Rasanya tidak akan ada pagi yang lebih indah nantinya. Ketika mata ini terbuka selalu teringat akan hasil pengumuman yang memupuskan harapan Dira untuk kuliah diuniversitas Negri seperti impiannya selama ini. meski Bunda dan Ayahnya tak pernah mempermaslahkan hal itu. Tapi Dira selalu mengganggap dirinya gagal. Berkali Bundanya menyakinkan Dira berkali juga Dira keras tetap pada pendiriannya. Sampai pada suatu pagi, mungkin paginya tetap sama namun pagi kali ini akan terasa lebih beda.
Kenapa?
Pagi ini ketika Dira sedang olahraga pagi didepan rumahnya ia mendapati sebuh motor parkir tepat dihalaman rumahnyaTernyata....
"Bayu, ngapain pagi-pagi kesini?"
"Udah mandi sana"
"Ngak lihat aku lagi Basket"
"Udah lebih baik kamu mandi, siap- siap lalu kita pergi"
"Pergi?kemana?"
"kampus"
"kampus? kampus siapa? aku kan ngak lulus. Aku lagi males pergi, kalau kamu urus kelengkapan kuliah kamu? sendiri aja deh ya aku lagi males ne"
"kita kekampus kamu"
"Kampus aku? ngaco"
"Aku serius Ra... "
"Ya kan kamu tau aku ngak lulus"
"Kamu kira kampus di dikota tercinta kita ini cuma ada satu kampus Negri doang. Masih banyak kali kampus swasta yang akreditasnya ngak kalah sama yang Negeri"
"udah aku lagi males..."
Bayu langsung merebut bola yang sedang dimainkan oleh Dira. Memberikan isyarat kalau Dira harus menurut padanya. Dirapun melemah dan langsung menurut saja
beberpa menit kemudian Nadira keluar mendorong motornya dari garasi rumahnya
"Ayo berangkat"
"Kamu bawa motor sendiri Ra?"
"ia"
"kita kan mau cari kampus untuk mu jadi sudah pasti tujuan kita sama. Kenapa ngak satu motor saja"
Sambil Diandra melirik kearah jilbabnya "Kamu ngak liat sekarang penampilanku gimana?"
Bayupun melirik ke jilbab yang dikenakan Nadira. Setelah Nadira mantap untuk mengenakan hijab saat ia masuk SMU ia memang sangat menjaga pergaulannya dengan yang bukan mahrom nya.
Akhirnya merekapun berangkat. Mereka hanya keluar masuk kampus sembari mengambil brosurnya. Semua kampus yang direkomendasikan oleh Bayu sangat bagus-bagus tapi buget nya juga sudah pasti mahal. Ah kalau saja aku kemaren lulus di Universitas Negeri pasti tak akan seribet ini. Andai waktu bisa kuputar kembali aku akan lebih bersungguh-sungguh untuk belajar. ah tapi ya sudahlah hanya akan menmbah hilang samangat saja jika mengingat tentang SBMPTN.
"Apa kamu sudah memutuskan untuk daftar dikampus mana Ra?" sambil Bayu memberikan air mineral kepadaku yang memang sangat haus. Cuaca juga sangat terik hari ini ditambah harus keliling kota untuk mencari kampus yang juga tak satupun aku pilih. Entah hatiku saja yang tak ingin memilih atau memang belum cocok dengan kampusnya atau apa aku juga tidak mengerti.
"koq diam... kamu masih ingin kuliah diKampus Negeri Ra?" Bayu kembali mengajukan pertanyaan kepada Nadira
"Aku akan kuliah tahun depan saja" jawaban Nadira melemah. sudah pasti Bayu tau Nadira sangat sedih karena tidak bisa kuliah Tahun ini. Bayu paham betul perasaan Nadira.
"Enggak Ra Kenapa kamu keras kepala sekali ingin kuliah di Negri? Padahal kuliah swasta juga banyak yang terkreditasi. Atau begini saja kamu daftar lagi di Negeri lewat jalur umum gimana?"
