Setelah pernikahan mendadak itu terjadi, penghulu dan ibu Aaron pulang ke kediamannya masing-masing. Carissa di buat bingung gadis itu sangat mengantuk, tetapi dirinya bingung dimana akan tidur malam ini. Gadis itu mencari keberadaan suaminya, tapi nihil pria itu tidak terlihat. Carissa menghampiri Aziz yang duduk di ruang tengah untuk meminta tolong pada Aziz agar mencarikan dirinya kamar yang bisa digunakannya untuk istirahat. Aziz mengantar Carissa ke kamar bosnya karen tidak ada perintah apapun dari Aaron terkait tempat untuk Carissa tidur. Carissa mengikuti langkah Aziz sambil melamun dengan semua yang terjadi padanya hari ini, Carissa mengangkat kepalanya setelah menabrak punggung asisten suaminya itu.
"Sudah sampai nyonya, apa saya harus memanggil tuan?" Carissa menggeleng, diantar pun sudah syukur, lagi pula asisten suami dadakannya itu terlihat sangat lelah. Carissa bisa mengetuk pintu sendirian.
"Terimakasih, aku bisa panggil sendiri kok. Kamu pergi istrahat, ini sudah larut malam." Aziz mengangguk kemudian meninggalkan Carissa.
Aziz merasa istri bosnya ini gadis baik-baik. Tidak ada kesan angkuh sama sekali saat menatapnya. Sepertinya akan banyak hal menarik dari istri bosnya inu, aziz mengangkat bahu. Aziz malas memikirkan hal itu karena sekarang dirinya memang butuh istirahat.
Tok tok! Tok tok!
Tidak ada sahutan, Carissa memberanikan diri kembali mengetuk pintu itu dengan sesikit keras. Tidak ada perubahan apapun. Gadis itu kembali mengetuk, lebih keras lagi. Masih sama, tidak ada perubahan apapun. Tubuh Carissa melorot, gadis itu hanya bersandar pada pintu. Matanya mulai berkaca-kaca, apa sebesar ini salahnya.
Bahkan, suaminya pun tidak mengingatnya. Gadis itu masih menunggu dengan bersandar pada pintu. Di dalam kamar Aaron berpakaian dengan cepat, pria itu mendengar ketukan bertalu-talu pada pintu kamarnya. Aaron mengelap rambutnya yang masih basah sebentar, kemudian pria itu berjalan membuka pintu. Aaron menepuk-nepuk pipi istrinya yang tertidur, mata gadis itu membengkak seperti habis menangis. Aaron menggendong gadis itu, setelah sampai di ranjang pria itu membangunkan Carissa.
"Carissa, Rissa?" Pria itu menepuk-nepuk pipi gadis itu. Carissa tidak menunjukkan reaksi apapun.
Aaron lalu memencet-mencet hidung Carissa, carissa yang tertidur merasa agak sulit bernapas, gadis itu memaksa matanya untuk terbuka ketika telinganya menangkap suara cekikikan seseorang.
" Eh, Tuan?" Naya memerhatikan disekitarnya, gadis itu mengingat kembali terakhir tadi dia mengetuk-ngetuk pintu Tuan muda ini.
" Sana bersih-bersih, memang tidak panas pakai gaun pengantin untuk tidur?" Aaron naik ke atas ranjang, pria itu memeriksa email-email klien yang penting melalui tabletnya.
"Baiklah, ehmm terimakasih Tuan" Carissa beranjak ke kamar mandi. Gadis itu membersihkan diri sebagaimana seharusnya. Kalau bukan malam hari, Carissa ingin berendam dalam bathtub, sudah lama dia tidak merasakan berendam menggunakan air hangat
Setelah selesai dengan ritual membersihkan dirinya, Carissa keluar dengan cemas, gadis itu hanya menemukan handuk kecil yang cuma mampu menutupi separuh dadanya dan sebagian paha bagian atasnya. Carissa berharap suami dadakannya itu sudah tidur, gadis itu sangat malu dengan penampilannya yang seperti ini. Carissa menggeser pintu kamar mandi pelan-pelan takut menimbulkan bunyi, Carissa juga melangkah dengan pelan dan menunduk. Carissa tidak berani mengangkat muka, takut nanti pandangannya bertabrakan dengan suaminya.
