"Loe gila ya, Mei!" keluh Dama setelah membaca syarat pengajuan Meira.
"Kalo gak mau yaudah!" tegas Meira.
"Ini mah bukan syarat, ini loe mau jadiin gue babu loe!" kesal Dama.
"Yaudin kalo gak mau mah, orang itunya juga cuman berlaku di rumah kok. Kan, di kampus kita gak saling kenal ceritanya!"
"La iya, tapi ini." Dama membaca satu syarat yg membuatnya begitu kesal. "Semua tugas yg gue terima harus Dama kerjain. Miring ya otak loe!" keluhnya lagi.
"Yaudin kalo kagak mau mah."
"Seru juga kalo ngerjain nih bocah, loe dulu sering buat gue terhina kan sekarang rasain. Dan yg lebih enaknya, semua tugas gue ada yg ngerjain." Batin Meira.
"Iya, iya!" ketus Dama. "Kalo bukan karna ibu. Gue gak mau nikah sama loe! Loe tuh bukan manten idama gue tau!" gerutu Dama.
"Bodo, yg penting saat ini gue calon istri loe dan gue eum ... bisa dikatakan jodoh loe! Haha ...," Meira tertawa terbahak saat melihat raut wajah Dama seakan terhina oleh ucapannya.
**********
"SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA MEIRA AQILAH BINTI YUSUF HIDAYAT DENGAN MASKAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI!" ucap lantang Dama.
"SAH!"
"SAH!"
"Allhamdulilah."
Pernikahan yg hanya dihadiri perwakilan keluarga itu berjalan lancar dan hikmat, mereka sengaja menutupi itu tentunya atas permintaan kedua sejoli yg sudah resmi menjadi sepasang suami istri, serta kedua orang tua Meira yg masih malu atas aib yg tak sengaja mereka ciptakan.
"Aduh cape," ujar Dama. Dia memilih merebahkan tubuhnya ketimbang mandi terlebih dahulu.
"Dasar kutu kupret. Bukannya mandi malah molor!" gerutu Meira seraya mengeringkan rambutnya yg masih sedikit basah.
"Dama, Dama!" panggilnya.
"Eum ...."
"Bangun! mandi, jorok loe!" gerutu Meira.
"Males ah!" gumamnya.
"Ni anak!" seakan mendapat ide cemerlang Meira mulai melancarkan aksinya.
"Hey ... sayang. Cepet mandi, atau mau aku mandiin," suaranya dibuat mendayu sengaja agar terdengar sexy dan merayu.
"Meira, gue jijik!" Dama terbangun dan berdiri mengahadap Meira. "Kaya embe kecekek tuh suara!" Dama berlari mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi dengan menghiraukan dumelan Meira yg tak terima.
"Kurang ajar loe. Vampire!" teriak meira.
Tok ... tok ... tok ..., ketukan pintu terdengar sangat kencang.
"Sebentar," ucap Meira.
"Ayo makan malam dulu, Mei. Ajak suami kamu juga!" titah Ibu.
"Iya, Bu." Meira tersenyum dan masuk kembali ke dalam kamarnya.
Setelah lama menunggu akhirnya, Dama keluar kamar mandi dengan pakaian yg sudah melekat rapih di tubuhnya. Entah lama berpakaian atau sedang bersemedi di dalam sana, Meira di buat jengah dengan menunggunya. "Loe semedi apa gimana sih, lama tau!" ketus Meira di tanggapi dengan wajah bodo amat Dama.
Mereka turun berdampingan menuju meja makan. "Lama amat penganten baru," ucap ibu membuat semua yg ada disana tersenyum.
"Dama, Bu. Lama! Kaya anak gadis mau ketemu pacarnya!" gerutunya.
"Kamu gak sopan manggil suami pake sebutan nama!" tukas abi.
"Terus apa, Bi. Aku harus panggil apa dia?"
"Mas, atau apa gitu yg lebih sopan," ujar umi.
"Hmm ya, Mas," jawab Meira sedikit terpaksa.
Karna di landa kelelahan yg patal, setelah acara makan-makan selesai seluruh keluarga membubarkan diri masing-masing, mereka memasuki ruang pribadi untuk mengistirahatkan tubuhnya yg sudah tak bertenaga.
Tak terkecuali, Dama. Dia masih duduk di bangku taman menikmati angin semiliwir yg alami. Ada sedikit ketakutan saat ia membayangkan berada di kamar hanya berdua dengan Meira, tingkahnya yg selalu menggoda Dama membuatnya jengah, jijik dan kesal melihatnya.
Dama melirik ponselnya, jam menunjukan pukul sebelas malam, ia rasa Meira mungkin sudah tertidur, akhirnya ia memberanikan untuk masuk ke dalam. Tap, tap, tap, Dama mengendap-endap menaiki tangga menuju kamarnya. Dama harap wanita itu telah tertidur lelap, selelapnya.
