BABY MY LOVE
“Kamu kan baru pulang kerja, Mas? Apa kamu gak capek?”
“Bawel kamu pake nanya. Udah, buruan…!”
Lelaki itu menarik si perempuan ke kasur. Ia melucuti pakaian si perempuan buru-buru. Kemudian melucuti pakaiannya sendiri. Lantas si lelaki menuntaskan gejolaknya dengan bersemangat. Begitu menggebu. Si perempuan kesakitan tapi lelaki itu tak perduli.
Setengah jam kemudian lelaki itu membuka pintu rumah petak kontrakannya. Ia merokok di ruang depan yang menghadap ke teras.
“Jangan merokok di dalam, Mas.”
Tarisa keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri. Dilihatnya suaminya, Abram, santai merokok di ruang depan petak kontrakan yang sempit dan kecil ini. Asap rokok menyeruak membuat udara sedikit pengap. Bau rokok itu membuat Tarisa mual.
“Ngatur melulu kerjaan kamu!” Abram tak perduli dan terus merokok santai.
“Kamu kan tau, aku lagi hamil 3 bulan, Mas. Sensitif sama bau rokok. Lagian asap rokok gak bagus ke janin di kandunganku.”
“Halaaah, begituan dipikirin!” Abram cuek merokok lagi.
Tarisa menghela nafas. Kadang ia malas bicara kalau suaminya selalu menanggapi dengan kalimat-kalimat semaunya.
Lalu Tarisa masuk ke kamar, berganti pakaian. Setelah rapi ia mendekati Abram yang masih asik merokok di ruang depan.
“Bisa anterin aku ke dokter kan Mas? Sore ini jadwal periksa kandunganku.”
“Sekarang?” Jengit Abram. Alisnya menaik menatap istrinya.
“Iya. Bulan lalu dokternya bilang aku disuruh datang lagi tanggal sekarang. Kan kemarin sudah aku kasih tau ke Mas.”
Abram mendengus jengkel. Ditatapnya Tarisa dengan kesal. “Kamu gak lihat aku lagi capek?!”
Serba salah Tarisa jadinya. Waktu ditanya tadi pulang kerja, apa gak capek, lelaki ini tak perduli. Sekarang setelah diminta mengantar ke dokter, suaminya malah bilang capek.
“Tolong, Mas.” Tarisa memohon. “ Masa kamu gak mau nganterin aku periksa dokter?”
“Heh! Kamu kan punya kaki?” Abram menunjuk kaki Tarisa. “Itu kaki kan? Pergi aja kamu ke dokter sendiri!”
Tarisa berusaha sabar. Ia memperhatikan wajah Abram yang cemberut. Tarisa tahu, kalau sudah demikian, meski dirayu seperti apapun Abram bakalan susah dibujuk untuk mengantarkannya periksa kandungan.
“Ya sudah…. Aku ke dokter sendiri, Mas….”
Lantas Tarisa menyiapkan tas dan dompetnya. Ia kemudian bersiap pergi ke dokter.
“Aku pamit ke dokter dulu, Mas.”
Tarisa mencium tangan suaminya. Abram cuek saja.
“Sudah buruan sana pergi! Aku ngantuk! Mau istirahat!” Lelaki itu jutek.
“Aku jalan ya Mas….” Tarisa keluar pintu rumah petak kontrakan itu.
BRUUK!
Pintu malah ditutup dengan kasar dari dalam oleh Abram.
Tarisa terperanjat. Termangu di depan pintu. Kaget dijutekin suaminya sendiri.
KLAK!
Pintu terbuka lagi. Abram menongolkan kepala.
“Kamu masih pegang duit kan?” Lelaki itu bertanya ke Tarisa yang sudah hendak pergi.
“Masih.”
“Pulang dari dokter beliin aku nasi padang.”
“Iya, Mas.”
BRRUKK! Pintu ditutup lagi.
Eh, baru saja ditutup, pintu sudah dibuka lagi. Abram menongolkan wajah. “Nasi padangnya pake ikan goreng pedas. Yang banyak cabenya. Jangan lupa!”
“Iya, Mas….”
Lalu pintu ditutup kembali.
Ah, Tarisa kadang bingung dengan sikap suaminya. Saat pacaran, Abram dikenalnya sebagai lelaki romantis dan perhatian. Ternyata sikap Abram jauh berbeda setelah menikah. Sikap Abram suka seenaknya sendiri, gak perduli dengan istrinya.
Tarisa pun naik mikrolet ke rumah sakit. Untuk mengirit biaya ia sengaja periksa ke dokter kandungan di rumah sakit umum. Karena biaya periksa dokternya lebih murah dari pada rumah sakit khusus ibu dan anak atau rumah sakit khusus bersalin. Tarisa sadar. Ia harus pandai-pandai mengirit biaya karena gaji suaminya sebagai karyawan rendahan di sebuah kantor memang tak banyak.
“Ini nomernya, Bu.” Seorang petugas cewek yang menerima pendaftaran pasien di rumah sakit memberikan secarik kertas bernomer ke Tarisa. “Ibu nomer 11 ya. Silakan tunggu ya, Bu.”
“Terima kasih, Mbak.” Tarisa menerima nomer antrian itu.
Lantas Tarisa duduk di bangku tunggu. Sudah banyak perempuan hamil lainnya duduk di beberapa bangku. Kebanyakan datang diantar suaminya. Sikap suami mereka yang perhatian ke istrinya membuat Tarisa iri.
