"Yg gue butuhin tuh, Loe kampret! Masa bikin proposal sendiri emang gampang!" gerutu Meira.
Sudah lima menit berlalu Meira masih terfokus pada layar laptopnya, dia terus mengetik semua yg telah di perintahkan oleh Dama. "Astaga, tuh anak belum keluar dari kamar mandi juga!" keluhnya.
"Yah, yah! Kok batrai laptopnya. Dasar si oneng kenapa pake gak di charger dulu sih nih laptop!"
Meira beranjak dari duduknya, ia mencari di berbagai laci tentang keberadaan charger laptop tersebut, ia mengubek-ngubek hampir di seluruh laci ruang tamu, namun hasilnya nihil. "Apa ruangan itu yah, tadi Dama masuk situ kan, tapi apa sopan masuk ruangan sembarangan. Tapi bodolah dia juga yg salah!" gerutunya.
Dia mulai berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut, dan yah ternyata itu adalah kamar pribadi Dama. Interior dengan marvel super hero menjadi dominasi dari kamar sedang nan estetik tersebut. Meira tak ambil pusing dengan berbagai kartun super hero yg banyak terpajang pada dinding kamar Dama, dia langsung mencari charger laptop itu di berbagai laci disana.
"Ah, ada kan nih disini!" Dia mengambil charger itu bersamaan dengan itu matanya membulat, melihat sebuah benda yg bergambarkan hal-hal yang tidak pantas.
"Astaga, majalah dewasa!" Meira mengangkatnya dan melihat berbagai gambar itu. "Aduh mata gue, berasa ternodai!" keluhnya.
Berbarengan dengan Meira yg tengah melihat isi majalah itu, Dama keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk saja, matanya langsung terfokus pada wanita yg tengah duduk di ranjangnya seraya membaca majalah milik Anton temannya.
Majalah itu milik anton, dia kemarin menginap dan membawanya. Bahkan tanpa disadari Anton, majalahnya malah tertinggal di laci milik Dama. "Hah!" Dama berlari untuk mengambil majalah yg akan merusak citranya itu.
"AAAAAA!" teriak Meira saat Dama terpeleset karna ia berlari untuk mengambil majalah itu.
Tubuh Dama yg berada di atas Meira membuat mereka terlihat intim, ditambah Dama yg hanya mengenakan handuk bagian bawah saja membuat keduanya benar-benar intim. Sesaat Dama memperhatikan wajah yg tengah terpejam karna takut, ia sedikit tertegun bagaimana bisa enam tahun bisa merubah wajah yg sedikit buluk menjadi secantik dan alami seperti sekarang.
"Astagfirulloh DAMA!" teriak ibu dari balik pintu.
"Kalian ngapain!" wajahnya sudah memerah.
Mereka bangun, "ini gak seperti yg ibu bayangin," mohon Dama.
Ibu menatap mereka satu persatu, Dama yg hanya mengenakan handuk dan Meira yg masih memegang majalah dewasa itu membuat dada ibu terasa sesak. "Ka- kalian!"
"Ibu!" teriak keduanya. Ibu terjatuh ke lantai dan tak sadarkan diri.
*************
"Untung segera dibawa kesini, kalo terlambat saya gak jamin!" ujar Dokter.
"Tapi, ibu saya baik-baik aja kan, Dok?" Dama terlihat frustasi. Sedangkan ayah masih memasang wajah bertanya-tanya.
"Iya, ibu kamu kurang lebih jam lagi juga siuman kok," balas Dokter lalu tersenyum.
"Yaudah, Dok. Kami mau melihat kondisi Istri saya dulu," sahut ayah. Keduanya pergi menuju ruangan ibu.
"Apasih yg kamu lakuin. HAH!" Sentak ayah, amarahnya sedikit tertahan.
"Yah, aku gak lakuin apa-apa sama Meira. Itu semua salah paham, Yah!" jelas Dama. Dia mencoba memberi pengertian terhadap ayahnya.
"Kalo salah paham kenapa ibu kamu bisa kumat jantungnya!" tegasnya. Mata ayah menatap nyalang anaknya.
"Ya karna insiden itu- " ucapnya tertahan saat melihat Meira menangis terisak memperhatikan ibu yg masih terpejam di liar kaca penghalang.
"Insiden apa!" tegas ayah.
Mereka menghampiri Meira, disana Meira merasa sangat bersalah. Seharusnya iya tak masuk ke dalam kamar Dama dan melihat benda itu di kamarnya. "Gue ... mau ngomong sama loe!" ketus Dama. Dia menarik Meira ke tempat yg sepi.
"Maaf, Dam ...," lirihnya.
"Udah kaya gini. Loe minta maaf hah!"
"Iya, awalnya gue cuman mau ngambil charger laptop loe doang, Dam. Terus gue cari-cari di laci ruang tamu enggak ada, yah liat loe masuk ruangan itu gue masuk dan nyari deh," ucap Meira merasa bersalah.
Sangat disadari benar bahwa ini bukan sepenuh- nya kesalahan Meira, jikalau Dama tidak berlari dan mencoba mengambil majalah itu, mungkin hal memalukan tersebut tidak akan pernah terjadi. Keduanya duduk termenung sibuk dengan lamunannya masing-masing.
