BABY MY LOVE

BABY MY LOVE

Episode 1. Hamil

“Kamu kan baru pulang kerja, Mas? Apa kamu gak capek?”

“Bawel kamu pake nanya. Udah, buruan…!”

Lelaki itu menarik si perempuan ke kasur. Ia melucuti pakaian si perempuan buru-buru. Kemudian melucuti  pakaiannya sendiri. Lantas si lelaki menuntaskan gejolaknya dengan bersemangat. Begitu menggebu. Si perempuan kesakitan tapi lelaki itu tak perduli.

Setengah jam kemudian lelaki itu membuka pintu rumah petak kontrakannya. Ia merokok di ruang depan yang menghadap ke teras.

“Jangan merokok di dalam, Mas.”

Tarisa keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri. Dilihatnya suaminya, Abram, santai merokok di ruang depan petak kontrakan yang sempit dan kecil ini. Asap rokok menyeruak membuat udara sedikit pengap. Bau rokok itu membuat Tarisa mual.

“Ngatur melulu kerjaan kamu!” Abram tak perduli dan terus merokok santai.

“Kamu kan tau, aku lagi hamil 3 bulan, Mas. Sensitif sama bau rokok. Lagian asap rokok gak bagus ke janin di kandunganku.”

“Halaaah, begituan dipikirin!” Abram cuek merokok lagi.

Tarisa menghela nafas. Kadang ia malas bicara kalau suaminya selalu menanggapi dengan kalimat-kalimat semaunya.

Lalu Tarisa masuk ke kamar, berganti pakaian. Setelah rapi ia mendekati Abram yang masih asik merokok di ruang depan.

“Bisa anterin aku ke dokter kan Mas? Sore ini jadwal periksa kandunganku.”

“Sekarang?” Jengit Abram. Alisnya menaik menatap istrinya.

“Iya.  Bulan lalu  dokternya bilang aku disuruh datang lagi tanggal sekarang. Kan kemarin sudah aku kasih tau ke Mas.”

Abram mendengus jengkel. Ditatapnya Tarisa dengan kesal. “Kamu gak lihat aku lagi capek?!”

Serba salah Tarisa jadinya. Waktu ditanya tadi pulang kerja, apa gak capek,  lelaki ini tak perduli. Sekarang setelah diminta mengantar ke dokter, suaminya malah bilang capek.

“Tolong,  Mas.” Tarisa memohon. “ Masa kamu gak mau nganterin aku periksa  dokter?”

“Heh!  Kamu kan punya kaki?” Abram menunjuk kaki Tarisa. “Itu kaki kan? Pergi aja kamu ke dokter  sendiri!”

Tarisa berusaha sabar. Ia  memperhatikan wajah Abram yang  cemberut. Tarisa tahu, kalau sudah demikian, meski dirayu seperti apapun Abram bakalan susah dibujuk untuk mengantarkannya periksa kandungan.

“Ya sudah….  Aku ke dokter sendiri, Mas….”

Lantas Tarisa menyiapkan tas dan dompetnya. Ia kemudian bersiap pergi ke dokter.

“Aku pamit ke dokter dulu, Mas.”

Tarisa mencium tangan suaminya. Abram cuek saja.

“Sudah buruan sana pergi! Aku ngantuk! Mau istirahat!” Lelaki itu jutek.

“Aku jalan  ya Mas….” Tarisa keluar pintu rumah petak kontrakan itu.

BRUUK!

Pintu malah ditutup dengan kasar dari dalam oleh Abram.

Tarisa terperanjat. Termangu di depan pintu. Kaget dijutekin suaminya sendiri.

KLAK!

Pintu terbuka lagi. Abram menongolkan kepala.

“Kamu masih pegang duit kan?” Lelaki itu bertanya ke Tarisa yang sudah hendak pergi.

“Masih.”

“Pulang dari dokter beliin aku nasi padang.”

“Iya, Mas.”

BRRUKK! Pintu ditutup lagi.

Eh, baru saja  ditutup, pintu sudah dibuka lagi. Abram menongolkan wajah. “Nasi padangnya pake ikan goreng pedas. Yang banyak cabenya. Jangan lupa!”

“Iya, Mas….”

Lalu pintu ditutup kembali.

Ah, Tarisa kadang bingung dengan sikap suaminya. Saat pacaran, Abram  dikenalnya sebagai lelaki romantis dan perhatian. Ternyata sikap Abram jauh berbeda setelah menikah. Sikap Abram suka seenaknya sendiri, gak perduli dengan istrinya.

