Bukan Manten Idaman
~6 tahun yg lalu~
"Lo, apaan sih," sentak seorang lelaki.
"A- aku mau ngomong sesuatu ih," gerutunya.
"Ngomong apeh, waktu gue berharga tau!" tegasnya.
"Aku, aku suka sama kamu, Dam!" ucap seorang wanita seraya memejamkan matanya. Jantungnya berdetak tak karuan.
"Woy! Sadar dong jangan halu?" sentaknya. Tanpa basa-basi dia meninggalkan wanita yg masih mematung menatapnya.
"Dam, tapi kamu punya perasaan juga kan, sama aku."
"Di mimpi, Loe," sahutnya dengan cepat.
Sejak kejadian 6 tahun lalu membuat keduanya bermusuhan satu sama lain, tak ada kata saling sapa sejak kejadian hari itu. Sang lelaki yg merasa pria tertampan sedunia itu merasa terlukai harga dirinya karna perasaan yg ia torehkan pada sang wanita dianggapnya cinta padahal yg sebenarnya hanyalah perasaan sebatas tetangga yg baik hati saja.
"Apa loe liat-liat!" ucap sang wanita seraya tengah memasang ikatan tali sepatunya yg rumit. Dia kini sudah siap untuk memasuki kampus yg sangat ia dambakan.
"Gue ngeliatin sangkar burung bukan Loe!" ketusnya.
"What! Sangkar burung lebih indah gitu dari wajah gue, dasar, ganteng-ganteng bego." Batinnya bersua.
Lelaki bertubuh jangkung, mata sipit dan kulitnya yg putih membuatnya sering dijuluki sebagai oppa made in indonesia, tak banyak kata atau perbuatan saat ia ingin menaklukan seorang wanita. Lirikannya yg di anggap maut membuat satu kedipan saja bisa mengobarak-ngabrik hati seseorang.
Cara jalan, serta senyumnya yg begitu manis semanis gulali jawa, bisa menggilakan setiap ia berhadapan dengan lawan jenisnya. Mereka hampir tak berkedip saat berbicara dengannya.
Dan pria itu bernama Aldama Jefran, pemuda penebar senyum mematikan itu tak henti-hentinya membuat hati para wanita menjerit untuk memilikinya. Namun dibalik setiap inci ketampanan nya sudah pasti ada sedikit keburukan yg dia miliki, ada suatu hal yg membuatnya sedikit dibenci oleh sebagian wanita, yaitu ucapannya!
Ya, ucapannya yg bagaikan cabe terpedas di dunia itu membuat sedikit hati wanita terluka karna berbagai kata yg ia lontarkan terkadang mengiris-ngiris hati wanita.
Tapi ucapan yg pedas itu hanya Aldama ucapkan pada wanita yg mengungkapkan isi hatinya secara terang-terangan pada dirinya. Entah kenapa dia begitu membenci saat seorang wanita yg kodratnya di kejar namun, malah mengejar dan tak terkesan anggun nan elegan. Dirasanya ia begitu kesal melihat wanita seperti itu.
"Dam!" panggil seseorang, Aldama memang akrab disapa Dama oleh sebagian temannya. Dia berjalan untuk menghampiri teman-temannya ditempat tongkrongan.
"Sehat lu, Dam." Sapa anton yg diangguki oleh Dama. Anton merupakan Salah satu temannya yg dianggap paling baik saat bertutur kata terhadap sang wanita.
Kelompok atau bisa disebut geng itu berisikan 3 orang yg terkenal karna ketampanan wajah yg tiada tara, mereka bahkan dikagumi oleh orang-orang di universitas lain bukan karna alasan mereka tampan saja, namun mereka juga mahasiswa-mahasiswa yg berpretasi dan sering memenangkan berbagai lomba bergengsi.
