Kerajaan Pandiwa Sangsekar (kekalahan telak)

PARA PETINGGI KERAJAAN berkumpul untuk memastikan strategi dan penyusunan formasi perang, semua pasukan tampak sibuk pada saat itu. Yanko masih saja tak tenang dengan perasaan gelisahnya. Kemudian dia mencoba menggambarkan semua yang ia lihat ketika di kota Dexler Wipura. Di tengah kesibukannya itu, dia kedatangan tamu sesama pasukan pengintai bernama Kenan, tetapi berbeda kelompok pada saat misi itu.

"ada yang ingin ku ceritakan padamu" ucap Kenan menerobos masuk setelah di bukakan pintu oleh Yanko.

Yanko terdorong oleh Kenan yang menerobos masuk.

"tunggu-tunggu" Kenan menunduk menghilangkan rasa lelah, seolah-olah dia telah berlari dari tempat yang jauh.

Yanko diam melihat temannya itu penuh rasa heran.

"aku merasakan ada yang janggal dari misi kita kemarin" ucap Kenan

Yanko diam memikirkan sesuatu.

Kemudian Kenan bercerita panjang lebar tentang hal yang menurutnya penting itu. Yanko menyimak dengan seksama apa yang di ceritakan rekannya, dan benar saja, apa yang di pikirkan Kenan tampak sama dengan yang Yanko rasakan. Penyelesaiaan misi yang terasa begitu mudah membuat banyak tanda tanya.

Hingga cerita dari Kenan selesai, Yanko hanya diam dak berkata-kata apapun, fokus mendengarkan cerita Kenan, namun karena diamnya Yanko itu, Kenan berfikir bahwa Yanko tak mempercayai ceritanya, Akhirnya Kenan memutuskan untuk pergi. Dan tak pernah terlihat lagi sejak hari itu.

SATU MINGGU TELAH BERLALU, semua posisi perang telah di siapkan, hampir dari 300.000 pasukan pada posisi siap bertempur. Dan hari demi haripun berlalu, tak kunjung terlihar gerakan dari para pemberontak.

Satu kali lagi, pasukan pengintai kembali di kirimkan menuju wilayah pemberontak, kali ini hanya setengah dari pasukan pengintai yang bergerak sesuai titah sang panglima. Sisanya bertahan di kerajaan bertugas mengawasi seluruh wilayah Katana dwipa.

Kembali waktu terbuang sia-sia, misi yang seharusnya selesai dalam waktu 4 hari namun para pasukan pengintai yang di kirimkan tak kunjung kembali telah lebih dari 3 minggu berlalu.

Inisiatip menyerang akhirnya di ambil oleh panglima Yasdisaharza dengan mengirimkan sekitar 130.000 pasukan perang yang di pimpin oleh 5 jenderal tangguh yang dimiliki oleh kerajaan. Dengan penyerangan ini, setengah dari pertahanan terkuat telah goyah.

Situasi yang terjadi membuat hampir dari seluruh pasukan tak lagi pada posisi siap tempur.

Yanko akhirnya memberanikan diri menghadap panglima perang, mencoba menjabarkan yang ia rasakan ketika berada di kota Dexler Wipura. Tampak dugaan kota Dexler Wipura adalah pusat dari pasukan pemberontak adalah kekeliruan. "hormat panglima" Yanko memberikan salam hormat dengan menundukan kepalanya dan mengepal kedua tangannya.

"bukankah kau pasukan pengintai, mengapa kau berada di sini, seharusnya kau ada tugas yang harus kau laksanakan?" ucap Panglima tegas.

"maaf panglima, ada hal penting yang harus hamba sampaikan" ucap Yanko dengan kepala tertunduk.

"hal penting apa hingga kau sampai meninggalkan tugasmu" nada Panglima mulai meninggi

"Pasukan pemberontak tampak telah lama berada di sekitar istana, di suatu lokasi yang tak terlihat oleh mata. Pemikiran hamba ini tak berani hamba sampaikan karena tak ada yang sependapat dengan hamba di seluruh pasukan pengintai. Satu rekan hamba yang berpikiran sama seperti hamba, tampak sampai saat ini tak terlihat lagi sebelum pengiriman pasukan pengintai kembali menuju kota Dexler Wipura. Dugaan hamba, dia telah di bunuh, tuan."

Panglima Yasdisaharza terdiam dengan pandangan kosong setelah mendengar cerita dari Yanko, dia tampak sangat syok.

"kesalahan besar, ini kesalahan besar!" Kata-kata panglima berlari meninggalkan yanko sendiri di ruangan pribadinya.

Yanko dengan kebingungannya berjalan perlahan menuju gerbang istana.

Tubuhnya tampak terdiam tak mampu dia gerakkan saat matanya tertuju ke atas langit. Warna langit di pagi itu yang berwarna biru, serentak berubah menjadi merah menyala dari ribuan panah api yang saling beriringan, di ikuti dengan bola-bola api. Tanah bergetar membentuk retakan - retakan besar yang menjebak banyak pasukan di formasi depan, di luar gerbang istana.

