Fight In The Trash Game
Perkenalkan namaku Fanzi Youra umur 26 tahun seorang remaja yang hidupnya tidak beruntung sama sekali tinggal di kota Kuala Lumpur tinggal di sebuah rumah yang selalu ada masalah di dalamnya karena ibu kandung sendiri.
Delapan tahun di dalam penjara karena sebuah kasus murid yang membunuh temannya sendiri karena masalah dendam dengan menggunakan pisau tajam menusuk ke jantung hingga tewas di tempat.
Berita tersebut tersebar dengan cepat melalui sosial media hingga Fanzi kehilangan teman, saudara hingga salah satu bagian keluarganya tepatnya yaitu ayah Fanzi yang meninggal saat Fanzi dalam penjara tidak ada yang memberitahukannya.
Dua tahun setelah Fanzi setelah keluar dari penjara hingga di percepat lulus dari sekolah kehidupannya tidak pernah ada perubahan sama sekali Fanzi yang selalu berusaha melamar kerja sebanyak 9x di tolak karena masalah kasus 10 tahun lalu masih ada beberapa pengusaha sukses tidak mau menerima Fanzi.
Hingga Fanzi yang terkadang setiap pulang ke rumah sering kali terkena marah ibunya karena selalu meminta uang jika tidak pasti ada luka tamparan di wajah Fanzi jadi selalu diam mengurung diri di kamar meskipun Fanzi mempunyai 80 ringgit yang di sembunyikan.
Di pagi hari yang cerah menyinari kamar Fanzi yang masih tidur di waktu pagi pukul 06:07.
"Uh kepalaku kenapa sakit sekali ugh!” Fanzi yang merasa kepalanya sangat pusing karena tadi malam ibunya memarahi hingga memukul kepalanya cukup keras.
Tring!
Sebuah pesan masuk ke dalam telepon Fanzi yang berada di sebelahnya tidak berubah tempat.
[02-11-2028 / 21:34] Ichinose : Fanzi aku ada informasi kerjaan untukmu semoga saja bisa menerimamu kali ini.
[02-11-2028 / 21:38] Ichinose : jangan patah semangat 😁
[02-11-2028 / 21:42] Ichinose : https://infoloker.go.id/Dashboard\_pelamar.
[02-11-2028 / 21:44] Ichinose : Itu link untuk pendaftarannya dan kalau beruntung besok ada panggilan interview langsung lalu banyak orang yang menantikan kesempatan ini.
[02-11-2028 / 06:13] Ichinose : Aku mendoakanmu semoga di terima kerja Fanzi.
"Dasar kubilang beberapa kali semua hanya sia-sia saja tidak akan ada yang mengerti kondisiku!” Fanzi masih memegang kepalanya yang masih terasa sakit tapi tidak terlalu sakit seperti sebelumnya.
[02-11-2028 / 06:17] Ichinose : cobalah datangi aku tau kamu masih di rumah.
"Gadis ini tau saja yang aku pikirkan meskipun aku tidak membalas pesannya!”
Fanzi yang mencoba mendiamkan sambil menenangkan pikirannya agar kepalanya berhenti merasa sakit hingga beberapa menit berlalu Fanzi melihat sebuah bayangan putih di dekatnya saat melihat ke sebuah cermin.
"Bangkitlah... Berusahalah... Sekali... Lagi..”
Di iringi suara yang bicara sekali lalu tidak terdengar lagi hingga seketika hati dengan tangan Fanzi bergerak mengambil handphonenya sambil memeriksa pendaftarannya tadi malam di email ada panggilan interview atau tidak.
"Ayo coba sekali lagi” Fanzi mencoba menyemangati dirinya sendiri karena melihat ada panggilan interview hari ini dari jam 08:00 sampai waktu selesai.
