part 10

Maya berjalan dengan wajah lesu, sesekali ia menguap karena mengantuk, beberapa hari ini ia selalu sibuk bekerja dan kurang tidur.

  Maya duduk di ruangan nya dan langsung menaruh kepalanya di meja, ia benar-benar sangat mengantuk, entah kenapa akhir-akhir ini pekerjaan kantor terasa semakin banyak.

"Kenapa lo May? " tanya Abi yang entah muncul dari mana.

  Maya mendongak menatap Abi sekilas, namun reaksi Abi malah membuat Maya terkejut.

"Astaghfirullah May, ini mata udah kek mata hantu, elo kurang tidur? " tanya Abi menunjuk kantung mata Maya yang menghitam.

"Kerjaan gue lagi banyak Bi, makannya gue kurang tidur, lagian akhir-akhir gue nggak bisa tidur" jawabnya sembari berusaha untuk terlihat segar bugar.

"Kenapa? " mulut Abi membeo.

"Lagi bantuin masalah di kantor bokap gue, entahlah abang gue nggak bisa nyelesain nya,  mau nggak mau yah gue harus ikut bantu"

  Maya kembali menguap sambil mengerjakan laporan di tangannya. Abi menatap Maya, terlihat gurat kecemasan di wajahnya.

"Elo yakin nggak apa-apa May? " tanyanya mencoba memastikan.

"Gue nggak apa-apa, elo lanjutin aja kerjaan elo klo gue butuh apa-apa entar gue bilang"

  Abi mengangguk lalu meninggalkan Maya yang masih berkutat dengan pekerjaan nya.

Setengah jam ia habiskan untuk mengerjakan laporan yang di minta Dirga hingga membuat kepalanya terasa sakit.

"Arghhh... " Maya mengerang pelan karena kepalanya terasa sakit.

"Pasti karena gue kurang tidur makannya kepala gue sakit begini" keluhnya pada diri sendiri.

Maya segera menyelesaikan pekerjaan nya dan segera mengantarkan nya pada Dirga.

Sesampainya di depan ruangan Dirga, Maya mengetuk pintu.

Tok tok tok..

"Masuk"

  Maya segera masuk ketika mendengar Dirga menyuruhnya masuk.

"Ini pak laporan keuangan yang bapak minta" kata Maya lalu menyerahkan laporan di tangannya.

  Dirga mengambilnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptopnya, dan tak sengaja kulitnya menyentuh kulit Maya yang begitu hangat. Dirga langsung menatap Maya.

"Kamu sakit? " tanyanya ketika mendapati wajah sekretaris cantiknya begitu terlihat pucat dan kantung matanya terlihat jelas.

"Nggak pak, saya cuma kurang tidur" jawab Maya begitu lemah.

"Lebih baik kamu pulang sekarang dan istirahat, saya nggak mauk klo sampai kamu sakit dan saya di tuduh terlalu memaksa kamu bekerja! " ucapnya terdengar begitu sarkas.

  Maya hanya menghela nafas berat mendengar perkataan Dirga yang terdengar begitu pedas menurutnya.

"Makasih pak" ujar Maya lalu meninggalkan ruangan Dirga dengan berjalan tertatih-tatih.

  Langkahnya begitu pelan, rasanya kepalanya terasa sangat berat dan pandangan nya terasa makin buram.

"Arghh... "

  Maya memegang kepalanya yang begitu sakit, ia sepertinya harus meminta Abi mengantarnya ke dokter. Saat ia hendak melangkah.

Brughh...

"Mayyyy.... " teriak Abi yang melihat Maya pingsan.

   Semua karyawan langsung menghampiri Maya yang sudah pingsan, Abi terlihat panik dan menepuk-nepuk pipi Maya.

"May, Maya"

  Mitha berlari tergopoh-gopoh dan melihat Maya, ia menyentuh kening Maya yang terasa hangat, Maya demam.

"Bi, Maya demam, " tuturnya kepada Abi.

"Ayo bawa ke rumah sakit" kata Abi lalu menggendong Maya ala brida style.

  Mitha dan Abipun langsung membawa Maya ke rumah sakit, hingga lupa memberitahu Dirga. Sedangkan Dirga yang masih fokus dengan pekerjaan nya masih tidak tahu bahwa Maya pingsan dan di larikan ke rumah sakit.

                        ***

   Di depan ruang UGD Mitha dan Abi duduk dengan cemas menunggu Maya yang sedang di periksa oleh dokter.

Beberapa menit kemudian seorang dokter keluar membuat Mitha dan Abi langsung berdiri.

"Bagaimana keadaan Maya dok?" tanya Abi.

"Teman anda terlalu kecapean itu sebabnya teman anda pingsan, dan saya sarankan teman anda periksa lebih lanjut mengenai kesehatan matanha, karena saya rasa penglihatan nya ada masalah" terangnya dokter tersebut.

  Mitha dan Abi saling menatap karena bingung.

"Eh iya dok, tapi sudah boleh pulang kan dok?" tanya Abi terdengar kikuk.

"Saya sarankan untuk di rawat dulu karena keadaan teman anda sangat lemah"

"Oh iya dok, makasih"

"Klo begitu saya permisi" kata dokter tersebut lalu meninggalakan Mitha dan Abi.

  Mitha dan Abi bernafas cukup lega setidaknya tidak terjadi sesuatu dengan Maya. Abi jadi teringat bahwa ia belum meminta izin pada Dirga.

"Mit, elo udah minta izin sama pak Dirga? " tanya Abi.

"Ya ampun karena gue panik gue lupa minta izin," Mitha menepuk jidatnya sendiri.