Nadira hanya menggeleng. Bayupun tahu apa alasan Nadira menggeleng sudah pasti karena biaya. kalau Bayu menawarkan bantuan sudah pasti ditolak oleh Nadira. Ah ya Allah apalagi yang harus aku lakukan. ucap Bayu didalam hati.
"Sebaiknya kita pulang. Kita lanjutkan besok saja mencari kampus untuk mu"
Nadira pun menangguk dan mereka melaju menuju rumah.
...............
Malam pun larut dalam lamunan Nadira. ia masih memikirkan akan kuliah dikampus swasta saja atau menunggu tahun depan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kampus swasta ataupun Negeri tapi ini masalah biaya. Dimanapun kuliahnya yang pentingkan ilmunya.
Nadira pun kembali mengingat kebersamaannya hari ini dengan Bayu. Bayu Bayu... kenapa kamu lakukan semua ini untuk ku. Apa kamu tau aku sangat merindukanmu. Maaf jika aku terlihat jutek, tapi itu hanya intuk menutupi rasa Rinduku kepadamu.
Bay...... aku tau aku tidak boleh memiliki rasa ini tapi dia tumbuh dengan sendirinya Bay. Ah rasanya ini harus diakhiri saja ingat Nadira kamu dan Bayu hanya bersahabat dan tidak boleh lebih. Nadira membaca doa lalu tidur.
Allahuakbar....... Allahuakbar......
Kumnadangnya membangunkan lelapnya tidur Dira. Perlahan aku membuka mata sayuku. Ah dia memang lelaki selalu terjaga setia membangunkan ku setiap subuh.
"Ayo bangun ayah sudah menunggu" Mas Fadil membangunkanku dengan lembut.
Akupun bangun dan langsung kekamar mandi untuk berwudhu. kemudian bersiap -siap untuk sholat subuh.
"ya Allah hamba bersyukur atas nikmat karunia yang Engkau berikan kepada keluarga hamba. Terima kasih juga Engkau telah mentakdirkan aku terlahir dari keluarga yang penuh cinta ini. semoga kami selalu senantiasa selalu berada dijalanmu ya allah. jangan biarkan cinta ini punah begitu saja. tumbuhkan lah selalu rasa cinta ini terhadapMu juga terhadap sesama. amin"
Setelah selesai menunakan 2 rakaat seperti biasa kami langsung pada kegiatan masing - masing. Bunda langsung menuju dapur untuk memasak. Biasanya ayah dan Fadil sedang santai diteras belakang. Aku dan ical biasanya bersiap untuk sekolah. Tapi aku sudah tidak lagi bersiap untuk sekolah hanya ical yang sibuk dengan perlengkapan sekolahnya. Aku memutuskan untuk membantu Bunda didapur.
"Masak apa Bunda?"
"Nasi goreng" jawab Bunda dengan semangat.
"Dira bantu ya Bun?"
"Boleh" kemudian Bunda memberikan beberapa sayur untuk dipotong-potong.
"Bunda apa bunda tidak Bosan setiap hari memasak?"
Bunda hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. ya mungkin terlihat lucu. Pertanyaan seperti apa ini ya jelas Bunda tidak bosan kan sudah kewajiban seorang istri untuk memasak.
"Pertanyaan Dira aneh ya Bun? Jlaslah Bunda tidak bosan kan kewajiban seorang istri ya Bun?"
Bunda hanya kembali tersenyum sembari menatapku dalam -dalam.
"kenapa Dira bertanya seperti itu, apa Dira sudah ingin menikah?"
Sontak ini membuat Dira terkejut mendengar pertanyaan bunda. menikah? dengan siapa? terfikir untuk menikah saja tidak.
"Ah tidak Bun, Dira hanya bertanya saja"
Tanpa sadar air mata bunda mengalir dipipi. Mebuat Nadira heran dan merasa bersalah.