Fanzi langsung menyiapkan beberapa berkas yang langsung di simpan sambil membuat tambahan CV dengan yang lainnya setelah itu Fanzi segera mandi sambil sesekali memeriksa keadaan dirinya lagi kepalanya terasa sakit lagi atau tidak jika tidak Fanzi segera melanjutkannya.
Setelah semua siap Fanzi langsung mengambil uang simpanannya di bawah tempat tidurnya lalu pergi keluar kamar dan saat seudah keluar kamar terlihat rumahnya sepi itu belarti ibunya pergi.
Meskipun begitu saat sudah mengunci pintu dengan kunci cadangan mencari motor Fanzi pemberian terakhir ayahnya tidak ada disana prasangka Fanzi mengatakan ibunya telah memakai motor Fanzi.
"Ugh terpaksa harus pakai bis menyebalkan!” Fanzi yang langsung pergi ke halte bus terdekat sana sambil berlari.
Perjalanan yang panjang hingga akhirnya sampai disana dengan sedikit berjalan kaki mulai terlihat sekumpulan banyak orang disana mengikuti antrian.
"Panjang sekali antriannya jadi malas menunggu kalau gini” Fanzi yang ingin memutuskan kembali lagi.
"Fanzi disini!” Seseorang memanggil Fanzi dari jauh.
Tidak lama orang tersebut langsung menerobos barisan lain untuk lewat agar bisa bertemu dengan Fanzi yang baru saja datang.
"Hah... Hah... Aku kira kamu tidak akan datang Fanzi” ternyata orang tersebut adalah Ichinose yang ikut melamar kerja.
"Sedang apa disini?” Fanzi dengan cuek.
"Aku juga kesini untuk melamar kerja karena hari ini ada panggilan interview dan aku senang kamu datang Fanzi” Ichinose yang tersenyum kepada Fanzi karena bisa melihat Fanzi lagi setelah beberapa 2 tahun saling mengirim pesan.
"Ya terima kasih sudah memberitahuku dengan selalu membantuku selama ini luvia” Fanzi sambil memalingkan wajahnya.
"Ehh sama sama Fanzi” Luvia Ichinose yang wajahnya memerah sedikit namun baru pertama kali mendengar Fanzi memanggil nama depannya.
Lalu Luvia langsung mengajak Fanzi ke tempat mengantri berdua sambil sesekali mengajak mengobrol dengan Fanzi hingga akhirnya 5 orang di antrian tengah masuk ke ruang tunggu di antaranya Fanzi dengan Luvia terpisah.
"Selanjutnya silahkan masuk” Seorang wanita langsung bicara kepada salah satu pelamar.
"Baik” Fanzi yang memutuskan masuk lebih dahulu.
Lalu saat sudah di dalam ruangan dengan ada beberapa orang yang bersiap bertanya dengan suasana yang sedikit tegang sekaligus gugup.
Pertanyaan demi pertanyaan Fanzi jawab dengan cepat dan jelas meskipun dari ketiga orang disana sebagai penguji para pelamar ada yang mengenal Fanzi seperti berita di 2 tahun lalu yang baru keluar dari penjara.
"Pak saya ingat anak ini yang melakukan pembunuhan di sekolah kepada temannya sendiri” seorang pria muda berbisik.
"Sudah biar saya urus dan Fanzi Youra dari berkasmu dengan interview sebelumnya perhatikan cukup bagus sesuai ekspektasi diriku tapi kenapa kamu memilih bagian pekerjaan sebagai OB? (office boy)” Pria dewasa dengan wajah sudah menua.
"Karena saya sadar kualitas diriku yang hanya bisa memulai dari bawah bukan di tingkatan tengah maupun lebih tinggi di tambah kemampuan maupun pengalamanku masih dangkal jadi saya tidak ada pilihan untuk memilih sebagai OB” Fanzi tau batasan dirinya.