Karena getaran itu Yanko terpental tak mampu menjaga keseimbangannya dan tertimpa runtuhan bangunan. Garis depan pasukan Eric' telah musnah menjadi lautan api, begitu pula dengan benteng yang sangat kokoh itu mulai runtuh oleh amukan aura naga yang berasal dari bola-bola api yang berubah menjadi cahaya hijau yang berbentuk naga.

Di setengah sadarnya, Yanko mencoba melepaskan diri dari tumpukan batu besar yang tersusun mengepung tubuhnya. Saat niatnya untuk melarikan diri, matanya secara tak sengaja melihat sang panglima perang Yasdisaharza tampak sangat gagah menghalau semua serangan dengan kemampun khusus yang dia miliki.

Perang terbuka pun terjadi setelah benteng pertahanan kota runtuh. Yanko mengumpulkan keberaniannya untuk ikut turun bertempur mengiringi sang panglimanya.

Di tengah pertarungan yang dahsyat itu. Yanko tak lagi terfikir apakan nyawanya akan selamat atau gugur di pertempuran itu. Ayunan pedangnya tanpa arah, yang dia tau hanya, orang yang mengenakan jirah perang hijau adalah teman.

"hey apa yang kau lakukan bodoh!!" terik sang panglim menghampiri Yanko

"kau bukan pasukan perang, jalankan tugasmu untuk mengawasi semua situasi!!, jangan berpaling apapun yang terjadi!!!, tak ada lagi yang bisa di percaya saat ini!!!, keselamatan baginda raja yang terpenting!!" ucap sang panglima sambil menghalau semua musuh yang mencoba menyerang mereka berdua.

Yanko hanya terdiam dan mengangguk, dengan perlindungan dari sang panglima, Yanko mampu lolos dari pertempuran besar itu. Dan menuju tempat tertinggi.

Yanko mengawasi dengan seksama penyerangan sepertia apa yang akan di lancarkan oleh pihak pemberontak. Matanya selalu saja melirik pada panglima yang tengah bertempur, dengan teknik yang sangat tinggi, panglima itu mampu membunuh puluhan, bahkan ratusan pasukan musuh hanya dengan satu teknik serangan. Sang panglima perang Yasdisaharza adalah petarung dengan elemen tanah, dan tombak bermata pedang melengkung yang memiliki aura naga yang melingkar mengelilingi tombak itu, seolah takkan ada yang mampu mengalahkannya.

Sejenak Yanko merasa tenang di saat dia melihat sekumpulah pasukan besar datang dengan membawa bendera kereajaan Pandiwa Sangsekar. Kode kemenangan di kibarkan olehnya.

Namun apalah daya, pasukan yang di sangka teman itu malah menyerang pasukan istana. Dan memukul mundur seluruh pasukan yang di pimpin panglima Yasdisaharza.

Banyak jenderal yang tumbang dalam perang itu, membuat pasukan istana pontang panting terpecah mundur, berlari ketakutan meninggalkan medan perang.

Keadaan semakin mendesak ketika panglima pun jatuh dengan kondisi luka yang sangat parah, namun masih tetap melakukan perlawanan. Yanko bergegas memdekati sang panglima yang hampir tak berdaya lagi. Seluruh pasukan pemberontak yang dahulunya adalah pasukan istana membiarkan saja sang panglima yang telah tak berdaya lagi tanpa membunuhnya. Dan mereka maju mengepung seluruh istana.

Kerajaan Pandiwa Sangsekar yang begitu megah kini resmi jatuh sepenuhnya di tangan para pemberontak.

Di tengah nafasnya yang tak beraturan dan sekujur tubuhnya yang bermandikan darah. Panglima masih berdiri tegak menggenggam lambang kerajaan yang ada di tangannya. Dan mencoba mengibarkannya di tombak yang ia miliki.

Yanko yang mendatanginya mencoba untuk menopang tubuh sang panglima.

"bantu aku mengibarkan lambang kerajaan ini di tombakku" Ucap sang panglima terbata-bata.

Yanko lekas melaksanakan apa yang di katakan oleh panglimanya itu. Panglima itu akhinya terpejam sambil memegang kokoh tombaknya dan mengibarkan lambang kerajaan berbentuk bendera tersebut.

"mereka bukan orang-orang selatan" Kalimat terakhir yang di dengar Yanko sebelum kematian sang panglima yang begitu gagah berani dalam pertempuran. Tubuh panglima yang tak bernyawa lagi, jatuh di pelukan Yanko.

Yanko diam tanpa kata, dia mematung menjadi sandaran dari tubuh sang panglima agar tetap berdiri. Hingga akhirnya dia di tangkap oleh pasukan pemberontak. Dan seluruh pasukan istana yang masih hidup di tangkap kemudian di minta untuk bersumpah mengabdi pada kerajaan baru yang akan terbentuk nanti.

*kata hati sang mawar*

Mekar bunga mawar

tumbuh bersama duri

tak untuk menyakiti

melainkan tuk melindungi

hanya untuk hidup dan mati

di tempat yang sama

bukan hidup dan mati

di tempat yang berbeda

keindahanku

bukan untuk di perebutkan

tapi untuk memberi senyuman

Terpopuler

Comments

hegiegone

hegiegone

aku mampir lagi nih

2020-06-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!