Ternyata tak hanya balon berwarna hijau yang pecah. Tapi yang membuat hati Bu Sumarni amat kacau adalah sebuah pigura bergambar Bu Sumarni bersama suaminya yang sedang menikah, ikut pecah dan jatuh ke lantai.
Di ruang tamu, tampak Leon sedang memegang sebuah sapu. Bu Sumarni bingung, kapan si Leon ngambil sapunya? Karena tadi anak ini hanya main pukul-pukulan balon dengan tangannya.
Melihat Neneknya kaget, anak berkulit gosong ini malah tertawa.
“Tadi Leon pukul balon pake sapu, Eyang. Terus kena. Eh taunya kena pukul juga gambar Eyang…. Ha ha ha, pecah deh. ” Anak itu ngakak tanpa merasa bersalah.
“Astagfirullah, Leon…” Bu Sumarni geleng-geleng kepala.
“Ibu kenapa…? Ada apa di rumah?” Tarisa bertanya karena ibunya berhenti bicara di telpon.
“Eh, iya.“ Bu Sumarni sampe lupa bicara di telpon. Padahal hand phone masih di pegangnya. “Barusan ponakan kamu si Leon mecahin foto Ibu.” Sahut Bu Sumarni. “Anak ini gak bisa dilepas. Gak diawasin sebentar sudah ada aja ulahnya.”
Tarisa tau kalau Leonardo Dicaprio ponakannya itu memang kelewat aktif dan suka jahil. “Ya sudah, ibu beresin yang berantakan itu dulu.”
“Iya Risa, besok insya Allah ibu bisa ke tempat kamu. Sudah dulu ya. Takut Leon ngacak-ngacak rumah lagi.”
“Oke, Bu. Risa tunggu besok ya.”
Bu Sumarni menutup telpon.
Tarisa juga menutup telpon. Ia senang besok ibunya akan datang ke kontrakannya. Paling tidak, besok ia akan punya teman bicara yang sehati dan bisa mengurangi rasa gundah gulananya.
*
Bagi Tarisa, hari itu berjalan merangkak seperti keong. Sangat lambat.
Berada di rumah sendirian, ia mati gaya. Bingung mau melakukan apa. Benaknya sibuk memikirkan Abram dan ibu mertuanya.
Menjelang Isya pikiran Tarisa semakin resah.
Ia berpikir tentang Abram dan ibu mertuanya. Tapi apa yang sedang dipikirkan suaminya dan ibu mertuanya di Cirebon? Terus terang ucapan ibu mertua dan suaminya yang tak sengaja didengarnya tadi pagi masih mengusik pikirannya.
“Lebih baik kamu ceraikan Tarisa. Dari dulu ibu sudah gak suka sama dia! Perempuan ini hanya bisa bikin hidup kamu tambah susah!”
Suara mertuanya yang garing tak enak didengar kembali terngiang di telinganya. Seperti rekaman buruk yang diputar kembali dan terpaksa didengar karena penting.
Lalu ucapan Abram ikut terngiang di telinga Tarisa.
“Enggak mungkin aku ceraikan dia, Bu. Tarisa sedang hamil. Dan dia jelas-jelas gak mau menggugurkan kandungannya.”
Tarisa memikirkan kalimat itu.
Apakah itu artinya Abram mempertahankan dirinya sebagai istri? Atau memang Abram diam-diam setuju dengan niat ibunya untuk menceraikan Tarisa?
Pusing kepala Tarisa didera pertanyaan itu. Daripada menduga-duga lebih baik ia cari tau sedang apa suaminya di Cirebon?
Segera Tarisa mengambil hand phonenya, menelpon Abram. Ia melakukan sambungan video call whats app ke nomer hape suaminya.
Telponnya tersambung.
Tarisa menunggu. Ia menatap layar hand phone, mengharap telponnya diangkat Abram.
TRAPP! Tiba-tiba terlihat tanda di layar hand phone. Telpon yang masuk ditolak si penerima.
Kaget Tarisa melihatnya.
Kenapa telponnya tersambung tapi langsung ditolak? Apa karena Abram tak suka ia melakukan video call? Apa karena Abram tak ingin diketahui ia sedang melakukan apa? Karena video call bisa menunjukkan ekspresi wajah seseorang dengan jelas, dimana berada dan apa yang sedang dilakukan orang itu.
Baiklah kalau Abram tak mau dihubungi via video call. Mungkin Abram hanya mau ditelpon biasa tanpa saling
melihat wajah. Tarisa pun melakukan telpon biasa memakai aplikasi whats app.
Kembali Tarisa melihat nomer hape Abram tersambung. Kali ini Tarisa berharap Abram mau menerima telponnya.
TRAAPP. Ternyata Abram juga menolak telpon Tarisa.
DEEEGG!
Tarisa tertegun. Berpikir lama. Kenapa semua telponnya ditolak Abram?
Apa karena Abram memang sama sekali tak ingin istrinya menelpon?
