Episode 2. Abram Belum Sanggup Punya Anak

Tarisa berpikir keras.

Uang Rp 350 ribu di dompetnya bukanlah uang yang bebas dipakai begitu saja. Uang itu hendak dipakai buat membayar periksa dokter kandungan. Sisanya  harus dicukupkan untuk biaya makan sampai  akhir bulan hingga Abram suaminya gajian lagi.

Tapi, Tarisa menoleh kepada si Ibu dan Bapak yang bayinya meninggal saat dilahirkan. Kedua orang ini jelas lebih membutuhkan uang dari pada dirinya. Dan tentu berpahala besar menolong orang yang tengah membutuhkan.

Air mata di pipi si ibu masih mengalir. Suaminya kelihatan pusing dan termenung. Tentu mereka sedih memikirkan bayinya yang sudah jadi mayat tapi belum bisa dibawa pulang.

Tarisa tak berpikir lama. Ia harus menolong mereka. Segera Tarisa mengambil uang Rp 250 ribu di dompetnya. Diberikannya uang itu kepada si Bapak.

“Ini, Pak. Silakan dipakai buat  membawa jenazah anak Bapak pakai ambulans. Semoga anak Bapak bisa diantarkan dengan baik dan dia pulang ke surga dengan bahagia.”

“Gak usah, Bu.” Si Bapak masih berusaha menolak.

“Tolong diterima, Pak. Saya akan lebih sedih kalau Bapak gak mau menerima uang ini lalu membawa jenazah anak Bapak pakai motor, karena gak sanggup bayar ambulans….”

Si bapak tercekat. Tubuhnya berguncang mendengar ucapan Tarisa. Air mata si Bapak mengalir deras kala menerima uang yang diulurkan Tarisa padanya. Sementara istrinya menangis tersedu dan memeluk Tarisa.

“Terima kasih banyak, Bu.” Si ibu berusaha tersenyum di tengah isaknya. “Ibu adalah orang baik yang dikirimkan Allah di saat kami berduka dan kehilangan.”

“Saya hanya bisa menolong sekedarnya, Bu.” Tak terasa air mata Tarisa ikut mengalir  kala ia balas memeluk si ibu.

“Ibu kuat ya. Insya Allah anak ibu akan kembali ke surga dan nanti akan menyambut Ibu dan Bapak disana sambil tersenyum bahagia.”

Suami istri itu tampak lega kala  mengurus administrasi pembayaran.

Tarisa  tersenyum sambil melambaikan tangan   melihat mobil ambulans keluar dari rumah sakit. Bapak dan ibu tadi melambaikan tangan sambil tersenyum kepadanya.

Sungguh momen yang indah. Tarisa merasa hidupnya berguna pada sore  itu. Ia sungguh tak bisa memaafkan dirinya jika membiarkan suami istri tadi membawa jenazah bayinya pakai motor. Bisa menolong mereka membawa jenazah bayi pakai ambulans membuat Tarisa lega. Ia sudah melakukan hal  yang bermanfaat nyata untuk orang lain.

Tarisa kembali ke ruang periksa dokter. Si petugas perempuan tepat menyebut nomer pasien yang hendak diperiksa.

“Nomer 11.”

Tarisa menunjukkan kertas nomernya. Ia kembali ke dokter di saat yang tepat kala nomernya dipanggil.

Lalu seorang dokter wanita yang  berusia setengah baya memeriksa kandungan Tarisa.

“Ini sudah 3 bulan, Dok. Tapi kenapa perut saya masih langsing?” Tarisa menyebutkan kekhawatirannya.

Dokter ramah itu tersenyum lebar. “Perut ibu memang tidak langsung tumbuh lebar dan membuncit seperti perempuan lain. Tapi jangan kuatir, Bu. Kan yang penting pertumbuhan janinnya.”

“Iya, Dok.”

“Saya sudah lihat Janin ibu tumbuh sehat dan kuat. Kelak ia akan jadi anak  yang kuat dan bisa menjaga ibunya.”

“Alhamdulillah…” Tarisa bahagia mendengar ucapan si dokter. “Yang penting anak di kandungan saya ini sehat ya Dok?”

Dokter mengangguk. “Sehat. Tapi  ibu harus ingat. Ibu gak boleh  bekerja terlalu keras atau melakukan aktivitas fisik yang berbahaya. Lalu ibu harus menjaga asupan gizi yang baik.  Insya Allah bayi ibu akan terus tumbuh sehat dan kuat.”

“Amin…” Tarisa mengaminkan ucapan dokter.

