NOTE: Sebelum baca jangan lupa LIKE dan VOTE untuk cerita ini.
DEEGG!
Kaget Tarisa mendengar suara Bu Komariah. Sampai lemas kaki Tarisa mendengarnya. Tega sekali ibu mertuanya bicara demikian.
“Enggak mungkin aku ceraikan dia, Bu. Tarisa sedang hamil. Dan dia jelas-jelas gak mau menggugurkan kandungannya.” Suara Abram menyahut.
Makin kaget Tarisa mendengar itu. Seperti tak percaya bahwa itu suara Abram, suaminya.
Tarisa jadi pusing.
BUUKK! Tarisa jatuh terduduk lemas di depan pintu.
Abram dan Bu Komariah di dalam rumah menoleh.
“Suara apa itu?” Bu Komariah heran.
Abram keluar rumah lebih dulu. Ibunya mengikuti. Mereka melihat Tarisa terduduk lemas di tanah.
“Risa? Kamu kenapa?” Abram bertanya.
“Enggak tau, Mas. Mungkin cuma pusing aja.” Tarisa berbohong. Tak mungkin ia bilang barusan kaget mendengar pembicaraan suami dan ibu mertuanya.
“Biasa itu. Lemas, pusing. Bawaan orang hamil.” Bu Komariah menyahut santai. “Sudah, masuk kamu! Gak usah sok ngejogrog di halaman. Entar dikira tetangga kamu kenapa-napa.”
Ya Tuhan. Abram dan ibunya membiarkan saja Tarisa jatuh. Bahkan Abram tak berniat membantu Tarisa berdiri.
Tarisa mengulurkan tangan. Maksudnya minta bantuan agar Abram membantunya berdiri. Tapi Abram malah masuk lagi ke dalam rumah. Bu Komariah juga cuek membiarkan Tarisa di halaman. Ia ikut masuk rumah dengan santai.
Sambil menggigit bibirnya Tarisa berdiri. Hatinya sakit. Ia hendak menangis tapi di tahannya.
*
GLEKK!
Tarisa menenggak setengah gelas air putih di dapur. Air itu mengalir membasahi tenggorokannya. Membuat tubuh dan perasaannya lebih enak.
Ia kembali ke ruang depan yang sempit. Dilihatnya ibu mertuanya duduk di karpet murahan dari plastik di ruang itu. Abram tak kelihatan.
“Ibu mau teh manis? Risa buatin ya?” Tarisa tersenyum ramah ke mertuanya.
Bu Komariah menatap Tarisa dengan dingin. Lantas menyahut dengan ketus. “Gak usah. Ibu gak lama disini. Ini udah mau balik lagi ke Cirebon.”
“Lho…? Kirain ibu mau nginap disini?”
“Saya mau nginap di tempat kayak gini?” Bu Komariah nenatap rumah petak kontrakan itu dengan pandangan menghina. “Rumah kayak kandang kambing begini?! Yang bener aja!”
DEEGG!
Tarisa merasa terhina.
Memang rumah petak kontrakan ini sempit dan jelek. Tapi bukan salah dirinya memilih tinggal di tempat ini. Abram lah yang memilih petak kontrakan di kawasan Kebun Jeruk, Jakarta Barat ini karena dekat dari kantor tempat kerjanya. Sewa rumah di daerah ini tergolong mahal. Dengan kondisi gaji Abram yang kecil, sangat realistis untuk mengontrak rumah yang murah. Dan hanya rumah seperti ini yang sewanya terjangkau dan sanggup dikontrak Abram.
Terdengar langkah kaki seseorang keluar dari kamar.
DEEGG!
Tarisa kaget. Abram muncul sudah menenteng sebuah tas pakaian. Kaki Abram sudah mengenakan sepatu kets.
“Mas mau kemana?” Tarisa tak bisa menahan diri untuk bertanya.
“Mau nemanin ibu pulang ke Cirebon. Cuma dua hari.” Bu Komariah yang menyahut cepat.
Tarisa merasa ada yang aneh. Ia menatap Abram.
Tapi Abram mengangguk. “Iya. Aku harus nemanin ibu ke Cirebon. Ada tanah sawah warisan almarhum bapak yang mau dijual. Aku sebagai anak tertua yang harus tanda tangan akta jual belinya.”
“Oh, gitu.” Tarisa bilang demikian meski tak sepenuhnya meyakini ucapan suaminya.
“Gak lama kok Mas ke Cirebonnya. Cuma dua hari. Nanti Mas pulang lagi.” Abram tersenyum ke Tarisa.
Meski hatinya dipenuhi syak wasangka, Tarisa mengangguk.
“Sudah gak usah lama-lama. Kita langsung balik ke Cirebon!” Bu Komariah berkata ketus.
“Iya, Bu. Mas jalan dulu ya Risa.” Abram mencium kening Tarisa.
Tarisa merasakan ciuman ke dahinya singkat dan buru-buru. Abram hanya menempelkan bibirnya ke kening Tarisa dengan cepat lalu melepaskannya.
Tarisa hendak mencium tangan suaminya. Tapi Abram tak memperhatikan. Ia sudah sibuk mengambil tasnya yang tadi ditaruh di lantai.