"Sebenarnya memang kamu layak di tempatkan di bagian OB tapi masalahnya ini adalah perusahaan besar banyak yang lebih berpotensi melebihimu di tambah lagi ada beberapa orang yang mengenalmu di masa lalu kasus anak sekolah dan saya tidak akan menyembunyikannya darimu”
"....” Fanzi mulai sadar diri bahwa dirinya memang tidak layak.
"Dunia ini sekali penjahat tetaplah di kenal sebagai penjahat jadi jika kamu ingin sukses hingga mendapatkan uang sendiri berusaha lah dari bawah sekali pun untuk memperbaiki sisi burukmu karena dunia ini tidak bisa membedakan penjahat baik dan penjahat yang benar-benar jahat kamu mengerti?” orang tersebut kembali bicara.
"Aku mengerti permisi” Fanzi pergi tanpa mengambil kembali berkasnya.
Fanzi yang benar-benar sudah merasa di titik sudah sangat lelah untuk di tolak karena masalah kasus di masa lalu hingga membuatnya terpuruk masuk ke jurang neraka.
"Fanzi?” Luvia yang melihat Fanzi keluar dengan tatapan sudah menyerah dan lelah.
"Aku ingin sendiri dan urus saja urusanmu” Fanzi tanpa melihat wajah Luvia lagi.
Fanzi yang menghiraukannya langsung pergi keluar lalu berjalan kaki menuju halte bus kembali namun melihat toko bunga langsung mencoba mendatangi hingga membelinya beberapa tangkai lalu terpikir untuk mendatangi makan ayahnya.
Dalam perjalanan menuju tempat makam umum dengan cuaca yang mulai berhembus angin hingga akhirnya sampai di depan makam yang dibuka secara umum.
"Ayah ini kedua kalinya datang kesini setelah 3 tahun lalu setelah kematian ayah dan maafkan tidak bisa menjadi seorang anak yang ayah harapkan” Fanzi langsung menyimpan dua tangkai bunga yang di belinya.
"Aku sudah lelah dengan hidupku selama 2 tahun ini yang benar-benar membuat semangatku padam tidak ada gunanya lagi” Fanzi yang langsung terduduk di tanah dengan wajah sudah pasrah.
Lalu langit dengan angin mulai gelap hingga hujan turun dengan deras hingga membuat semua orang yang ada di sana pergi ke tempat meneduh namun tidak dengan Fanzi yang sudah ingin mengakhiri semuanya.
"Fanzi nanti kamu sakit jika terus begini” Seorang Gadis dengan pakaiannya yang sudah basah karena hujan besar.
"Aku tidak peduli lagi pada diriku sendiri! PERGILAH!” Fanzi dengan secara keseluruhan sudah basah.
"Maafkan aku sudah memaksamu untuk melamar kerja hari ini dan jika kamu tetap ingin disini aku akan menemanimu” Luvia yang langsung duduk di sebelah Fanzi agar Fanzi tidak sakit karena hujan.
"Semua membenciku, menjauh dariku kenapa aku harus hidupku hancur selama ini!”
"Masih ada cara bagaimana jika kita berdua membuat sebuah usaha sendiri?” Luvia yang mencoba menghibur Fanzi karena penguji calon karyawan yang memberitahukan kepada Luvia.
"Orangtuamu saja menyuruhmu menjauhiku kenapa kau sendiri mendekatiku terus?” Fanzi yang masih tidak mau pergi.
"Karena aku peduli padamu dan masih ada harapan Fanzi” Luvia terus menerus menyemangati Fanzi.
"Aku sudah lelah Luvia, kamu memanglah orang baik yang aku kenal tapi usahamu sia-sia yang kamu lakukan untukku selama ini”
"Menjauhlah dariku sekarang juga!!” Fanzi yang mulai berdiri lalu mendorong Luvia hingga terjatuh ke tanah.
Bruk!
"Ugh Fanzi kenapa?”
"Maaf Luvia biarkan diriku sendiri untuk sekarang” Fanzi langsung berjalan pergi dari sana.
"Ugh ah sakit” Luvia mencoba berdiri namun kakinya tersayat oleh batu di tanah hingga kakinya berdarah.
Fanzi yang berjalan keluar dari makam dengan pakaian penuh basah karena hujan lalu langsung menyebrang jalan namun Luvia yang memaksa kakinya bergerak meskipun sakit langsung mengejar Fanzi hingga ke tengah jalan.
"Fanzi... Berhenti... Ini... Bukan.. dirimu... Yang.. dulu” Luvia bicara sambil nafasnya terengah-engah.
Lalu sebuah mobil dengan hitam bermerk Toyota dengan kecepatan sedang.
"Pak sebaiknya hati-hati ini sedang hujan”
"Tenang saja tempatnya sudah dekat”
Fanzi yang mendengar perkataan Luvia memang benar dirinya yang dulu sudah di lupakan.
"Aku telah membuang diriku”
Tiid! Tiid!!
Mobil yang menyalakan klakson mobil karena melihat 2 orang yang berada di tengah jalan.
"Luvia hati-h-” Fanzi langsung berlari kembali mendekati Luvia yang mobil dekatnya ingin menabraknya.
"Aagh” Luvia yang terdorong kembali ke arah semula.
BRAK! DUAKK!
Fanzi yang terlempar beberapa meter karena di tabrak oleh mobil hingga sebagian tubuhnya retak.
"Argh... Maaf...” Fanzi yang kemudian hilang kesadaran karena darah yang terus menerus mengalir keluar.
Lalu kedua orang yang berada dalam satu mobil tersebut langsung berjalan keluar mobil melihat korban yang telah di tabrak tidak sengaja di tambah hujan langsung memanggil ambulans dan segera membawanya ke rumah sakit.
"Fanzi bangun... Jangan pergi... Maafkan aku.. hiks.. hiks..” Luvia yang ikut berada di dalam mobil sambil menangis melihat kondisi Fanzi yang tubuhnya berlumuran darah.
"Uh sakit sekali” Fanzi yang tersadar untuk sebentar.
"Fanzi bertahanlah hiks” Luvia yang masih menangis untuk Fanzi.
"Syukurlah Kamu baik baik saja Luvia dan jangan menangis untuk seorang yang gagal sepertiku”
"Lalu Luvia apa kamu di terima bekerja disana?”
"Hiks iya aku di terima bekerja disana dan kamu bukanlah orang yang gagal namun orang yang paling baik yang aku temui” Luvia sambil menahan air matanya keluar.
"Untunglah aku ikut senang” Fanzi tersenyum senang mendengarnya.
Seketika alat pemeriksa detak jantung Fanzi mulai berdetak pelan.
"Luvia bisakah kamu meminta tolong untukmu sesuatu?” Fanzi dengan kondisinya semakin menurun drastis dengan darah yang terus menerus keluar dari dalam tubuhnya melalui beberapa lukanya.
"Iya apa yang ingin aku bantu?” Luvia dengan wajah yang masih menangis untuk Fanzi.
"Tolong sampaikan permintaan maafku kepada ibuku, teman-teman yang kita dulu sekaligus mengunjungi kuburan Zhigen”
"Terakhir hentikan tangisanmu nanti habis sia-sia sehingga menghapus wajah cantikmu Luvia Ichinose” Fanzi langsung mencoba mengangkat satu tangannya.
"Aku akan mencoba memenuhi permintaan terakhirmu Fanzi” Luvia yang melihat Fanzi mengangkat satu tangannya langsung memegangnya lalu menempelkannya pada pipinya sendiri.
"Terimakasih banyak Luvia”
"Saat ini aku takut tapi aku senang ada dirimu disini meskipun tubuhku mulai terasa dingin namun sangat nyaman sekali, boleh aku tidur sebentar Luvia?” Fanzi yang senang Luvia ingin menggenggam tangannya di saat saat terakhir untuknya.