  Abi mendengus sebal lalu menghubungi temannya agar memberitahu Dirga.

  Dirga masih berkutat dengan laptop di ruang kerjanya, ia bahkan tidak mengetahui bahwa sekretaris cantiknya masuk rumah sakit.

Tok tok tok.

"Masuk" sahut Dirga.

  Seorang perempuan muncul dan berdiri di hadapan Dirga.

"Ada apa lus? " tanya Dirga tanpa mengalihkan perhatian nya dari laptop nya.

"Mbak Mitha sama mas Abi izin pak"

"Kenapa?  Bukan nya tadi pagi mereka berdua masih bekerja? "

"Tadi mbak Maya pingsan pak, jadi mbak Mitha dan mas Abi membawa mbak Maya ke rumah sakit"

Brakhhh...

Dirga menggebrak mejanya karena kaget, bisa-bisa nya sekretaris nya pingsan dan tak ada yang memberi tahunya. Lusi yang kaget karena Dirga menggebrak meja tubuhnya langsung gemetar, dan kaku karena takut.

"Kenapa tidak ada yang memberitahu saya? " tanya Dirga terlihat marah.

"Ka.. Kami lihat bapak sangat sibuk, jadi tidak memberitahu bapak" jawabnya terlihat kikuk.

  Dirga berdecak pelan karena marah.

"Ya sudah kamu boleh kembali bekerja" suruhnya begitu dingin.

   Lusipun segera pergi dari hadapan Dirga takut dirinya menjadi sasaran amukan atasan nya itu.

"Sial! " umpatnya lalu duduk.

   Pantas saja saat Maya menyerahkan laporan keuangan wajahnya sangat pucat dan kulitnya terasa sangat hangat.

                            ***

  Malem harinya di rumah sakit Abi sedang menjaga Maya di ruangan rawat inap, Mitha sedang pulang untuk mengambil pakaian untuk Maya.

   Abi hanya menatap Maya yang masih terlelap, sebelum akhirnya suara dua orang perempuan membuat Maya terusik dan terbangun dari tidurnya.

"Ya ampun May, elo nggak apa-apa kan? Apa ada yang sakit? " tanya seorang perempuan yang tak lain adalah Ajeng sahabatnya.

  Abi menghela nafas berat melihat Ajeng dan Aliyah datang dan begitu heboh.

"Bisa nggak sih Jeng elo nggak usah heboh nanyanya, elo nggak lihat Maya masih lemah gitu tapi malah elo remas begitu? " kata Abi menunjuk tangan Ajeng yang yang meremas lengan Maya.

Maya merintih kesakitan karena Ajeng memang cukup kuat secara Ajeng belajar ilmu bela diri dan seringkali berlatih silat.

Ajeng tersenyum lebar lalu melepas remasan tangannya dari lengan Maya.

"Sorry gue refleks "

  Abi, Maya dan Aliyah hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Ajeng.

"Kamu sakit apa May? " tanya Aliyah lalu duduk di dekat Maya berbaring.

  Maya tersenyum simpul "gue nggak apa-apa Li, cuma kecapean doang, kurang istirahat "

"Tapi dokter nyaranin elo supaya melakukan pemeriksaan lebih lanjut sama penglihatan elo, karena menurut dokter ada yang nggak beres sama mata elo" Abi mengingatkan.

"Sialan lo Bi, lo kira mata gue katarak gitu? " Maya melipat wajahnya, jelek sekali.

"Bukan begitu, maksud gue nyuruh elo periksa takut terjadi sesuatu sama mata elo" protesnya tidak terima.

"Lupain perihal mata, yang penting elo baik-baik aja dan hanya kecapean, lain kali elo klo kerja nggak usah kebangetan deh, lihat mata elo tuh, sampek kek mata panda jelek banget. " sela Ajeng.

"Yaelah jeng, nggak usah bawa-bawa jelek juga kalik" Maya terlihat sewot.

"Princess, apa yang gue bilang itu fakta, tapi ngomong-ngomong dimana Mitha? "

"Mitha pulang ke rumah ngambilin baju gue, kalian juga lebih baik pulang besok kalian kerja"

"Lah, masak elo sendirian di rumah sakit nggak ada yang nungguin? " Ajeng berkacak pinggang.

"Ada suster Jeng nggak apa-apa, lagian gue nggak mauk ngerepotin kalian,"

"May, kita sahabat elo nggak usah sungkan elo mah kek siapa aja"

  Abi mengangguk membenarkan perkataan Ajeng, Maya pun tersenyum, ia beruntung memiliki sahabat yang baik, peduli, dan perhatian kepadanya.

"Makasih ya, kalian sahabat gue yang paling baik" ucapnya.

  Ajeng langsung memeluk Maya, karena terharu, Aliyah pun ikut memeluk Maya.

"May... ?"

"Kenapa Li? "

"Suami elo mana?  Di chat grup kemarin katanya elo punya suami, tapi mana suami elo? " tanya Aliyah menatap polos Maya.

  Ajeng dan Abi menepuk jidat mereka mendengar ucapan Aliyah.

"Ya ampun Li, kumat deh otak elo, merusak suasana aja elo" Ajeng merutuki pertanyaan Aliyah.

"Bi, elo mending pulang deh, biar gur sama Liyah yang jaga malem ini, besok pagi elo kesini gantiin kita" kata Ajeng kemudian.

"Baiklah, May gue pulang dulu"

"Iya, dan iya tolong jangan kasih tahu keluarga gue! "

  Abi mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan Maya, Aliyah dan Ajeng.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!