Epick hight university atau bisa disebut EHU, sebuah universitas yg menjadi para dambaan murid-murid SMA yg ingin melajutkan kan pendidikannya kejenjang lebih tinggi, bukan tanpa alasan selain prestasi yg dimiliki EHU disisi lain para mahasiswa dan mahasiswi disana terkenal dengan visual ketampanan dan kecantikannya yg hakiki.
"Yok, bentar lagi masuk kelas!" ajak Dama kepada para temannya. Aura yg mereka ciptakan saat berjalan bersamaan adalah aura kharismatik dan berkelas. Sejauh mata memandang hanya mereka lah yg dapat terpandang begitu indahnya.
Asik mengobrol dan mengacuhkan suasana disekita salah satu teman Dama menabrak seseorang saat mereka berbelokan di sebuah lorong kecil.
Bughh ....
"Eh ... maaf, Kak!" tegasnya.
"Saya yg harusnya minta maaf, Dek," sahut Anton. "Saya yg nabrak," sambungnya.
Dia mendongak ke atas menatap sang penabrak, "iya Kak, gak pap- " ucapnya terhenti tiba-tiba. "Elo!" tunjuknya. Matanya tiba-tiba membulat sempurna saat menatapnya.
"Ngapain loe disini!" kesalnya.
"Heh, jaga bicara loe, gue senior disini!" balasnya dengan ketus. Dia menatap sang wanita dari atas sampai bawah. Sungguh menyedihkan wanita yg dulu begitu mencintainya kini berbanding terbalik terhadapnya.
"Loe, kenal Dam!" ucap Jafar. Si datar tanpa ekspresi itu mulai berbicara.
"Dia dulu ngejar-ngejar gue!" balas Dama dengan enteng.
Wanita itu segera pergi tanpa kata, dia teramat malu mengingat kejadian 6 tahun lalu itu. Ia bahkan merutuki dirinya untuk beberapa saat setelahnya, bisa-bisanya ia bertindak sebodoh itu untuk mengungkapkan cinta pada si tubuh jangkung berwajah putih layaknya vampir, alias tetangga yg menyebalkan itu.
Wanita itu bernama, Meira Aqilah. Wanita bertubuh pendek serta memiliki alis yg tebal layaknya ulat bulu itu begitu tak menyangka akan bertemu dengan pria yg membuatnya merutuki tindakannya sendiri. Setelah kejadian 6 tahun lalu ia benar-benar tak ingin melihat wajah pria itu kembali, rasa malunya masih menyelimutinya sampai sekarang, info-info yg sering ia dapatkan mengenai pria itu pun sekarang tak lagi ia perdulikan.
Satu kampus dengan si jangkung pucet itu lagi, membuat Meira merasa tak sanggup melanjutkan kuliahnya disana, tapi uang dan tenaganya selama ini akan sia-sia jika ia harus pindah atau mengundurkan diri dari universitas yg ia dambakan selama ini.
"Kenapa gue harus sekampus sama dia sih!" runtuknya. Ia duduk seraya menyeruput jus mangga untuk menenangkan hatinya yg memanas.
"Panggilan kepada seluruh mahasiswa/mahasiswi yg mengikuti ekskul pencinta alam harap berkumpul di aula tengah sekarang!" suara itu menggema di gedung aula
"Waduh kenapa mendadak gini sih!" keluh meira, ia baru saja mendaftar diri pada ekskul yg akan membuatnya berpetualang bagai sibolang.
Dia segera berlari kecil menghapiri kerumunan di aula tersebut. "Wah, rame banget!" gumamnya. Meira masuk kedalam aula tersebut.
"Okeh! Adek-adek sekalian, kita mengumpulkan kalian disini karna ada hal penting yg akan kita sampaikan disini!" tegas sang senior. "Jadi, kita akan membentuk sebuah bagan keanggotaan baru dan akan melibatkan anak baru disini!" sambungnya kembali.
"Wah, seru banget," gurauan para peserta lain.
"Kenapa bisa serame ini yg ikut ekskul ini." Batin Meira.