"Iya selamat tidur semoga mimpi indah” Luvia sambil menahan air matanya keluar dari mata.
Disisi Fanzi yang di saat-saat kematiannya matanya seperti melihat bayangan hitam membawa sabit di tangannya di dekat Fanzi akan melakukan proses pemisahan jiwa dengan tubuh Fanzi.
Sosok bayangan hitam langsung menarik jiwa Fanzi keluar dari tubuhnya hingga membuat tubuhnya langsung lemas seluruh tubuhnya kehilangan jiwanya sendiri.
"Detak jantung korban telah berhenti” Perawat yang ada di dalam mobil mencoba segala cara untuk membuat jantungnya berdetak lagi.
"Hiks Fanzi semoga kamu damai disana” Luvia mencoba kuat ketika merasa tangan Fanzi dingin dan tidak bertenaga lagi hingga seketika air matanya mengalir keluar dari mata Luvia.
"Maaf nona teman anda sudah tidak bisa di selamatkan” perawat yang berada di mobil bicara kepada Luvia sambil menutup seluruh tubuh Fanzi dengan kain putih.
Hari dimana kematian Fanzi yang tidak memiliki penyesalan lagi jiwanya yang sudah terlepas dari tubuhnya sendiri dan Fanzi melihat betapa pentingnya dirinya untuk Luvia hingga menangisinya di hari kematian Fanzi.
"Dirimu sudah mati jangan terus perhatikan terus” Sosok tersebut bicara kepada Fanzi.
"Ah maaf dan sebelumnnya terimakasih sudah membiarkanku hidup lebih lama sebelumnya” Fanzi yang langsung bicara kepada sosok gelap tersebut.
"Tidak perlu berterimakasih diriku hanya melakukan tugas dan ikuti diriku ada seseorang yang sudah menunggumu” Sosok hitam membawa sabit itu bicara kepada Fanzi.
"Ya”
Fanzi yang dalam bentuk Roh manusia yang sudah mati langsung di bawa ke suatu tempat penuh yang berwarna putih adalah surga dengan merah kegelapan adalah neraka disana terdapat satu orang yang menunggu kedatangan Fanzi.
"Jadi akhirnya aku mati” Fanzi dengan merasa sedih.
"Selamat datang pasti kamu sudah menjalani hal yang berat selama ini” Suara seseorang yang Fanzi sangat kenal.
"Ayah! Aku merindukanmu ayah” Fanzi yang merasa sangat senang di sambut oleh ayahnya.
"Kamu pasti sudah melewati hal-hal sulit sendirian pasti sudah sangat lelah sekali selama ini” Ayah Fanzi yang bicara lagi.
"Iya ayah dan maaf aku tidak bisa menjadi anak yang bisa membahagiakan ayah maupun ibu sendiri yang stress berat selama kematian ayah” Fanzi yang menunduk tidak berani memperlihatkan wajahnya.
"Ayah mengerti dan mengetahuinya semua yang kamu alami lalu tidak akan memeluk ayahmu ini setelah lama merindukannya?” Ayah Fanzi yang langsung mengulurkan kepada Fanzi.
"Hmph dasar ayah menganggapmu seperti anak kecil saja” Fanzi yang langsung mengangkat wajahnya.
"Bukankah kamu sangat rin--”
"Iya aku merindukan ayah” Fanzi yang langsung memeluk ayahnya langsung.
"Jika ayah berikan kesempatan kedua apa kamu mau memulai hidupmu lagi menjadi lebih baik?” Pak Ryan langsung bertanya kepada Fanzi.
"Aku mau ayah” Fanzi yang tidak pernah menolak keputusan ayahnya.
"Kalau begitu lakukan yang terbaik hingga ayah menjemputmu lagi dan sekarang gunakan kesempatan ke 2 untuk hidup yang lebih baik yah nak dan jangan pernah menyerah dan jangan takut pada kematian ayah akan memperhatikan diri mu nak jangan menyerah" ucap Pak Ryan langsung mengingatkan kepada Fanzi.