Karena penasaran, Tarisa mengirim sebuah pesan whats app ke suaminya.
‘Mas lagi apa di Cirebon? Kok Risa hubungi pake video call dan telpon biasa ditolak semua telponnya?’
Pesan whats app itu masuk ke hand phone Abram. Terlihat tanda centang dua sebagai tanda pesan sudah diterima
dengan baik.
Lalu tak lama kemudian warna centang hitam itu berubah biru tanda pesan sudah dibaca Abram.
Dua menit kemudian ada balasan pesan whats app ke hand phone Tarisa.
‘aku lagi ribet ngurusin tanah disini. Gak usah telpon atau ganggu aku dulu.
Jawaban itu dicerna Tarisa. Abram sedang sibuk dan tak ingin diganggu. Tarisa mencoba berpikir positif bahwa urusan jual beli tanah mertuanya memang sedang menyita waktu Abram.
Baiklah, kalau memang demikian urusannya.
Tarisa pun memilih tidur lebih awal dari biasanya. Karena besok subuh ia harus belanja ke pasar dan membuat kue lagi agar punya penghasilan.
*
Meski tidurnya tak nyenyak, Dini hari Tarisa sudah bangun karena alarm hand phonenya di setel pukul 4 subuh.
Ia segera mengambil wudhu dan melakukan sholat. Usai sholat subuh Tarisa segera berjalan kaki ke pasar tradisional di dekat rumahnyamembeli keperluan dagangannya. ia senang punya duit modal lebih banyak dari kemarin. Pagi ini Tarisa hendak berjualan arem-arem isi oncom dan juga combro.
Pulang dari pasar Tarisa langsung ke dapur menyiapkan penganan dagangannya yang harus dimasak. Karena pembeli suka penganan yang hangat baru dibuat.
Arem-arem berupa nasi yang diisi oncom sudah dibungkus rapi pakai daun. Kini arem-arem dimasukkan ke panci buat dikukus. Sambil menunggu arem-arem matang, tarisa membuat combro. Saat ke pasar ia sekalian memarut singkong pakai mesin. Sangat praktis. Tinggal bayar dan menunggu sebentar maka singkong sudah diterima bersih dalam keadaan sudah diparut mesin.
Parutan singkong sudah dibentuk bulat memanjang diisi oncom. Kini Tarisa tinggal menggoreng combronya. Dituangnya minyak ke dalam penggorengan. Ditunggunya dahulu hingga minyak panas.
SRTTT. Tarisa menaruh sebuah combro ke kuali.
CRRAATT! Minyak panas tiba-tiba muncrat mengenai tangan Tarisa. Untung Tarisa sempat mundur. Minyak panas itu hanya sedikit mengenai tangannya. Bagian tangan itu hanya memerah sedikit, tapi lumayan perih rasanya.
Tarisa mematikan api kompor sejenak untuk menunggu tangannya tak perih lagi. Ia mengoleskan tangannya pakai tepung agar tak melepuh. Ia pernah membaca di internet bahwa tangan yang terpercik minyak tak akan melepuh jika diolesi tepung. Apabila diolesi air maka kulit akan menggelembung dan melepuh.
TRREKK!
Tiba-tiba terdengar handel pintu depan dibuka pelan. Lalu ada langkah seseorang masuk rumah.
Karena rumah itu kecil dan sepi tak ada orang, Tarisa bisa mendengar suara di ruang depan meski ia sedang didapur.
“Siapa di depan?” Tarisa menoleh kedepan. Apakah seorang ibu tetangganya yang akan membeli penganan yang dijualnya.
Tak ada sahutan. Tarisa mulai curiga.
BRAAKK! Terdengar pintu depan ditutup.
Tarisa kaget. Siapa yang menutup pintu? Ia semakin penasaran. Kenapa orang ini ditanya tak menjawab?
“Siapa di depan?” Tarisa berteriak keras. Semakin cemas ketakutan.
Masih tak ada yang menyahut.
Astaga! Tarisa sadar ia sedang sendirian di rumah. Bagaimana kalau yang datang ini orang jahat? Tarisa segera mencari sesuatu di dapur yang bisa digunakannya untuk bela diri. Ia hanya melihat sapu teronggok di dapur. Cepat Tarisa mengambil sapu itu dan menjadikannya sebagai senjata.
Melangkah pelan dengan dada berdegup kencang, Tarisa menuju ke depan sambil memegang sapu.
TRAAAPP! Tiba-tiba seorang lelaki menyergap tubuh Tarisa dengan ganas.
“Aaarggghhh….!” Tarisa menjerit karena ia jatuh ditindih orang itu.
BERSAMBUNG…….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Aqiyu
waduh
2022-05-21
0
♠️ˢᵏ⋆≛⃟A͙i͙r͙i͙n⋆࿐
jebakan mungkin kah
2021-02-15
2
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
yuhuuuu...😉
cinta pak bos hadir lagi..
Semangat kak💪
2021-02-14
0