Ada suami yang mengelus-elus perut istrinya dengan sayang. Lalu si istri tersenyum senang dan memegang tangan sang suami. Keduanya bertatapan mesra.
Tarisa mudah iri jika melihat pasangan yang mesra seperti itu. Karena suaminya nyaris tak pernah demikian.
Tarisa mengalihkan perhatian. Menatap kertas kecil bertuliskan angka 11 yang dipegangnya. Tadi dia telat datang dan mendapat antrian periksa nomer 11. Kalau begini bisa-bisa sejam lagi baru dapat giliran diperiksa.
Jam dinding di ruang tunggu baru bergerak melewati lima menit. Tarisa sudah merasa bosan menunggu di bangku yang dipenuhi oleh para ibu hamil. Ia sampai iseng membanding-bandingkan perutnya dengan perempuan lain di ruangan itu. Kebanyakan perempuan yang datang sudah hamil besar. Bahkan ada yang sudah sangat buncit, mungkin tinggal menunggu minggu depan sudah melahirkan.
Perut Tarisa sendiri boleh dibilang masih rata, belum seperti perempuan hamil. Pakaian yang dikenakan Tarisa pun masih baju yang biasa dipakainya sehari-hari. Mungkin karena kandungannya baru 3 bulan. Sepertinya perutnya baru membesar di bulan-bulan berikutnya. Jika demikian barulah ia harus mengenakan baju longgar atau daster.
Bosan juga Tarisa melihat orang-orang di ruang tunggu. Ia juga merasa sedikit pengap. Butuh udara segar. Melewati pintu samping ada lorong menuju taman rumah sakit. Tarisa melewati lorong itu hendak ke taman.
Masih di lorong tiba-tiba Tarisa tercekat. Dilihatnya sepasang suami istri bertangisan. Umur si ibu sekitar empat puluhan dan suaminya terlihat lebih tua lagi.
“Hu hu hu hu, gimana ini pak? Masa bayi kita sudah mati masih harus bayar 250 ribu buat biaya ambulans.” Si ibu menangis pilu.
“Gak tau lah, Bu.” Suaminya pasrah. Mata si lelaki juga berurai air mata. “Mana uang kita sudah habis buat antar ibu ke rumah sakit dan biaya melahirkan bayi yang mati ini.”
“Terus gimana bayinya kita bawa pulang, Pak? Apa kita bawa pulang aja pake motor?”
“Mau diapain lagi? Kita memang harus bawa jenazahnya pake motor.” Suara si Bapak menyayat hati. “Uang sudah benar-benar habis. Gak ada biaya buat bawa jenazah anak kita pake ambulans.”
“Hu hu hu hu,” SI ibu kembali tersedu. Ia memeluk suaminya sambil bersimbah air mata.
Tarisa terenyuh. Ia paling gak kuat melihat orang menangis seperti itu.
Yang benar saja. Masa suami istri ini mau membawa mayat bayi pakai motor? Tarisa pernah melihat berita seperti itu di TV. Seorang bapak membawa mayat bayinya yang sudah dibungkus kain putih pakai motor.
Dulu Tarisa menangis saat menonton berita itu. Kini di depannya ada orang punya masalah serupa. Sebisa mungkin Tarisa tak ingin cerita sedih itu kembali menimpa suami istri di depannya.
“Maaf, Ibu, Bapak….” Tarisa mendekati pasangan suami istri. “Kalau boleh tau, berapa biaya antar mobil ambulannya?”
Si ibu dan suaminya menoleh. Heran melihat Tarisa bertanya demikian.
Tarisa tersenyum ramah. “Enggak apa, Bu. Mungkin saya bisa bantu biayanya. Berapa biaya mobil ambulans buat bawa jenazah?”
“Enggak usah, Bu.” Si Bapak tak enak hati. Dilihatnya Tarisa yang berkata demikian adalah seorang perempuan berpenampilan sederhana. Tak jauh beda dengan si bapak dan istrinya. Tarisa mengenakan baju dan rok murahan. Pake tas KW. Sendal yang dikenakan Tarisa pun buruk. Masa orang seperti ini mau membantu membayar biaya ambulan?
“Enggak apa, Pak. Sebisa mungkin mayat bayinya dibawa pake mobil ambulans. Jangan dibawa pake motor. Saya akan bantu biaya ambulannya.”
“Biaya ambulannya 250 ribu…” Si ibu yang bicara. Dia menangis lagi. “Hu hu hu, kami sudah kehabisan duit sama sekali.”
Tarisha tau. Di dompetnya ada uang Rp 350 ribu.
Apakah uang itu akan diberikannya kepada suami istri ini?
BERSAMBUNG….
PENGUMUMAN:
HELLO READERS. Semoga suka dengan cerita sederhana ini. BABY MY LOVE. Mungkin ada salah typo atau kekurangan disana-sini mohon dimaklumi ya. Silakan kasih Like, Vote dan Komen di buku ini. Teman author yang mau promo dan ingin saling feedback juga bebas promo di kolom komen. Kita saling support. Karena buku ini tak akan ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Oh ya kalian juga bisa baca buku Fresh nazar lainnya, ISTRI YANG TERSIKSA dan TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS. Sukses buat semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ndhe Nii
sukaaaa ... kerennn thorr 🙏😀
2022-03-28
0
@Ani Nur Meilan
hadir kk
2021-06-24
0
Sufisa ~ IG : Sufisa88
aq hdir disini kak🤭🤭🤭
2021-03-12
0