*

Tarisa tiba kembali di rumah kontrakannya selepas Isya.

Abram tersenyum masam membukakannya pintu. “Lama bener kamu ke rumah sakit?!”

“Tadi harus antri periksa dokternya mas. Aku dapat nomer antrian 11. Alhamdulillah, kata dokter anak kita tumbuh sehat.”

“Aku gak nanya  kandunganmu!” Jutek Abram.  “Mana nasi padang yang kupesan?! Aku sudah laper!”

DEEGG!

Tarisa terhenyak. Ia belum membelikan nasi padang pesanan Abram!

“Mana nasinya?” Abram melotot.

Tarisa diam. Merasa bersalah.

Abram mengamati istrinya.  Tangan Tarisa hanya memegang tas kecil dan tas plastik keresek berisi vitamin dan obat dari dokter. Tak ada bungkusan nasi di tangan  istrinya.

“Kamu gak beliin aku nasi padang?” Abram menatap Tarisa dengan jengkel.

Tarisa tau. Ia harus berkata jujur. “Maafin aku mas. Aku memang gak beli nasi padangnya.”

“Kok gak dibeliin? Gimana sih kamu?” Abram sengit. “Kamu  kan masih pegang uang?! Mestinya masih ada berapa ratus ribu di kamu buat kita makan  sampe aku gajian minggu depan?”

“Iya, Mas. Memang tadinya masih ada 350 ribu.” Jujur Tarisa. “Buat bayar dokter, dikasih vitamin dan obat, juga buat ongkos ke rumah sakit habis 90 ribu….” Tarisa tak enak melanjutkan kalimatnya.

“Nah, masih sisa 260 ribu kan?  Terus kemana duitnya?”

“Nggg….” Tarisa menguatkan diri bicara. “Duitnya  cuma sisa 10 ribu. Karena 250 ribu  aku kasih  buat seorang  ibu di rumah sakit yang bayinya meninggal waktu dilahirkan. Aku gak tega karena dia sama suaminya gak sanggup bayar ambulans buat bawa jenazah anaknya pulang.”

JREEENGG!

Abram mendekatkan wajahnya ke Tarisa. Matanya melotot ganas.

“Uang itu kamu kasih ke orang lain?!”

“Iya, Mas…”

“Huhhh!” Abram mendengus jengkel. “Benar-benar gak punya otak kamu!”

Tanpa diduga Abram mendorong Tarisa dengan kasar.

BRRUUKK!

Tarisa jatuh ke lantai. Ia meringis kesakitan.

“Mas, aku ini lagi hamil…” Tarisa mengingatkan suaminya. “Jangan kasar! Entar anak kita kenapa-napa.” Ia mengelus perutnya. Khawatir kalau kandungannya terganggu.

“Heh! Dengar…! ” Abram menarik Tarisa yang masih terjajar di lantai agar berdiri secara paksa. “Aku gak perduli sama kamu dan kandunganmu! Aku lagi lapar malah gak kamu beliin makanan. Karena kamu sok baik ke orang lain! Mestinya kamu mikir! Kita sendiri susah. Kamu malah ngurusin orang lain?!”

Ditatapnya Tarisa dengan galak.

”Kita ini baru nikah, Risa. Gaji aku kecil. Uang gaji gak seberapa harus buat bayar kontrakan bulanan, biaya listrik, makan dan keperluan sehari-hari di rumah ini. Belum lagi  ongkos aku ngantor. Uang sisa yang cuma sedikit malah kamu buang  ke orang lain!”

“Bukan dibuang, Mas. Itu sedekah.” Tarisa berusaha meluruskan. “Kalau kita ikhlas bersedekah, insya Allah kita akan dikasih Tuhan rejeki yang jauh lebih banyak!”

“Kamu ikhlas ngasihnya?” Abram menatap Tarisa galak.

Tarisa mengangguk. “Aku memang niat menolong orang dengan ikhlas.”

“Tapi aku yang gak ikhlas! Apalagi uang itu dari gaji aku!” Kata Abram galak. “Bersedekah itu kalau kita sudah banyak duitnya. Kita aja hidup pas-pasan.  Mau bersedekah apanya kalau malam ini aku gak makan?! Kamu senang kita mati kelaperan?!”

Tarisa terdiam. Merasa bersalah. Ia kemudian menatap Abram. “Maafin aku, Mas. Biar aku masakin kamu mie instan kalau kamu laper….”

Abram tersenyum sinis. “Tuh kan. Gitu cara berpikir kamu. Kamu bisa ngasih uang gaji aku ke orang lain 250 ribu. Tapi buat suami kamu sendiri, kamu cuma masakin mie instan?!”

