15 tahun telah berlalu. Yanko menghabiskan hampir seluruh waktunya di dalam penjara bawah tanah, begitu keras hatinya untuk tetap setia pada kerajaan Pandiwa Sangsekar yang telah runtuh, sampai ancaman hukuman mati pun tak mampu menggoyahkannya untuk patuh pada pemerintahan baru yang saat ini telah terbentuk.
Seorang anak muda datang menemuinya di dalam penjara bawah tanah. Yanko menatap wajah pemuda itu terlihat samar-samar, secara perlahan Yanko mencoba untuk mendekatinya. Tampak wajah yang tak asing di matanya.
"seorang anak kecil dari desa Dahyi, anak dari sahabatmu Wezi yang telah mati di telan ikan besar di sungai karena menyelamatkanmu!!!, masihkah kau ingat wajah ini???" ucap pemuda itu nada marah.
Tangan Yanko yang secara perlahan mencoba mengelus wajah pemuda itu terhenti mendengar ucapan yang terlontar begitu tegas dari pemuda itu. Dia tertunduk lesu dan memcoba kembali menuju tempatnya yang biasa ia jadikan untuk tidur tanpa berkata apapun.
Pemuda itu bernama Saiya Badar anak dari sahabat Yanko ketika di desa Dahyi. Tempat asalnya sebelum ia menjadi seorang pasukan di kerajaan Pandiwa Sangsekar.
"mengapa kau hanya diam!!!!" suara keras terlantar dari Saiya.
Yanko hanya diam seolah-olah tak mendengar apapun.
"mengapa dari awal tidak kau ceritakan!??" suaranya mulai mengecil, teriakan dengan nada yang begitu sangat marah, berubah menjadi pertanyaan dengan nada yang begitu sedih.
Yanko tetap diam, matanya mulai berkaca-kaca.
"aku telah membunuh seluruh keluargamu, dan memjadikanmu sebatangkara seperti ini" ucap Saiya nada sedih.
"apakah arti hidupku ini nak, ambillah pedangmu dan bunuhlah orang tua ini" ucap Yanko yang awalnya terlihat tak peduli, kini meneteskan air matanya, dengan tubuh terbaring membelakangi Saiya.
"penjaga, keluarkan dia dan siapkan hukuman mati untuknya!!" tegas sang pemuda itu sambil menunjuk ke arah Yanko.
Dengan tertuntuk lemas Yanko menerima saja tubuhnya di seret oleh para pasukan penjaga itu, dan di paksa untuk berdiri.
Pikiran Yanko kosong dalam langkahnya menuju lokasi eksekusinya. Sesampainya di lokasi eksekusi, Saiya meminta pada para prajurit untuk meninggalkannya sendiri bersama Yanko yang terikat dengan rantai dan mata tertutup dengan sebilah kain hitam.
Tak lama kemudian dengan kode bayangan tangan efek dari pantulan cahaya, Saiya memberikan isyarat. Datanglah salah satu temannya bernama Grayxcul Sandira, atau yang biasa di panggil Gray, satu-satunya orang yang mampu menguasai teknik sihir dan penguasaan elemen angin. Dengan kemampuan khususnya, Gray melakukan teknik sihir membuat ruang ilusi yang kemudian memindahkan mereka dari ruang eksekusi ke ruang yang berada di menara perpustakaan. Dimana di sana tinggallah seorang guru besar bernama Adham Gichi.
Yanko yang tak menyadari teknik sihir dari Gray tampak sangat terkejut ketika penutup matanya di buka.
"di mana aku sekarang" Tanya Yanko
Semua orang yang ada di ruangan itu menunduk memberikan hormat pada Yanko.
Yanko diam penuh rasa heran. Tak lama kemudian datang seorang wanita paruhbaya mendekati Yanko yang tengah bingung. Perlahan wanita itu memeluk Yanko yang tak menyadari kedatanganya dari arah belakang tubuh Yanko.
Yanko merasakan hangatnya kasih sayang dalam pelukan itu. Tangan Yanko bergerak perlahan memegang tangan yang memeluknya degan erat. Begitu sangat terkejutnya Yanko ketikan melihat wajah dari wanita itu, seseorang yang begitu sangat di kenalnya sebelum ia manjadi sorang pasukan. Wanita ini bernama Haity, istri yang sangat lama tak di jumpainya.
"kau?" ucap Yanko penuh rasa haru.
Di peluk dan di ciumnya wanita itu. Dahaga akan kerinduan luar biasa yang telah lama di kuburkan oleh Yanko terkeluar tanpa mampu dia kontrol lagi. Air mata Yanko keluar begitu derasnya, luapan bahagia yang tak terkira.
"aku mencintaimu, sungguh mencintaimu" ucap Yanko berbisik di telinga sang istri.
Haity diam merasa malu di dalam pelukan Yanko.
Yanko yang telah lama kehilangan gairah hidup dan sangat siap untuk mati, kini kembali merasakan sentuhan di hatinya. Pelukannya pada Haity seakan tak ingin dia lepaskan lagi
Yanko mengarahkan matanya pada Saiya.