Tarisa pun  naik mikrolet ke rumah sakit. Untuk mengirit biaya ia sengaja  periksa  ke dokter kandungan di rumah sakit umum. Karena  biaya periksa dokternya lebih murah dari pada rumah sakit khusus ibu dan anak atau rumah sakit khusus bersalin. Tarisa sadar. Ia harus pandai-pandai mengirit biaya karena gaji suaminya sebagai karyawan rendahan di sebuah kantor memang tak banyak.

“Ini nomernya, Bu.” Seorang petugas cewek yang menerima pendaftaran pasien di rumah sakit memberikan secarik kertas bernomer ke Tarisa.  “Ibu nomer 11 ya. Silakan tunggu ya, Bu.”

“Terima kasih, Mbak.” Tarisa menerima nomer antrian itu.

Lantas Tarisa duduk di bangku tunggu. Sudah banyak perempuan hamil lainnya duduk di beberapa bangku. Kebanyakan datang diantar suaminya. Sikap suami mereka yang perhatian ke istrinya membuat Tarisa iri.

Ada suami yang mengelus-elus perut istrinya dengan sayang. Lalu si istri tersenyum senang dan memegang tangan sang suami. Keduanya bertatapan mesra.

Tarisa mudah iri jika melihat pasangan yang mesra seperti itu. Karena suaminya nyaris tak pernah demikian.

Tarisa mengalihkan perhatian. Menatap kertas kecil bertuliskan angka 11 yang dipegangnya. Tadi dia telat datang dan mendapat antrian periksa nomer 11. Kalau begini bisa-bisa sejam lagi baru  dapat giliran diperiksa.

Jam dinding di ruang tunggu baru bergerak melewati lima menit. Tarisa  sudah merasa bosan menunggu di bangku yang dipenuhi oleh para ibu hamil. Ia sampai iseng membanding-bandingkan perutnya dengan perempuan lain di ruangan itu. Kebanyakan perempuan yang datang sudah hamil besar. Bahkan ada yang sudah sangat buncit, mungkin tinggal menunggu minggu depan sudah melahirkan.

Perut Tarisa sendiri boleh dibilang masih rata, belum seperti perempuan hamil. Pakaian yang dikenakan Tarisa pun masih baju yang biasa dipakainya sehari-hari. Mungkin karena kandungannya baru 3 bulan.  Sepertinya perutnya baru membesar di bulan-bulan berikutnya. Jika demikian barulah  ia  harus mengenakan baju longgar atau daster.

Bosan juga Tarisa melihat orang-orang di ruang tunggu. Ia juga merasa sedikit pengap. Butuh udara segar.  Melewati pintu samping ada lorong menuju taman rumah sakit. Tarisa melewati lorong itu hendak ke taman.

Masih di lorong tiba-tiba Tarisa tercekat. Dilihatnya sepasang suami istri bertangisan. Umur si ibu sekitar empat puluhan dan suaminya terlihat lebih tua lagi.

“Hu hu hu hu, gimana ini pak? Masa bayi kita sudah mati masih harus bayar 250 ribu buat biaya ambulans.” Si ibu menangis pilu.

“Gak tau lah, Bu.” Suaminya pasrah. Mata si lelaki juga berurai air mata. “Mana uang kita sudah habis buat antar ibu ke rumah sakit dan biaya melahirkan bayi yang mati ini.”

“Terus gimana bayinya kita bawa pulang, Pak? Apa kita bawa pulang aja pake motor?”

“Mau diapain lagi? Kita memang harus bawa jenazahnya pake motor.” Suara si Bapak menyayat hati. “Uang  sudah benar-benar habis. Gak ada biaya  buat bawa jenazah anak kita pake ambulans.”

“Hu hu hu hu,” SI ibu kembali tersedu. Ia memeluk suaminya sambil bersimbah air mata.

Tarisa terenyuh. Ia paling gak kuat melihat orang menangis seperti itu.

Yang benar saja. Masa suami istri ini mau membawa mayat bayi pakai motor? Tarisa pernah melihat berita seperti itu di TV. Seorang bapak membawa mayat bayinya yang sudah dibungkus kain putih pakai motor.

Dulu Tarisa menangis saat menonton berita itu. Kini di depannya ada orang punya masalah serupa. Sebisa mungkin Tarisa tak ingin cerita sedih itu kembali menimpa suami istri di depannya.

“Maaf, Ibu, Bapak….” Tarisa mendekati pasangan suami istri. “Kalau boleh tau, berapa biaya antar mobil ambulannya?”

