menatap Dimaa yang lebih dinggi darinya.
"Kau aman sekarang."ucap Dimas air mata Mely kembali mengalir.
Dipeluknya tubuh tegab itu dengan erat selaian rindu Mely masih merasakan takut.
"Tenanglah, kau sudah aman. Kau akan aman bersama ku."ucap Dimas Mely mengangguk.
"Maafkan aku."ucap Mely Dimas hanya diam.
Jujur hatinya masih merasakan sakit tapi dia juga bisa menyalahkan keadaan Mely saat itu.
"Maafkan aku Dimas....Maafkan aku...hiks..."
"Sssttt...tenanglah, bicarakan itu nanti yang penting sekarang tenangkan diri mu."ucap Dimas memeluk Mely erat.
\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-
"Semua sudah selesai tuan, semua wanita yang ada dirumah itu sudah melakukan pemeriksaan medis."lapor Freng.
"Kerja bagus. Tetap awasi keadaan mungkin saja wanita itu memiliki kaki tangan."ucap Dimas.
"Baik tuan, saya permisi."ucap Freng Dimas mengangguk.
Freng keluar dari kamar hotel itu meninggalkan Dimas dan Mely.
"Kau bersihkan diri mu, semua keperluan mu sudah dibelikan oleh Freng ada di kamar mandi."ucap Dimas berniat pergi tapi Mely menahannya tanganya.
"Dimas....apa kau kecewa pada ku?"tanya Mely.
Dimas melepas genggaman itu membuat Mely terdiam. "Aku keluar sebentar, makanan akan di antar setengah jam lagi sebaiknya kau cepat bersihkan diri mu."ucap Dimas lalu pergi dari kamar hotel itu.
Mely menatap punggung Dimas, pria itu tidak sehangat yang dulu. "Aku tau kau membenci ku, kau menyelamatkan ku hanya karena rasa kasian."gumam Mely air matanya kembali mengalir.
"Maafkan aku."
Didepan pintu kamar Dimas berdiri diam mendengar suara tangis Mely. Hatinya berdenyut sakit mendengar suara tangis itu tapi tidak bisa berbohong kalau rasa kecewanya masih ada pada Mely.
"Seharusnya dulu kau tidak meninggalkan ku. aku tidak apa rasa cinta ku ada pada mu, tapi yang pasti aku sangat merindukan mu."gumam Dimas.
Dimas melangkah pergi meninggalkan kamar itu dan masuk kedalam kamar yang berada samping kamar Mely, dia bukan tidak ingin bersama wanita itu tapi Dimas hanya ingin sendiri lebih dulu untuk menenangkan pikirannya.
Selesai dari mandinya Mely keluar kamar mandi dengan kimono mandi yang membalut tubuhnya, saat bel kamar itu berbunyi Mely melangkah untuk membuka pintu itu.
"Permisi nona ini pesanan makanan anda."ucap pelayan pengantar makanan dihotel itu.
"Letakan diatas meja saja."ucap Mely pelayan itu mengangguk lalu mesuk kedalam kamar dan meletakan hidangan itu diatas meja.
"Saya permisi nona."ucap pelayan itu lalu pergi dari kamar itu.
Mely duduk dihadapan semua hidangan mewah itu.
"Dimana dia? Apa dia tidak makan bersama ku?"gumam Mely menatap pintu itu berharap Dimas yang membukanya.
Saat pintu itu terbuka Mely beranjak dan mendekati pintu itu tapi sayang bukan dimas yang datang.
"Oh ya ampun"Freng terkejud melihat Mely yang hanya memakai Kimono mandi hotel itu.
Freng berdiri membelakangi Mely membuat wanita itu bingung.
"Kau kenapa?"tanya Mely.
"Maaf nona, saya tidak diijinkan tuan muda untuk melihat anda dalam jeadaan seperti itu."jawab Freng.
"Freng kau ini.."Ucapan Dimas terhenti saat mwlihat Mely yang juga menatapnya.
Dimas di buat gugub melihat keadaan Mely. Dengan cepat Dimas menarik Freng untuk keluar kamar.
"Kau ini kemapa masuk kedalam kamar?apa kau berniat melihatnya?"tanya Dimas kesal.
"Maaf tuan saya tidak tau jika nona dalam keadaan seperti itu."jawab Freng.
"Sudahlah, kekamar mu sana dan ini ponsel mu tertinggal di kamar ku."ucap Dimas lalu membuka pintu itusedikit.
Mely sedikit mendengar percakpan merek bibirnya sedikit terseyum mendengar nada cemburu dalam suara Dimas.
"Pergilah."ucap Dimas Freng menunduk hormat lalu pergi dari depan kamar itu.
Dimas masuk kedalam kamar itu Mely masih berdiri menunggunya di samping pintu. Dimas memejamkan matanya sambil menarik nafas lalu membuka matanya.
"Apa kau harus seperti itu? Pakai pakaian mu"ucap Dimas lalu melangkah mendekati meja makan.
"Uumm tapi aku tidak bisa berganti baju."ucap Mely Dimas menyerit bingung.
"Kenapa?"tanya Dimas.
"Sepertinya Freng tidak lengkap membeli perlengkapan ku, maaf tapi dalaman ku tidak ada."ucap Mely.
Dimas memejamkan matanya sambil menghelakan nafasnya menahan kesalnya, dasar sekretarisnya itu tidak becus dalam berkerja.
"Kalau begitu pesan online saja, urusan itu sepertinya Freng tidak tau."ucap Dimas.
Mely menggigit bibir bawahnya, "benar juga, uumm tapi aku tidak punya ponsel."ucap Mely Dimas merangkuh saku celananya dan memberikan Mely ponsel.
"Pakai punya ku saja, pesan sesuka mu."ucap Dimas Mely terseyum.
"Terimakasih."ucap Mely mencium pipi Dimas sekilas membuat pria itu tertegun. Tanpa sadar bibir itu melengkung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments