Nadira memeluk Bundanya dengan erat dan penuh kasih sayang. pantas saja Ayah selalu jatuh Cinta pada Bunda. Bahakn ayah selalu Romantis terhadap Bunda. mudah mudahan nanti jodoh Dira seperti ayah. amin
"Bunda pantas saja ayah selalu bahagia bersama Bunda... ayah sangat beruntung ya Bunda, punya istri soleha seperti Bunda"
Bunda hanya tersenyum dan membelai indah wajah Putrinya itu. kamu ini masih saja terlihat polos rasanya bunda tak ingin kamu menjadi dewasa Ra batin Bunda
"Kamu tahu Nadira Diandra Putri yang paling membahagiakan buat Ayah apa?"
"Pasti karena punya istri yang baik seperti Bunda"
" Itu sudah pasti Ra, tapi ada yang lebih membahagiakan dari hadiah apapun"
"Oh ya apa itu bun?" pertanyaan Nadira penuh ingin tahu.
"Karena Putri kecilnya ini sudah pandai menjaga auratnya."
" Maksud bunda?"
"Ia Ra tidak ada yang membahagiakan bagi ayah selain melihat putrinya menutup auratnya. karena kamu tahu? satu helai saja rambutmu terlihat oleh yang bukan mahrommu maka kamu akan meyeret 3 orang laki-laki yang dekat denganmu, ayah mu saudara laki-lakimu juga suamimu kelak"
"Astafirullahalazim bunda, betapa banyak Dosa yang selama ini Dira lakukan bun?"
Tanpa sadar air mata Dira telah menggenang dipipinya. Betapa ia selama ini mengabaikan akan hal itu. Bahkan ia tak memperdulikan akan hal itu. Selama ini ia telah tak memperdulikan orang -orang yang mencintainya bahkan ayah tiada lelah mencintaiku rela berkorban siang dan malam untuk hidupku untuk sekolahku. Mas Fadil dengan tulus menjagaku dengan sabar mengajriku mengaji membaca menulis dan Ical tak kalah juga walau kadang dia yang minta dijaga tapi dia adik yang baik untuk menghargaiku menghormatiku bahkan ia juga tidak pernah berkata tidak untuk kemauanku. Bahkan calon suamiku nanti juga akan terseret. Sementara aku apa yang aku lakukan aku malah senantiasa berbuat dosa dengan mengumbar auratku Ya Allah sungguh Hina nya hambamu ini.
"Dira.... "
"Bunda.." Dira kembali sesunggukan dalam pelukan Bundanya. ia tak tau harus bagaimana. namun ia bersyukur saat ini ia sudah mendapat hidayah untuk menutup auratnya.
"Sudah ... sudah yang penting adalah Nadira yang sekarang. Yang sudah pandai menjaga auratnya juga pandangannya terhadap yang bukan mahromnya"
Nadira semakin erat memeluk Bunda. ia merasa begitu besar dosa yang ia lakukan.
"Panggil ayah dan yang lainya sarapannya sudah siap"
Sambil menghapus air matanya Dira berjalan menuju teras belakang. Sesampainya dibelakang Dira langsung memeluk Ayahnya yang lagi ngobrol bersama kakaknya. Ini membuat ayah juga mas Fadil heran melihat tingkah adiknya. Yang tiba-tiba memeluk ayah dengan tangis sesunggukan.
"Ada apa ini? kok putri Ayah memeluk Ayah begini? Ayah ngak bisa nafas sayang"
Dira mengendurkan pelukannya sedikit sambil berkata " Maafkan Dira Ayah"
"lho memangnyaa Dira punya salah apa?"
Selama ini Dira tidak menjaga aurat dira yang jelas itu akan meyeret ayah juga mas fadil dan ical ke Neraka"
ayah hanya membelai kepala putrinya yang masih meyandar di dadanya "terima kasih Ya Allah engkau telah memberikan HidayahMu kepada Putriku sehingga dia pandai menjaga auratnya" Batin ayah
"ayah maafin Dira kan?"
Sambil tersenyum ayah menjawab "Ia Ayah maafin Dira yang terpenting bagi Ayah adalah Dira yang sekarang"
kemudian Dira juga memeluk kakaknya yang juga berada disebelah ayah yang sedari tadi meyaksikan adiknya...