"Akan aku lakukan yang terbaik ayah” Fanzi langsung melepaskan pelukan rindu kepada ayah kandungnya.
"Sampai jumpa nak” Pak Ryan langsung meniup Jiwa putranya yaitu Fanzi ke arah lain.
Atas izin penjaga Surga Fanzi yang di perbolehkan pergi terbawa Arus angin kencang ke arah lain bukan ke neraka ataupun kembali ke dunianya dahulu melainkan dimensi kehidupan dunia lain.
******
{Fanzi POV}
Fanzi yang yang langsung masuk ke dalam sang istri dari kerajaan Azteria yang sangat cantik dan anggun yang bernama Stella Cornelia yang langsung datang kepada raja.
"Suamiku Zhiyu aku.. hah..." Ratu Stella Cornelia atau sering di kenal oleh beberapa orang dengan nama Shiraishi Stella setelah menikah dengan seorang petualang terkenal karena kehebatannya yaitu Shiraishi Zhiyu sang Death Ripper.
"Ada apa hingga kamu datang kesini istriku? Dan duduklah dahulu lalu tarik nafas dengan lancar" ucap sosok raja itu ternyata bernama Shiraishi Zhiyu yang langsung mengajak istrinya duduk di dekatnya.
Tap! Tap! Tap!
"Aku sedang mengandung anakmu yang selalu kamu dambakan sejak beberapa tahun lalu akhirnya dewa mengabulkan permohonan kita" Ratu Stella yang sangat senang bercampur bahagia dengan langsung berjalan mendekati tempat suaminya mengerjakan tugasnya.
"Maaf yang mulia kami lengah membiarkan istri anda berlari dengan menggunakan kekuatannya” 2 Prajurit yang baru sampai disana sambil meminta maaf karena kesalahannya.
"Hm kembali ke tempat patroli kalian sekarang dan serahkan padaku urusan istriku yang nakal ini lalu tinggalkan kami berdua disini sedangkan urusan yang masih tersisa akan saya urus secepatnya” Zhiyu yang wajahnya lebih bersemangat dari biasanya karena perasaan senang yang muncul saat istrinya memberitahukan sendiri bahwa sedang mengandung anak pertamanya yang di tunggu-tunggu.
"Baik yang mulia” 2 prajurit bersama 3 orang yang membantu mengurus tugas tugas raja tersebut langsung kembali berpatroli menjauhi ruangan tersebut.
Pla-Takk!
"Aaww sakit maafkan aku” Stella yang meminta maaf atas sikapnya.
"Tidak masalah mulai saat ini jangan berlarian di lorong lagi karena banyak para pelayan dengan prajurit lain berjalan-jalan disana apa lagi menggunakan kekuatanmu sendiri tapi Huuh lupakan saja lalu sudah berapa bulan mengandung bayi kita?” Zhiyu yang bersikap lembut kepada istrinya.
"Hehe maaf habisnya senang sekali karena baru mengetahui diriku sedang mengandung anak kita lalu kalau tidak salah tadi itu Tabib yang memeriksaku karena aku sering merasa mual dan memberitahuku bahwa aku sudah mengandung anak selama 2 bulan tidak di ketahui” Stella yang langsung memberitahukan kepada suaminya.
"Yasudah lain kali harus lebih hati-hati” Zhiyu yang mengingatkan kepada istrinya.
"Iya” Stella yang sangat merasa bahagia.
Di dalam ruangan tersebut untuk pertama kalinya merasa bahagia bersama karena istrinya sedang mengandung anak pertama dan mereka akan menjadi seorang orangtua dari anaknya saat sudah lahir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
LEO
uppppppppppp
2022-02-24
0
pembacasetia
sediihh
2022-02-07
0
Muhammad Farid
😅
2021-11-26
0