Si ibu dan suaminya menoleh. Heran melihat Tarisa bertanya demikian.

Tarisa tersenyum ramah. “Enggak apa, Bu. Mungkin saya bisa bantu biayanya. Berapa biaya mobil ambulans buat bawa jenazah?”

“Enggak usah, Bu.” Si Bapak tak enak hati. Dilihatnya Tarisa yang berkata demikian adalah seorang perempuan berpenampilan sederhana. Tak jauh beda dengan si bapak dan istrinya. Tarisa mengenakan baju dan rok murahan. Pake tas KW. Sendal yang dikenakan Tarisa pun buruk. Masa orang seperti ini mau membantu membayar biaya ambulan?

“Enggak apa, Pak. Sebisa mungkin mayat bayinya dibawa pake mobil ambulans. Jangan dibawa pake motor. Saya akan bantu biaya ambulannya.”

“Biaya ambulannya 250 ribu…” Si ibu yang bicara. Dia menangis lagi. “Hu hu hu, kami sudah kehabisan duit sama sekali.”

Tarisha tau. Di dompetnya ada uang Rp 350 ribu.

Apakah uang itu akan diberikannya  kepada suami istri ini?

BERSAMBUNG….

PENGUMUMAN:

HELLO READERS. Semoga suka dengan cerita sederhana ini. BABY MY LOVE. Mungkin ada salah typo atau kekurangan disana-sini mohon dimaklumi ya. Silakan kasih Like, Vote dan Komen di buku ini. Teman author yang mau promo dan ingin saling  feedback juga bebas promo di kolom komen. Kita saling support. Karena buku ini tak akan ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Oh ya kalian juga bisa baca buku Fresh nazar lainnya, ISTRI YANG TERSIKSA dan TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS. Sukses buat semuanya.