"Mas Fadil... maafin Dira "
tanpa sadar Fadil juga menitikan air matanya. "Terima kasih ya Allah atas hidayahmu. Istikhomahkan selalu adik hamba agar ia selalu menjaga auratnya juga pandangannya terhadap yang bukan mahromnya ya allah..." batin Fadil
Bunda yang sedari tadi menyaksikan dibalik pintu hanya tersenyum bahagia dan tiada henti mengucap syukur.
semoga putriku selalu Engkau jaga ya Allah.
"Oh ya tadi bunda nyuruh Dira memanggil ayah dan mas Fadil untuk sarapan" sambil Dira menyeka air matanya, dengan wajah polosnya.
seketika ayah dan mas Fadil terseyum melihat kepolosanku. mereka beranjak dan ternyata Bunda dan Ical sudah menunggu.
lalu aku pun tak melewatkan untuk memeluk adik bungsuku. Mungkin dia terheran heran kenapa aku tiba -tiba memeluknya sambil sedikit menitikan air mata mungkin hanya sedikit yang tersisa selebihnya sudah habis tadi untuk Ayah dan mas Fadil.
"Mbak Dira kenapa? Ical ngak bisa nafas mbak?"
Dira melonggarkan pelukannya, sambil tersenyum aku berkata" Maafin mbak Dira ya Cal"
"lho emang mbak Dira salah apa?" tanya ical dengan nada kebingungan
"Maafin Mbak Dira yang tanpa sadar telah membuat kesalahan besar terhadap Ical"
Masih dengan kebingungannya ical bertanya kembali " Mbak Dira ngak pernah berbuat salah koq ke Ical. Mbak Dira adalah kakak yang baik untukIcal, Ical belajar banyak dari Mbak Dira. Tapi satu hal kesalahan yang mbak Dira lakukan yaitu mbak Dira belum ajarin Ical..."
"apa?"
"Naik Motor balapnya Mbak Dira" seketika semua tertawa melihat kepolosan Ical. ah Ical memang selalu memecahkan suasana.
"Kalau soal motor balap tanya sama Ayah dan Bunda .." Dira melepaskan pelukannya dan duduk dikursi makan
"Ya sudah kita sarapan dulu" Potong Bunda. Walau Dira tau Bunda hanya menghindar tentang motor Balapnya. sejak kejadian itu Bunda melarangku untuk memakai motor itu.
...........
"Ra ..."
"Ia Mas?"
"Hari ini mas Fadil mau kekampus, kamu mau ikut?"
"Mau ngapain mas?"
"Ya siapa tau aja kamu tertarik kuliah disana setelah melihat kampusnya"
Dira masih diam dan memikirkan sesuatu.
"Apa kamu benar-benar tidak mau kuliah di Swasta Ra" tanya mas Fadil dengan nada melemah
"Dira belum memutuskan mas?"
"Kuliah dimanapun sama koq Ra" Tiba -tiba Ayah nimbrung
"Ia Ra... kalau kamu mau kuliah ditempat mas Fadil kuliah nanti mas Bantu daftar mas Fadil ada kenal dekat dengan beberapa Dosen disana"
"Lagian menurut Ayah kampus mas Fadil juga bagua koq. Tidak kalah dengan kampus Negeri. Kamu ingat tidak Mas Fadil di kirim ke ke Jepang mewakili kampusnya untuk mengikuti lomba budaya setahun yang lalu dan hanya mas Fadil yang mewakili Kampus dari Indonesia dan mas Fadil berhasil pulang membawa penghargaan" tambah ayah
Dira masih terus berfikir mengenai kuliahnya. ya waktu itu mas Fadil memang bisa mewakili kampusnya bahkan Mas Fadil mewakili Indonesia dan Mas Fadil juga mendapat Beasiswa sampai lulus.
"Begini saja Ra, kamu ikut saja dulu. Nanti kalau kamu cocok kamu daftar tapi jika tidak kamu cari kampus lain juga tidak apa -apa"
Akhirnya Dira setuju dan aku bersiap untuk pergi bersama Mas Fadil.
Bersambung...
Tinggalin Jejaknya Guys..
Like komentarnya ❤ Jangan lupa
Thankiyuuuu.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
RN
like favorite untuk mu
intip playboy mengejar cinta❤😘
2021-04-23
0