"Carissa piyama tidur kamu ada di atas ranjang, maaf tidak ada dalaman." Aaron menahan tawa melihat Carissa yang berjalan sangat pelan dan menunduk. Gadis itu pasti sangat malu pada dirinya pikir Aaron. Aaron sudah meminjamkan piyama Maria untuk sementara dipakai oleh gadis itu. Besok Aaron berencana untuk mengajak gadis itu berbelanja semua kebutuhannya, jika dirinya tidak punya kesibukan.
"Tuan, saya tidur dimana?” Carissa sudah memakai piyama, syukur piyamanya kebesaran karena sebenarnya Carissa merasa tidak nyaman tanpa mengenakan dalaman.
"Ranjang." Aaron menjawab seadanya, pria itu masih disibukkan oleh berbagai email yang ada ditabletnya. Carissa naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Aaron. Aaron yang mulai mengantuk menyimpan tabletnya kemudian ikut berbaring disebelah sang istri, mereka dibatasi oleh guling yang dijadikan pembatas oleh Carissa.
Azan subuh yang berkumandang membuat mereka setengah terbangun, Aaron merasakan tangannya memegang sesuatu yang empuk, pria itu malah memainkan tangannya dengan meremas-remasnya sesuatu yang empuk itu dan terasa kenyal-kenyal ditangannya. Carissa yang masih tertidur sedikit mendesah dalam mimpinya. Tapi beberapa menit kemudian Carissa merasakan ini seperti kenyataan, Carissa melawan kantuknya untuk membuka matanya memastikan. Carissa sangat shock melihat tangan suaminya yang nangkring diatas dadanya. Carissa mencubit tangan Aaron tersebut dengan sekuat tenaganya. Aaron sampai berteriak kesakitan dalam tidurnya.
"Dasar omes.” Carissa mengomel dan melemparkan bantal, gadis itu tidak peduli suaminya itu akan marah nantinya. Aaron berusaha bangun karena kesakitan dan kehilangan mainan yang tadi kenyal-kenyal ditangannya. Aaron merasa kaget dengan serangan dadakan istrinya, sesaat kemudian pria itu terkekeh sinis ketika menyadari ternyata yang kenyal tadi adalah gunung kembar milik istrinya. Pantas saja wanita itu sangat marah padanya.
Selesai dari kamar mandi Carissa terpaksa harus meminta mukena dari Aaron. Gadis itu menghela napas untuk menghilangkan kekesalannya karena kekurangajaran tangan suaminya tadi.
"Tuan, apakah pelayan anda biasanya sudah bangun pada jam seperti sekarang?" Carissa sedikit memaniskan wajahnya memandang Aaron.
"Aku tidak tahu, ada apa?" Aaron memasang wajah datarnya.
“ Mau shalat tapi saya tidak punya mukena, Tuan." Carissa menggaruk tengkuknya, apa tidak ada ekspresi lain selain datar yang ditampilkan orang dihadapannya ini.
Tanpa mengatakan apapun Aaron beranjak dari kamar itu, Carissa terduduk di ranjang. Beberapa saat kemudian Aaron kembali dengan mukena yang ada ditangannya. Carissa terbengong setelah menangkap tas mukena yang dilemparkan pada dirinya. Gadis itu menimbang- nimbang mau bertanya atau tidak, perihal siapa pemilik mukena ini.
Aaron yang melihat gadis itu terbengong menjadi gemas.
"Mau shalat, tidak?" Naya tersenyum canggung dan menganggukan kepalanya, Aaron hanya memandang datar pada gadis itu.
"Mau Tuan, terimakasih ya.” Carissa berlalu dari hadapan Aaron. Aaron yang ditinggalkan Carissa masuk ke kamar mandi.
Usai keduanya shalat, Aaron mengirimkan pesan pada Aziz agar membelikan celana dan kemeja untuk istrinya. Kemudian aaron mengetikkan pesan pada Angela untuk mencarikan pakaian Carissa.
"Tulis ukuranmu." Pria itu memberikan tab-nya pada Carissa. Carissa menulisnya dengan sangat malu sampai seluruh wajahnya memerah. Aaron menghela napas, memikirkan bagaimana merahnya muka gadis ini kalau mereka melakukan malam pertama.
"Hapus saja pesanmu yang sudah terkirim jika kamu masih malu padaku." Aaron tidak mau dianggap mengambil kesempatan oleh gadi situ. Carissa mengangguk patuh, segera saja jarinya menghapus pesan yang tadi telah terkirim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Imelda Rorimpandey
naya ????
2021-05-15
0
Marmott🐻
naya itu apa ya Thor jadi bingung😕😕
2021-01-03
0
Dhim Sis Soediro
naya...kah carisa..,.
2020-07-19
4