"mMafin Dira Bun?"
"Kenapa Dira minta maaf Dira ngak salah koq Nak?"
"Bunda kenapan menangis?"
" Bunda hanya bahagia ternyata putri kecil bunda sudah besar. Sudah mau masuk kuliah dan sebentar lagi akan menikah"
sasaat muka Dira tampak merona disinggung soal pernikahan lagi. "Apa sih Bunda Dira masih lama untuk menikah"
Bunda kembali tersenyum "cepat atau lambat kamu akan menikah dan akan meninggalkan bunda dan ayah setelah kamu menikah karena kamu akan dibawa oleh suamimu nanti" batin bunda
"Dira ... dulu waktu usia bunda seusia Dira juga pernah bertanya hal serupa kepada nenek?"
" oh ya..." Jawab Dira dengan penuh antusias
"Awalnya Bunda juga selalu berfikir sama denganmu Ra. Kalau memasak, mencuci, membersihakn rumah adalah kewajiban seorang istri tapi ternyata Bunda salah nak?"
"Maksud Bunda?"
" Tidak ada kewajiban bagi seorang istri untuk melakukan itu semua. Itu semua adalah kewajiban seorang suami"
"Kewajiban Suami Bun?"
"Ia suami wajib menafakhi istrinya yaitu sandang, pangan, dan papan.
Sandang
Seorang suami wajib memerikan pakaian yang layak sesuai syariat. Pakaian harus dicuci dan disetrika bukan? jika suami hanya membelinya saja tanpa merawatnya itu hanya setengah nafkah.
Pangan
Suami wajib menafkahi istrinya dengan makanan yang halal. Jika suami hanya memberikan uang untuk membeli bahan makanan itu belum berupa makanan maka harus dimasak bukan?
Papan
Suami juga wajib memberikan tempat tinggal yang nyaman untuk keluarganya. karena rumah juga harus dibersihkan disapu dipel agar kita nyaman.
Karena cinta dan sayang pada suami
Sehingga seorang isteri yang pada dasarnya tidak punya kewajiban atas semua hal itu, dengan rela dan ikhlas melayani suaminya, belanja untuk suami, masak untuk suami, menghidangkan makan di meja makan untuk suami, bahkan menyuapi makan untuk suami kalau perlu. Semua dilakukannnya semata-mata karena cinta dan sayangnya kepada suami.
Dengan semua hal itu, tentunya istri akan menerima pahala yang besar dari apa yang dikerjakannya. Karena dengan bantuannya itu, suami akan menjadi senang dan ridha kepadanya.
Maka pasangan itu akan memanen kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Suami mendapat pahala karena sudah melaksanakan kewajiabnnya, yaitu memberi hartanya untuk nafkah isterinya. Isteri mendapat pahala karena membantu meringankan beban suami. Meski hukumnya tidak wajib.
Itulah hubungan cinta antara suami dan isteri, yang jauh melebihi sekadar hubungan hak dan kewajiban. Tentu saja ketika seorang isteri mengerjakan hal-hal yang pada dasarnya menjadi kewajiban suami, maka wajar bila suami mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang tulus
Dira menyimak dengan seksama penjelasan Bundanya. Pantas Ayah selalu mencintai bunda meski usia mereka tak lagi muda. tapi ayah masih saja nemperlakukan bunda masih layaknya pasangan Muda.
"Y*a Allah jika nanti Dira telah Engaku datangkan jodohnya Dira ingin jodoh seperti ayah"
Jika nanti waktunya telah tiba insa allah Dira. saat ini bukan waktumu untuk memikirkan hal itu*. Batin Bunda
Bersambung.....
Like Komentarnya jangan lupa ❤ nya biar ada notifnya kalau sudah up
Thankiyuuuu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Eko Priyosantoso
ceritanya menarik dan mendidik. lanjut thor. 👍👍
2021-11-27
1