Tarisa juga mau mencium tangan ibu mertuanya. Namun, Bu Komariah tak perduli dan seolah tak melihat kalau Tarisa mendekat mau mencium tangannya.
“Kami berangkat dulu.” Bu Komariah menatap Tarisa. “Kamu sudah bisa cari duit sendiri. Ibu yakin kamu baik-baik saja disini.”
Tarisa merasa kalimat itu bersayap. Ada pesan terselubung di kalimat ibu mertuanya.
“Ayo, Abram.” Si ibu mengangguk ke anaknya.
Bu Komariah segera keluar rumah. Abram mengikuti ibunya.
Tarisa ikut keluar rumah. Ia melambaikan tangan. Tapi Abram dan Bu Komariah menoleh pun tidak ke arahnya.
Entah kenapa hati Tarisa tersayat pedih melihat suaminya pergi bersama mertuanya. Ia merasa kehilangan sesuatu. Entah kehilangan apa. Tarisa tak tau pasti. Namun, Tarisa punya firasat buruk tentang kepergian Abram bersama ibu mertuanya.
Tarisa sudah merasa kalau Abram akan pergi dalam waktu yang lama....
*
“Hu hu hu..,” Tarisa menangis di kamarnya.
Ia menelpon Bu Sumarni, ibunya.
“Kenapa, Tarisa?” Terdengar suara Bu Sumarni khawatir. “Nelpon belum ngomong apa-apa kok malah nangis?”
“Hu hu hu, Bu. Mas Abram pulang ke kampungnya.”
“Lah, orang pulang kampung kok ditangisin? Paling cuma ke Cirebon berapa hari. Nanti juga balik lagi.” Bu Sumarni menyahut santai.
Kembali isak Tarisa terdengar. “Perasaan Risa gak enak, Bu. Risa tadi dengar ibunya Mas Abram bilang suruh mas Abram ceraikan Risa.”
DDEEGG!
Kaget Bu Sumarni mendengarnya. Janda pensiunan pegawai negeri golongan kecil di kantor departemen kesehatan itu tak menyangka anaknya ngomong demikian.
“Yang benar kamu?” Si ibu langsung serius menelpon.
“Hu hu hu hu, iya Bu. Makanya Risa gak tenang di kontrakan sendirian.”
“Hhhh…” Bu Sumarni yang berhijab jadi ikut cemas. Ia harus menenangkan dirinya sendiri sebelum bicara. “Kamu harus tenangin diri kamu, Risa. Kamu harus banyak sholat. Terus berdoa sama Allah.” Bu sumarni menasehati anaknya.
“Hu hu hu. Iya, Bu….” Risa masih menangis.
“Insya Allah suami kamu pulang lagi. Sehat, selamat, dan gak ada niat sama sekali menceraikan kamu.”
“Amin….” Risa mengaminkan ucapan ibunya. “Tapi Risa takut sendirian disini, Bu…. Ibu kemari ya nginap di kontrakan Risa.?”
Bu Sumarni berpikir. Ia sedang duduk di ruang belakang rumahnya yang sederhana di daerah Cawang, Jakarta Timur. Tampak cucunya Leonardo Dicaprio yang berkulit hitam gosong dan mukanya kelihatan badung sedang memukul-mukul sebuah balon berwarna hijau di ruang tengah memakai tangannya.
Ya reader gak salah baca, anak ini memang diberi nama Leonardo Dicaprio, persis seperti nama aktor Hollywood terkenal. Pasalnya, Bapak dan Ibu si anak suka sekali menonton film Titanic dan kesengsem dengan kegantengan aktor Leonardo Dicaprio di film itu. Tapi siapa sangka Leonardo Dicaprio yang masih 5 tahun ini penampilannya jauh banget dari si aktor Hollywood. Karena Leon yang ini kulitnya hitam gosong dan mukanya badung banget.
“Ibu sih mau nginap nemanin kamu. Tapi ibu lagi di rumah jagain Leon, anak abang kamu.”
Tarisa terdiam.
“Mamanya Leon seharian ini lagi ada job nyanyi dimana gitu Mungkin besok kalo Mamanya leon sudah gak sibuk, ibu bisa ke kontrakan kamu.”
“Iya, Bu. “ Tarisa paham. Nora Mamanya Leon, istri kakaknya Gani, adalah seorang penyanyi yang job kerjanya tidak jelas. Kadang ada job kadang tidak. kalau Nora sedang ada job nyanyi maka Leon jelas dititipkan ke Bu Sumarni karena Gani, kakak Risa kerja kantoran.
“Tapi Ibu besok beneran kesini ya. Nginap disini temanin Risa.”
“Insya Allah ibu besok pagi ke tempat kamu Risa.”
DOORR…!!!
Terdengar suara balon hijau pecah di ruang tamu.
Bu Sumarni kaget. Ia segera ke ruang tamu.
BERSAMBUNG…….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
weny
suami ma ibu mertua gitu amat y....
2021-06-02
0
♠️ˢᵏ⋆≛⃟A͙i͙r͙i͙n⋆࿐
Alhamdulillah masih ada ibu,,
2021-02-15
2
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangattt
2021-02-06
0