“Ya ampun, Mas. Bukan gitu. Aku pikir kalau kita masih bisa bersedekah ke orang lain kenapa enggak?”

“Halaaahh, capek ngomong sama kamu! Sudah, masakin aku mie instan! Aku lapar!”

Tarisa pun ke dapur. Ia memasak mie instan sambil menangis.

*

Malam beranjak larut. Sudah nyaris tengah malam, tapi Abram belum tidur.

Tarisa yang sudah tidur lebih dulu terbangun. Dilihatnya suaminya duduk di sudut kasur memegang hand phone. Ia dan Abram memang hanya menghamparkan kasur di dalam kamar sebagai alas tidur.

“Kamu belum tidur, Mas?” Tarisa bertanya pelan. Heran melihat Abram sibuk melakukan chat whats app di hand phonenya nyaris tengah malam begini. "Kamu whats app an dengan siapa?"

Wajah Abram keruh saat menjawab. "Dengan ibuku.... Ibu besok mau kemari." Ia menutup hand phonenya lalu menatap Tarisa.

“Terus terang dengan kondisi hidup yang sengsara begini, aku  belum sanggup punya anak, Risa! Aku pikir, lebih baik anak di kandunganmu digugurkan. Mumpung usia kandunganmu baru 3 bulan….”

BERSAMBUNG......

 

JANGAN LUPA KASIH LIKE DAN TINGGALKAN KOMEN jika kamu suka cerita ini. Reader juga bisa membaca karya saya lainnya di aplikasi Noveltoon Mangatoon. ISTRI YANG TERSIKSA dan TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS. Semoga terhibur.

 

 

Terpopuler

Comments

Aqiyu

Aqiyu

ya ampun tuh paksu mulutnya....

2022-05-21

0

Ndhe Nii

Ndhe Nii

perlu waspada kl ada seorang yg masih asik pegang hp lewat tengah malam... pengalaman sekamar dg temanku...dia malah asik dg org lain pdhal dia py suami juga pas kebetulan kami keli kota 🤣🤣