Terpopuler

Comments

Ndhe Nii

Ndhe Nii

sukaaaa ... kerennn thorr 🙏😀

2022-03-28

0

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

hadir kk

2021-06-24

0

Sufisa ~ IG : Sufisa88

Sufisa ~ IG : Sufisa88

aq hdir disini kak🤭🤭🤭

2021-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Hamil
2 Episode 2. Abram Belum Sanggup Punya Anak
3 Episode 3. Ibu Mertua Super Jutek
4 Episode 4. Ditinggal Suami
5 Episode 5. Sendiri Di Rumah
6 Episode 6. Kembali Ke Rumah Orang Tua
7 Episode 7. Nola dan Leonardo Dicaprio
8 Episode 8. Belum Bayar Kontrakan
9 Episode 9. Apakah Abram Menikah Lagi?
10 Episode 10. Cek Dan Ricek Ke Cirebon
11 Episode 11. Tarisa Jadi Model Iklan
12 Episode 12. Glen Dan Ukuran Supernya
13 Episode 13. Banyak Senyum Dan Tawa
14 Episode 14. Abram Kewalahan Di Ranjang
15 Episode 15. Jayanti Selingkuh
16 Episode 16. Baby Lahir Sebelum waktunya
17 Episode 17. Baby Boy
18 Episode 18. Lelaki Bermodal Pisang
19 Episode 19. Jangan Pamer Dada Saat Menyusui
20 Episode 20. Abram Mencuri Motor Glen
21 Episode 21. Calon Suami Tarisa Yang Baru
22 Episode 22. Kenapa Baby Rizki Menangis?
23 Episode 23. Mau Diapain Aja
24 Episode 24. Emak-Emak Liar
25 Episode 25. Sentuhan Hangat Glen
26 Episode 26. Jangan Digigit Ya
27 Episode 27. Apa Yang Dilakukan Glen Di Mobil?
28 Episode 28. Goyangan Nola Membuat Pisang Bengkak
29 Episode 29. Di Bawah Pusar Yang Paling Dalam
30 Episode 30. Ahli Membuat Pisang Molen
31 Episode 31. Nola Pagina Menggoyang Panggung
32 Episode 32. Celana Sobek Saat Menyanyi
33 Episode 33. Video 'Puter Giling Apem' Viral
34 Episode 34. Berapa Tarif Nola?
35 Episode 35. Gurih Kenyol-Kenyol
36 Episode 36. Kec*pan Glen Untuk Tarisa
37 Episode 37. Alhamdulillah Banyak Rejeki
38 Episode 38. Artis Gina Melonda Suka Glen
39 Episode 39. Tarisa Cemburu Ke Melon Gede
40 Episode 40. Glen Digerebek Warga
41 Episode 41. VISUAL
42 Episode 42. Gina Melonda Mencukur Bagian Itu
43 Episode 43. Manfaat Punya Melon Gede
44 Episode 44. Apakah Glen Serius Dengan Tarisa?
45 Episode 45. Apem Anget Bikin Berkeringet
46 Episode 46. Baby Rizki Hendak Diculik
47 Episode 47. Sari Rela Menyerahkan Keper*wanan
48 Episode 48. Kesenggol Melon
49 Episode 49. Lirikan Mbah Jembrut
50 Episode 50. Maudi Lagi Pengen Gituan
51 Episode 51. Nola Datang Membebaskan Rizki
52 Episode 52. Bau Dan Ada Bulunya
53 Episode 53. Apakah Baby Rizki Tidak Selamat?
54 Episode 54. Pisang Raja
55 Episode 55. Happy Banget (TAMAT)
56 Episode 56. Bonus Cerita 1
57 Episode 57. Bonus Cerita 2
58 Episode 58. Bonus Cerita 3
59 Episode 59. Bonus Cerita 4
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Episode 1. Hamil
2
Episode 2. Abram Belum Sanggup Punya Anak
3
Episode 3. Ibu Mertua Super Jutek
4
Episode 4. Ditinggal Suami
5
Episode 5. Sendiri Di Rumah
6
Episode 6. Kembali Ke Rumah Orang Tua
7
Episode 7. Nola dan Leonardo Dicaprio
8
Episode 8. Belum Bayar Kontrakan
9
Episode 9. Apakah Abram Menikah Lagi?
10
Episode 10. Cek Dan Ricek Ke Cirebon
11
Episode 11. Tarisa Jadi Model Iklan
12
Episode 12. Glen Dan Ukuran Supernya
13
Episode 13. Banyak Senyum Dan Tawa
14
Episode 14. Abram Kewalahan Di Ranjang
15
Episode 15. Jayanti Selingkuh
16
Episode 16. Baby Lahir Sebelum waktunya
17
Episode 17. Baby Boy
18
Episode 18. Lelaki Bermodal Pisang
19
Episode 19. Jangan Pamer Dada Saat Menyusui
20
Episode 20. Abram Mencuri Motor Glen
21
Episode 21. Calon Suami Tarisa Yang Baru
22
Episode 22. Kenapa Baby Rizki Menangis?
23
Episode 23. Mau Diapain Aja
24
Episode 24. Emak-Emak Liar
25
Episode 25. Sentuhan Hangat Glen
26
Episode 26. Jangan Digigit Ya
27
Episode 27. Apa Yang Dilakukan Glen Di Mobil?
28
Episode 28. Goyangan Nola Membuat Pisang Bengkak
29
Episode 29. Di Bawah Pusar Yang Paling Dalam
30
Episode 30. Ahli Membuat Pisang Molen
31
Episode 31. Nola Pagina Menggoyang Panggung
32
Episode 32. Celana Sobek Saat Menyanyi
33
Episode 33. Video 'Puter Giling Apem' Viral
34
Episode 34. Berapa Tarif Nola?
35
Episode 35. Gurih Kenyol-Kenyol
36
Episode 36. Kec*pan Glen Untuk Tarisa
37
Episode 37. Alhamdulillah Banyak Rejeki
38
Episode 38. Artis Gina Melonda Suka Glen
39
Episode 39. Tarisa Cemburu Ke Melon Gede
40
Episode 40. Glen Digerebek Warga
41
Episode 41. VISUAL
42
Episode 42. Gina Melonda Mencukur Bagian Itu
43
Episode 43. Manfaat Punya Melon Gede
44
Episode 44. Apakah Glen Serius Dengan Tarisa?
45
Episode 45. Apem Anget Bikin Berkeringet
46
Episode 46. Baby Rizki Hendak Diculik
47
Episode 47. Sari Rela Menyerahkan Keper*wanan
48
Episode 48. Kesenggol Melon
49
Episode 49. Lirikan Mbah Jembrut
50
Episode 50. Maudi Lagi Pengen Gituan
51
Episode 51. Nola Datang Membebaskan Rizki
52
Episode 52. Bau Dan Ada Bulunya
53
Episode 53. Apakah Baby Rizki Tidak Selamat?
54
Episode 54. Pisang Raja
55
Episode 55. Happy Banget (TAMAT)
56
Episode 56. Bonus Cerita 1
57
Episode 57. Bonus Cerita 2
58
Episode 58. Bonus Cerita 3
59
Episode 59. Bonus Cerita 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!