Ceklek,
Dama mulai celingukan layaknya maling. "Lah, kok gak ada?" gumam Dama setelah melirik kasur yg masih rapi dan bersih.
Dor ! Dan BAM! Meira ternyata belum tidur, dia bersembunyi di balik dinding kokoh kamarnya.
"Astaga!" ujar Dama terperanjat.
"Yeobo! Kamu yah malam pertama malah keluyuran, untung aku Istri yg sabar," ujar Meira, dia memasang wajah ala-ala marah, dan itu berhasil membuat Dama ingin muntah setelah melihatnya.
"Yeobo, Yeobo. Pantat kebo maksud Loe!" ketus Dama.
"Haha ... bukan, Yeobo itu panggilan sayang kalo di korea."
"Ini kan Indonesia bukan korea! Meimunah!" gerutu Dama.
Meira menatap bengis Dama. "Nama gue Meira. M.E.I.R.A! Meira bukan Meimunah," sambarnya tak terima.
*Note
Author : Pengucapannya, 'Yobo' yah readers. Bukan ye, obo atau pantat kebo kaya yg di bilang si Dama hahahaha.
"Awas, gue mau tidur. Dan, ya awas tidak saling sentuh menyentuh!" ketusnya, dia langsung beranjak tidur di kasur empuknya.
Meira mengekorinya dari belakang, ia seperti anak ayam yg mencari induknya. "Ngapain si!" ketus Dama kembali.
"Atu, mau tutu, Yeobo, Plis," sahut Meira. Suaranya di sengaja layaknya anak kecil.
"Mei, gue jijik sumpah jijik!" kesalnya. Dama menutup kuping dengan bantal.
Meira beranjak dari tidurnya, ia kemudian membungkuk melewati tubuh Dama untuk menyalakan sesuatu." Loe, mau ngapain!" ketus Dama. Dia sudah bersiap siaga dengan bantal di tangannya.
"Gue mau perk*sa Loe!" sentak Meira berbarengan dengan tangannya menghidupkan lampu di sisi kiri Dama.
"Bangun gak loe," sentak Dama. Namun, Meira masih ditempatnya membungkuk menatap wajah Dama dengan lekat. "Gak mau!" kekehnya.
Dama menarik tangan Meira dengan keras, sampai dirinya hampir terjatuh tapi dengan akal Meira yg pintar dan ciamik, ia juga tak mau kalah dirinya pun menarik baju tidur Dama hingga keduanya terjatuh ke lantai bersamaan. "Aw ... sakit!" lirih keduanya.
Berbarengan dengan itu, umi datang dengan susu di tangannya, uminya tau pasti kini putri semata wayangnya tak bisa tertidur karna belum meminum susunya seperti biasa. "Lah, pintunya kebuka?"
Umi masuk dengan hati-hati, ia awalnya hanya ingin memberikan susu pada anaknya namun, ia terlupa bahwa putri kecilnya kini sudah menikah. "Astaga!" sentak umi.
Masih di posisi yg sama keduanya menoleh melihat umi yg sudah terbirit lari ke bawah, mereka yakin pasti umi tengah berfikir kalau mereka mereka sedang ... yah, kalian tau lah di malam pertama sepasang suami istri akan melakukan apa.
"Umi," gumam Meira.
"Gara-gara loe kan. Ah!" gerutu Dama.
Meira menyusul sang umi ke dapur, di sana ia melihat umi tengah duduk di meja makan dengan susu yg masih tertutup rapi.
"Mi," panggilnya.
"Sini, kamu!" Meira melangkah mendekati sang umi.
"Kalo mau apa-apa kunci lah Mei, kalian kan udah dewasa!" gerutu umi.
"Mi, apasih. Orang kita itu jatoh Mi. Bukan mau ngelakuin 21+ ke atas Mi," jelasnya.
"Ya, Umi harap kalian belum melakukan, kamu tuh masih 23 tahun Mei, Dama juga. Kalian tuh masih muda, jangan sekarang lah ...," lirih umi. "Beban pernikahan itu berat Mei," sambungnya kembali.
"Iya, Mi. Aku sama Dama juga mau fokus kuliah dulu Mi," sahut Meira cepat.
"Udah ah Mi, aku mau tidur. Ngobrol lama-lama sama Umi, otak aku mulai berselancar kemana- mana," ujarnya. Setelah meneguk habis susunya ia pergi beranjak ke kamarnya.
.
.
.
Tbc. Luv.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Estiti Kadam
hahaha..2X ngelakuin kesalahan yang sama
2021-03-06
0
Sary Rahayu
lucu ceritanya
2021-02-17
0
oh_nananana
🤣🤣🤣🤣🤣👍👍👍👍👍
2020-12-27
0