2022-03-28

0

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

Allah udah ngasih rezeki lewat anak bukan bersyukur.. 😠😠😠😠😠😠

2021-06-26

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Hamil
2 Episode 2. Abram Belum Sanggup Punya Anak
3 Episode 3. Ibu Mertua Super Jutek
4 Episode 4. Ditinggal Suami
5 Episode 5. Sendiri Di Rumah
6 Episode 6. Kembali Ke Rumah Orang Tua
7 Episode 7. Nola dan Leonardo Dicaprio
8 Episode 8. Belum Bayar Kontrakan
9 Episode 9. Apakah Abram Menikah Lagi?
10 Episode 10. Cek Dan Ricek Ke Cirebon
11 Episode 11. Tarisa Jadi Model Iklan
12 Episode 12. Glen Dan Ukuran Supernya
13 Episode 13. Banyak Senyum Dan Tawa
14 Episode 14. Abram Kewalahan Di Ranjang
15 Episode 15. Jayanti Selingkuh
16 Episode 16. Baby Lahir Sebelum waktunya
17 Episode 17. Baby Boy
18 Episode 18. Lelaki Bermodal Pisang
19 Episode 19. Jangan Pamer Dada Saat Menyusui
20 Episode 20. Abram Mencuri Motor Glen
21 Episode 21. Calon Suami Tarisa Yang Baru
22 Episode 22. Kenapa Baby Rizki Menangis?
23 Episode 23. Mau Diapain Aja
24 Episode 24. Emak-Emak Liar
25 Episode 25. Sentuhan Hangat Glen
26 Episode 26. Jangan Digigit Ya
27 Episode 27. Apa Yang Dilakukan Glen Di Mobil?
28 Episode 28. Goyangan Nola Membuat Pisang Bengkak
29 Episode 29. Di Bawah Pusar Yang Paling Dalam
30 Episode 30. Ahli Membuat Pisang Molen
31 Episode 31. Nola Pagina Menggoyang Panggung
32 Episode 32. Celana Sobek Saat Menyanyi
33 Episode 33. Video 'Puter Giling Apem' Viral
34 Episode 34. Berapa Tarif Nola?
35 Episode 35. Gurih Kenyol-Kenyol
36 Episode 36. Kec*pan Glen Untuk Tarisa
37 Episode 37. Alhamdulillah Banyak Rejeki
38 Episode 38. Artis Gina Melonda Suka Glen
39 Episode 39. Tarisa Cemburu Ke Melon Gede
40 Episode 40. Glen Digerebek Warga
41 Episode 41. VISUAL
42 Episode 42. Gina Melonda Mencukur Bagian Itu
43 Episode 43. Manfaat Punya Melon Gede
44 Episode 44. Apakah Glen Serius Dengan Tarisa?
45 Episode 45. Apem Anget Bikin Berkeringet
46 Episode 46. Baby Rizki Hendak Diculik
47 Episode 47. Sari Rela Menyerahkan Keper*wanan
48 Episode 48. Kesenggol Melon
49 Episode 49. Lirikan Mbah Jembrut
50 Episode 50. Maudi Lagi Pengen Gituan
51 Episode 51. Nola Datang Membebaskan Rizki
52 Episode 52. Bau Dan Ada Bulunya
53 Episode 53. Apakah Baby Rizki Tidak Selamat?
54 Episode 54. Pisang Raja
55 Episode 55. Happy Banget (TAMAT)
56 Episode 56. Bonus Cerita 1
57 Episode 57. Bonus Cerita 2
58 Episode 58. Bonus Cerita 3
59 Episode 59. Bonus Cerita 4
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Episode 1. Hamil
2
Episode 2. Abram Belum Sanggup Punya Anak
3
Episode 3. Ibu Mertua Super Jutek
4
Episode 4. Ditinggal Suami
5
Episode 5. Sendiri Di Rumah
6
Episode 6. Kembali Ke Rumah Orang Tua
7
Episode 7. Nola dan Leonardo Dicaprio
8
Episode 8. Belum Bayar Kontrakan
9
Episode 9. Apakah Abram Menikah Lagi?
10
Episode 10. Cek Dan Ricek Ke Cirebon
11
Episode 11. Tarisa Jadi Model Iklan
12
Episode 12. Glen Dan Ukuran Supernya
13
Episode 13. Banyak Senyum Dan Tawa
14
Episode 14. Abram Kewalahan Di Ranjang
15
Episode 15. Jayanti Selingkuh
16
Episode 16. Baby Lahir Sebelum waktunya
17
Episode 17. Baby Boy
18
Episode 18. Lelaki Bermodal Pisang
19
Episode 19. Jangan Pamer Dada Saat Menyusui
20
Episode 20. Abram Mencuri Motor Glen
21
Episode 21. Calon Suami Tarisa Yang Baru
22
Episode 22. Kenapa Baby Rizki Menangis?
23
Episode 23. Mau Diapain Aja
24
Episode 24. Emak-Emak Liar
25
Episode 25. Sentuhan Hangat Glen
26
Episode 26. Jangan Digigit Ya
27
Episode 27. Apa Yang Dilakukan Glen Di Mobil?
28
Episode 28. Goyangan Nola Membuat Pisang Bengkak
29
Episode 29. Di Bawah Pusar Yang Paling Dalam
30
Episode 30. Ahli Membuat Pisang Molen
31
Episode 31. Nola Pagina Menggoyang Panggung
32
Episode 32. Celana Sobek Saat Menyanyi
33
Episode 33. Video 'Puter Giling Apem' Viral
34
Episode 34. Berapa Tarif Nola?
35
Episode 35. Gurih Kenyol-Kenyol
36
Episode 36. Kec*pan Glen Untuk Tarisa
37
Episode 37. Alhamdulillah Banyak Rejeki
38
Episode 38. Artis Gina Melonda Suka Glen
39
Episode 39. Tarisa Cemburu Ke Melon Gede
40
Episode 40. Glen Digerebek Warga
41
Episode 41. VISUAL
42
Episode 42. Gina Melonda Mencukur Bagian Itu
43
Episode 43. Manfaat Punya Melon Gede
44
Episode 44. Apakah Glen Serius Dengan Tarisa?
45
Episode 45. Apem Anget Bikin Berkeringet
46
Episode 46. Baby Rizki Hendak Diculik
47
Episode 47. Sari Rela Menyerahkan Keper*wanan
48
Episode 48. Kesenggol Melon
49
Episode 49. Lirikan Mbah Jembrut
50
Episode 50. Maudi Lagi Pengen Gituan
51
Episode 51. Nola Datang Membebaskan Rizki
52
Episode 52. Bau Dan Ada Bulunya
53
Episode 53. Apakah Baby Rizki Tidak Selamat?
54
Episode 54. Pisang Raja
55
Episode 55. Happy Banget (TAMAT)
56
Episode 56. Bonus Cerita 1
57
Episode 57. Bonus Cerita 2
58
Episode 58. Bonus Cerita 3
59
Episode 59. Bonus Cerita 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!