"Okeh, disini kita akan mencari seorang wakil ketua, untuk ekskul ini dan kita juga mencari seorang sekertaris, untuk mempermudah pendataan setiap orang yg masuk dalam ekskul ini!" sang senior kembali bersua.
"Kok gak nyari ketuanya yah?" gumaman para peserta.
"Iya, juga yah kenapa cuma wakil sama sekertaris?" pikir meira.
Sang senior kembali mengacungkan toa berukuran sedang itu. "Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa gak nyari ketuanya, dan kalo udah ada mana ketuanya? Bener gak?" serunya.
"Bener Kak!" jawab para peserta.
"Oke! Berhubung ketua pencinta alam kita belum dateng jadi nanti pengenalan ketua-nya barengan sama pengenalan wakil dan sekertaris yg beru okey!" serunya kembali.
Sang senior itu menjelaskan tata tertib pemilihan sang wakil dan sekertaris tersebut. Mereka menjelaskan mengenai pemilihan yg akan dilakukan secara acak bagaikan arisan, sebuah botol minuman kecil menjadi mendia atau tempat para nama peserta yg akan di kocok oleh sang senior.
"Okeh kalian siap!" ucapnya saat akan membuka sebuah sedotan yg di dalamnya terdapat nama salah satu peserta.
"Dan, yg terpilih sebagai wakil ketua adalah! Jeng, jeng, jeng!" teriaknya. "Meira Aqilah!"
"Hah, gue! Yg bener gue." Meira memperhatikan sekitar yg tengah menatapnya intens dia bahkan sedikit canggung mendapat tatapan itu.
"Silahkan naik kepada saudari Meira!" ajak sang senior. Meira kikuk, dia berjalan dengan kaki yg sedikit gemetar, ini pertama kalinya dia merasa sepeti selebertis dunia yg banyak di lihat oleh orang.
"Bagaimana perasaannya?" goda sang senior. Meira tersenyum kemudian mengambil toa yg di berikan oleh sang senior. "Eu- tentunya kaget yah, saya merasa mimpi bisa berdiri jadi wakil ketua ekskul ternama di kampus ini," ucapnya kikuk. Dia mengembalikan toa tersebut kepada sang senior.
"Dan, yg jadi skertaris untuk ekskul ini adalah, Jeng jeng jeng! Jovita ananta, kepada sodari Jovita silahkan naik," ucap sang senior. Sama halnya dengan meira Jovita pun ditanya hal serupa oleh sang senior, bahkan dia lebih ekspresif saat menjawab pertanyaan itu.
"Harusnya dia aja yg jadi wakil!" keluh Meira.
Dan pada acara inti yaitu pengenalan sang ketua ekskul, sang senior sedikit menunggu kehadirannya, karna sang ketua belum memunculkan hidung batangnya sedari tadi, akhirnya sang senior bergegas turun dan mencari sang ketua.
"Lo, dari mana ajasih!" ketusnya.
"Sabar kali, Ren. Gue sibuk!" sang ketua menyela.
Mereka berdampingan berjalan masuk kedalam aula, Meira yg sedari tadi menunduk karna malu tak menyadari kehadiran sang ketua walau berbagai sorakan anak-anak peserta riuh di dalam aula itu.
"Okeh, perkenalkan sang ketua kita!" sambutan sang senior itupun mendapat tepuk tangan dan sorakan dari para peserta.
Meira melirik ke arahnya. "Astaga!" Dia terperanjat saat pandangan mereka beradu sesaat. Rasanya ia ingin melarikan diri saat ini juga.
.
.
.
Okeh gimana awalannya nih gengsss,
Tbc. LUV
.
.
.
Like, Komen, Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Lies shandie
masih nyimak 👍👍👍
2021-04-16
0
Estiti Kadam
nyimak thor 💪
2021-03-06
0
oh_nananana
suka sama karya mu thor... semoga ga berhenti ditengah cerita yaa... semangat lanjuut💪💪
2020-12-27
1