Sampai Satu jam sudah berlalu, keduanya masih diam tak bergeming di bangku taman yg nampak sepi, mereka mencoba terus menenangkan batin satu sama lain.
"Halo, Yah?" ucap Dama, di balik layar ponselnya.
"Ayo, ibu udah siuman," sahutnya di sebrang sana.
"Iya, Yah. Dama segera kesana." Tut ....
"Ayo, ibu gue dah siuman," ajak Dama.
Sesampainya di ruangan, ibu masih belum berbicara sepatah katapun, walau mulut Dama sudah hampir berbusa menjelaskan tentang kejadian itu namun, ibu masih diam bergeming.
"Ibu, rasa." Akhirnya ibu membuka suara.
Semuanya menoleh. "Ibu harus menikahkan kalian!" tegas ibu tak ingin di bantah.
Keduanya kompak berteriak. "Apa!"
***********
Kini abi dan umi Meira yg dibuat terkejut oleh pernyataan ayah Dama, mereka begitu kecewa dengan prilaku anaknya, mereka bahkan sering mewanti-wanti untuk tidak berpacaran karna takut terjadi hal-hal diluar pernikahan.
"Abi kecewa sama kamu Mei!" lirih abi.
"Bi, ini salah paham!" tegas Meira.
"Salah paham apanya!" sentak umi, dia bahkan sudah mengeluarkan air matanya.
Meira yg sedikit tertekan, beranjak pergi. Dia ingin menenangkan sejenak akal sehatnya yg sudah kalut oleh emosi. Meira merebahkan tubuhnya di ranjang kesayangannya, untuk sekarang ini, Meira sangat tak ingin berfikir mengenai apapun juga.
Tok, ketokan di jendela kamar membuat Meira terperanjat. "Apasih!" Dia membuka jendala itu.
Dia terkejut sekaligus keheranan. "Ngapain loe kesini!" ketus Meira.
"Gue mau obrolin tentang pernikahan kita!" ujar Dama. "Plis, Mei. Gue takut ibu gue kenapa-kenapa ...," lirihnya.
"Jadi mau loe kita nikah!" tegas Meira. Dama mengangguk menyetujuinya.
"Tapi, ada beberapa syarat yg loe harus penuhin!" ujar Dama seraya mengeluarkan surat bermatrai di atasnya.
"Loe, gila. Loe yg ajak gue nikah malah loe yg ngajuin syarat!" gerutunya.
"Loe, juga boleh Mei!"
Meira membaca ajuan surat yg di berikan Dama, disana tertuliskan bahwa;
Tidak boleh saling sentuh menyentuh.
Tidak boleh saling merayu.
Membaca persyaratan satu dan dua membuat Meira menyimpulkan sesuatu. "Lo, jijik sama gue?" tanya Meira.
"Buat jaga-jaga. Loe tau kan, gue gak suka skinship sama cewe," sahutnya cepat.
"Oh lu tuh g*y?" balas Meira dengan entengnya.
"Enak aja, gue masih normal suka sama cewe, cuman gue mau suci aja sampe gue bener-bener nemuin sosok yg gue pengenin!" jelas Dama. Meira kembali membaca persyaratan berikutnya.
Pernikahan kita tutupi bersama.
Gue bakal ceraikan loe setelah ibu gue sembuh dari penyakit jantungnya.
"Hah loe gila Dam. Loe mau bikin gue jadi janda apah!" ucap Meira.
"Ssssttt, denger dulu. Jadi, penikahan ini buat sebatas permintaan nyokap gue aja, nanti setelah gue lulus dan kerja. Gue usahain bakal langsung oprasi penyakit jantung ibu gue di Singapura. Nah, setelah itu gak ada drama-drama jantung nyokap gue kumat lagi, dan gue rasa itu udah aman buat kita bicarain bahwa kita udah gak srek dan pengen pisah aja. Gitu maksud gue," jelasnya.
"Penyakit jantung loe bilang drama!" ketus Meira.
"Ya, emang suka kumat kan!" sahutnya cepat. "Dan setelah itu kita bisa cerai, loe mau hidup selamanya sama gue?" tanya Dama.
"Ih najis!"
"Itung-itung balas dendam kali yah, toh dia juga gak bakal nyentuh gue, dan pernikahan kita ditutupi jadi, its okay lah." Batin Meira penuh kemenangan.
"Yaudah karna loe juga sama-sama gak mau kan, sama pernikahan ini!" ujarnya. "Kan, ini juga salah loe kan Mei, ngapai masuk ke kamar gue," gerutu Dama.
"Loe, ada syarat gak?" tanya Dama serius.
"Nanti gue bawa besok!" ucap Meira.
.
.
Apakah syarat yg di ajukan Meira??
Tbc.
.
Author usahakan UP tiap hari
.
Klik tada Hati❤ Biar updatenya gak ketinggalan okray! jan lupa vote, komen dan likenya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
oh_nananana
hihihi.... gara-gara abis batre
2020-12-27
0