Saiya membuang muka tak berani menatap mata Yanko.
"tunjukan tempat istiharat kepadanya" perintah Saiya pada prajurit penjada.
"dan jangan pernah melakukan apapun tanpa ada perintah" ucapan Saiya tertuju pada Yanko tanpa memandang wajahnya.
DI KEESOKAN PAGINYA, semua berkumpul di tempat yang sama. Guru besar Adham Gichi memperkenalkan Yanko kepada beberapa murit terbaiknya. "inilah seorang pejuang tangguh, satu-satunya pasukan Pandiwa Sangsekar yang tetap setia sampai saat ini" ucap Mahaguru memperkenalkan Yanko.
Yanko yang baru saja tiba di ruangan itu tersenyum kecil, merasa malu.
"pasukan pengintai, bernama Yanko Abu Mashayi"
Semua murid mahaguru memberikan salam hormat pada Yanko
"Dan Yanko, ini Saiya Badar yang tentunya kau pasti telah mengenalnya, dia murid yang tercerdas" Saiya berdiri dan menunduk kembali memberikan hormat.
"yang satu ini, bernama Grayxcul Sandira yang telah membawamu ke tempat ini dengan kemampuan sihirnya. Kemudian ini Panjiqsa petarung senjata pedang dengan kemampuan Elemen Es. Yang ini Lux Qiun Sun petarung ahli panah dengan kemampuan elemen api, dan terakhir Lenci Garcia Oda juga petarung ahli pedang"
Grayxcul, Panjiqsa, Lux Qiun Sun, dan Garcia berdiri bergantian setelah namanya di perkenalkan, kemudian menundukkan kepala memberikan hormat.
"Ini adalah pusat pendidikan kerajaan Pandiwa Sangsekar dahulunya. Perpustakaan terbesar yang pernah ada. Sampai saat ini kota Katana dwipa adalah satu-satunya kota yang tak tersentuh tangan orang-orang timur maupun barat yang menjadi musuh dari kerajaan Pandiwa Sangsekar.
"Semua kerajaan yang berdiri di tanah Pandiwa hanyalah boneka dari orang-orang timur maupun barat.
"Penduduk di kota Katana dwipa terlihat biasa, tampak tak ada perubahan. Namun di kota-kota lainnya sungguh sangat menyedihkan. Wabah penyakit memusnahkan ribuan orang, dan di biarkan begitu saja, di tambah kelaparan, kemiskinan yang semakin menggila.
"Wilayah kerajaan Pandiwa Sangsekar, kini terbagi menjadi 19 kerajaan. Pemecahan wilayah ini hanya menambah kesengsaraan bagi orang-orang selatan. Para penduduk sulit untuk berkembang dengan pajak yang begitu tinggi. Bahkan hampir semua usaha para penduduk jatuh karena pasar di tanah ini telah di kuasai oleh orang asing.
"Orang-orang kita terpaksa menjadi budak bangsa lain di tanah kelahirannya hanya untuk mempertahankan hidup mereka. Tak jarang mereka di perlakukan kasar dan semena-mena. para pemerintah dari kerajaan-kerajaan baru itu seperti menutup mata dan hanya memperkaya diri sendiri, mereka hanya mementingkan perut mereka sendiri" penjelasan panjang dari sang mahaguru
"kita akan menyatukan kembali daratan selatan ini, dan menyingkirkan para jahanam itu" teriak Saiya penuh dendam.
"iya, tapi tidak dengan jalur perang" tegas sang Mahaguru matanya tajam mengarah pada seluruh muridnya
"kita akan coba bernegosiasi dengan raja Arch yang menjadi penguasa di kota ini"
Akhirnya mereka berangkat menuju istana raja Arch. Perbincangan di mulai oleh mahaguru Adham, di lanjudkan oleh Saiya. Setelah negosiasi yang cukup panjang, dan sempat terjadi ketegangan, akhirnya raja Arch menyetujui usulan dari Mahaguru Adham. Memanfaatkan perselisihan di antara sang raja dan wakil dari kerajaan Narkumarc dari negeri timur yang kini memegang jalurnya perekonomian dan menempatkan cukup banyak pasukan di wilayah raja Arch.
Kota Katana dwipa yang menjadi kota terlarang bagi orang-orang timur maupun barat, menjadi pusat pergerakan Mahaguru Adham dalam membangun kekuatan.
*seperti buta*
Mata terbuka
terlihat jutaan kesengsaraan
kami seperti sampah
yang di biarkan membusuk
Kami terus bertambah
namun jumlah kami
tak memenangkan apapun
Mata yang terbuka
tak melihat jumlah kami
jumlah yang tak lagi terhitung
namun bau kami terasa
hingga tak ada yang mau mendekat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
hegiegone
semangat terus ya Thor ....
jangan pernah berhenti untuk terus berkarya .
keep spirit
2020-06-24
1